Jumat, 20 Mei 2011

21/5/11 "diary"

aku menggigit bibirq nyaris terluka karena menahan geram. HMPFH!!!! aku berusaha untuk menahan diri dari kekesalanku. berulang kali aku memejamkan mata berharap aku salah lihat status di FBnya. Kau tau kenapa kau gila? karena kau terlalu sering menonton korea..., kalimat itu tetap tidak berubah. Dia benar-benar mencari masalah denganku. Kenapa dia harus selalu mengusikku, kenapa dia selalu menganggap apa yang aku lakukan adalah hal bodoh dan gila?!!.

Aku memang penggila para korean, mulai dari SuJu, Shinee, 2PM, dan nyaris semua artis or boyband korea aku hafal. kegilaanku dimulai sejak aku SMP, saat aku mulai menyukai style dan wajah-wajah ori mereka lewat TV. akhirnya aku seperti kecanduan akan hal-hal korean, segala sesuatu nyaris selalu berhubungan dengan korean. banyak teman-teman yang memang menganggapku aneh, yah kusadari itu. tetapi, makhluk satu ini, selalu menyindirku dengan pedas. bahkan seakan-akan aku melakukan kejahatan besar kalau aku berjingkrak-jingkrak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan para korean itu. matanya itu lho...membuatku bisa mati berdiri.

seperti saat ini, jelas-jelas dia duduk di seberangku. entah kenapa dia menguntitku sampai ke warnet ini, dia benar-benar membuatku naik darah. statusnya kali ini benar-benar menyindirku. oh...ini tidak bisa ku ampuni lagi. aku berdiri dan langsung menepuk kepalanya.
"Woi..!" teriakku tertahan,
sambil meringis dia mengangkat kepalanya, "sakit tau. ngapain mukul-mukul kepala orang?" tukasnya
"ya...kau...kau memang mencari masalah ya denganku?!" tanyaku marah
"apa sih?!"
"ya..kau jangan pura-pura bodoh, kenapa statusmu begitu?!"
dia menahan senyum sejenak, "kenapa? memangnya ada yang salah dengan statusku? memangnya apa hubungannya denganmu?" pertanyaan bodoh!
aku menggeram dalam desisan, "kau....ISK!!!"
"SHUTTTT!!" suara itu langsung membuatku menahan tanganku yang nyaris menimpuk kepalanya lagi.
"kau..tunggu pembalasanku!" dan aku menyentakkan pantatku kembali ke kursi, dan aku segera mngklik komentar di statusnya. akhirnya perangpun terjadi di FB. komentar anak-anak lain tak menghalangi kami untuk beradu kata-kata pedas di layar monitor. dan nyaris satu jam kami melakukan hal konyol tersebut hingga akhirnya PLUPP lampu mati.
"ARGHHH!!!!" teriakku, "video Sujuku belum aku save di Flashdiskku,,no...no..!!" dan semua mata menatapku aneh,
"benerkan, gila..!" sinisnya sembari keluar.
benar-benar!!

"kau kenapa lagi?" tanya kakakku saat aku tiba di rumah
"itu, tetangga kita yang udah jadi pembunuh karakter aku sejak lama, si gila Wondy.." sahutku kesal
"ada apa lagi sih dengan kalian? selalu berantem.."
"dia itu kak, sok aja cool depan cewek-cewek, tapi di belakang comel abis, tukang rese' tau gak.."
"memangnya rese' gimana dia?"
"yah, masih terkait dengan yang dulu-dulu, yah masalah hobi aku mengkoleksi para korean boys..."
kakakku langsung membulatkan mulutnya, dan nyaris tertawa,
"kok malah ketawa??" tanyaku bingung..
kakak duduk di sebelahku, "kamu nyadar gak Ol? kalo Wondy itu membuat dirinya nyaris sama dengan style para idola kamu itu.."
aku bengong,
"coba lihat, dia berlagak cool nah itu kan sering jadi watak tokoh di drama korea, trus lihat deh style berpakaian dia..bajunya pasti berlapis, dan sering pake baju ala korea boys gitu...dan juga rambut dia...perhatiin deh.."
aku menatap kakakku aneh, "kok kakak perhatian sekali sama tuh anak, aku aja gak nyadar kak..."
"makanya jangan terlalu sering marah-marah kalo ketemu dia, perhatiin dia secara mendetail.."
aku menangguk-angguk mengerti..

Selasa, 03 Mei 2011

bintang

dulu bagiku dia hanya "sapi gila"
aku tak pernah bisa memandangnya
aku tak pernah sudi dia memanggilku.
dulu pun, aku begitu membencinya, sampai-sampai ingin lenyap
tak sedetikpun aku sanggup mendengar bahkan melihatnya
tak pernah sudi tuk bersama meski bahaya mengancam.

tapi kini, bagiku dia bintang yang selalu bersinar digelapnya hatiku
aku ingin selalu melihat sinarnya
aku ingin selalu melihat dan mendengarnya
begitu merindukannya bahkan sampai tak bisa bernafas
rasanya seluruh jiwaku tlah terenggut cintanya
bahkan nyawaku selalu berada dalam genggamannya.

mungkinkah ini karma?
atau inikah yang biasanya orang sebut benci tapi cinta?
mungkinkah sebenarnya sedari dulu aku dan dia memiliki rasa ini?
mungkin..mungkin..dan mungkin...
semuanya mungkin.
dan aku rasa semua itu benar, tak ada kekeliruan dalam hal itu.
aku merasakan kutukan cinta telah datang
mengutukku dengan sejuta keindahannya.

tapi, aku tak pernah tahu,
apa cinta juga menggerayangi dirinya?
dia memang tak lagi sekasar dulu
tidak juga membenciku lagi, mungkin
dan dia juga tersenyum padaku.
tapi aku sungguh tak tahu tentang rasanya padaku
apa dia juga melihatku seperti bintang?

pernah aku merasa kehangatannya
saat hanya ada aku dan dia.
dia menggenggam jemariku saat aku menangis
dia menatapku hangat saat aku jatuh
dia menungguku hingga aku masuk dan terlelap.
hatiku begitu berbinar-binar
seakan dunia terjatuh di atas kepalaku.

cina...
bicarakan hal ini akan memakan waktu seumur hidup
cinta...
memahaminya cukup sebuah rasa.

puisi

saat gundah hati ini
ku lihat tak seorang pun menyapa
bahkan ketika menetes air mata
tak seorang pun juga menyeka
tuk kesekian kali aku mencoba menahan
tapi hatiku rapuh seperti kupu-kupu
aku tak bisa lagi menahan
tapi aku juga sadar
marahpun tak kan kembalikan dia
aku lelah untuk tenang
seakan aku berusaha menggenggam jerami yang terbakar.

orang melihat banyak senyum di wajah
tapi mereka tak tahu ada berjuta luka dalam hati
mereka hanya merasa bahagia jika tawa yang datang
dan mereka akan menjauh ketika wajah ganas itu bicara.
siapa yang telah membuat aku begini?
aku harus salahkan siapa ketika semua akhirnya tahu?
aku siapa? siapa aku?
kenapa aku merasa lelah untuk saat ini?
kenapa aku rasa tak ada yang baik?
dan kenapa selalu aku??
kenapa???

tanya yang tak berujung,
mungkin mereka juga tak menyadari.
aku mencoba bertanya, tapi mereka selalu tak sempat menjawab
entah kenapa, rasanya tak kan ada yang mengerti
bahkan diri ini sekalipun.
lalu....bagaimana aku harus mengakhiri semua ini???

Minggu, 01 Mei 2011

PERJALANAN RETREAT BERPAYUNG HUJAN

Aku segera berkemas setelah Bu Seli, dosen Seminarku, mengucapkan salam penutup yang mengakhiri pertemuan Jumat ini. Aku sudah tidak sabar untuk segera berkemas setibanya di rumah nanti. Yupz! Hari ini kami akan berangkat Retreat, RKK di BPLPP Anjungan selama tiga hari. Kegiatan yang sudah kutunggu sejak lama ini tidak akan mungkin kulewatkan, walaupun aku harus mengorbankan jadwal Micro untuk Sabtu besok.
Pukul 14.00 wib aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Baru saja memasang syal dan bersiap dijemput tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kesal, aku melepas kembali ranselku. Pukul 16.42 akhirnya kami berangkat. Meski hujan masih mengguyur bumi khatulistiwa, kami berenam tetap menancap gas di jalanan. Mantel menyelimuti badan yang tak berhenti menggigil karena dinginnya.
Di balik kaca helmku, aku melihat begitu banyak hal di jalan. Mulai dari tukang bakso yang mulai melangkah menjajakan jajanan bulat itu, padahal hujan begitu derasnya menerpa badan tua itu. Ibu-ibu yang berusaha menutupi kompornya dengan kardus agar tidak padam oleh terjangan angin dan hujan. Anak-anak jalanan yang tetap kekeuh menenteng kantong kreseknya sambil mengusap wajah kumalnya sambil menunggu lampu merah tiba.
Aku yang semula merutuk terus karena hujan tak mau mengerti kami yang sedang melakukan perjalanan menjadi tersadar. Seharusnya aku bersyukur karena aku masih bisa berselimutkan mantel dan duduk di atas motor. Mereka yang berjalan kaki bahkan tidak menutupi kepalanya dengan apapun terlihat tetap tegar dan bersukacita dalam langkah mereka. Helaan nafasku membuat Ferry, teman seperjalananku, menoleh. Dia mengira aku mengomel karena kedinginan. Dia tahu aku sedikit manja, makanya dia selalu bertanya, “apa mau singgah dulu?” aku menggeleng. Aku tidak mau terjebak terlalu lama dalam kondisi miris seperti ini.
Setelah hampir empat jam duduk dibawah payung hujan akhirnya kami sampai juga ke tempat kegiatan, di Anjungan. Para peserta yang lain telah memasuki ruangan, bersiap untuk menikmati sesi pertama dalam retreat ini. Dalam kondisi kelaparan dan kedinginan, kami pun segera bergabung dengan panitia yang lain untuk menjalankan tugas masing-masing. Retreat selama tiga hari menimbulkan banyak pengetahuan, pengalaman, dan teman-teman baru. Setiap sesi acara kami nikmati dengan bersemangat, meski hujan selalu mengusik.
Tibalah di hari terakhir retreat, kami kembali melakukan perjalanan balik ke Pontianak. Kami merencanakan untuk sekalian mengunjungi rumah seorang teman di Anjungan. Secara diam-diam kami keluar dari rombongan retreat lainnya. Berempat kami memarkirkan kendaraan kami di halaman rumah Yus, sudah tidak sabar untuk mengecap segarnya air kelapa muda. Orang tuanya sangat ramah, mereka menyajikan berbagai makanan ringan untuk kami. jadinya yang semula hanya ingin minum air kelapa justru mendapat lebih. Mereka mengajak kami mengobrol cukup lama, namun kami harus segera berangkat karena mendung sudah menggeser birunya langit.
Tetes-tetes air yang tumpah di badan tidak membuat kami kaget, karena itu adalah resiko kami yang pulang sudah terlalu sore, dimana sore memang jadwalnya hujan untuk memayungi bumi khatulistiwa ini. Secara perlahan kami melajukan kendaraan sembari mengobrol untuk menghangatkan perasaan. Bukan hanya hujan yang membuat kami terjebak di jalanan, tetapi macet yang tak berujung di Pinyuh yang membuat kami harus tertahan cukup lama.
Dalam kemacetan itu, kembali aku harus mengeluarkan sifat jelekku, yaitu marah. Kenapa? Karena satu di antara empat anak SMP di belakang kami mencolek pinggangku. Aku langsung emosi dan memarahi mereka, bahkan aku tidak peduli sedang berada dimana. Mendengar aku mengucapkan kata-kata kasar, Ferry baru menyadari apa yang terjadi. Hampir saja baku hantam terjadi kalau saja anak-anak itu tidak segera pergi karena ketakutan. Suasana dingin menjadi sangat panas untuk sementara waktu.
Kami melanjutkan perjalanan, saat berada di daerah Nusapati kami bertemu dengan seorang Bapak yang sedang menyeret motornya bersama anaknya yang masih sangat kecil. Ferry pun menepi, dan menawarkan bantuan pada Bapak itu. Kami pun membantu Bapak itu dengan mendorong motornya menggunakan kaki. Hingga tiba di tempat pengisian bensin, akhirnya setelah cukup berbasa-basi kami pun berpisah. Aku menjadi bangga memiliki teman seperti Ferry, meski usianya dua tahun di bawahku, tapi pemikirannya sudah sangat dewasa. Aku sungguh beruntung kemarin mengajaknya pergi bersama. Sepanjang jalan, dia sangat perhatian, sungguh seorang pria sejati.
Malam mulai menampakkan dirinya, keadaan pun menjadi semakin mencekam. Mencoba untuk mengusir kantuk dan dingin, kami mencoba ngalur ngidul, sekalian menikmati gerimis yang tak lelah memandikan kami. kami membicarakan orang-orang yang mengendarai motor tanpa helm, tanpa mantel, bahkan tanpa jaket, tak bisa terbayangkan betapa pedasnya badan ketika tertusuk butiran hujan. Kami juga bercanda seandainya kami singgah di acara pernikahan orang di daerah Segedong, maka kami akan mendapat makanan gratis. Kami bahkan membersihkan motor dan kaki dengan mencipratkan genangan air. Teriakan-teriakan Melki dan Ester di belakang disambut gelak tawa kami berdua.
Bukan hanya itu saja, bahkan kami mencoba mengusili anak-anak muda yang juga sepertinya melakukan perjalanan seperti kami. kami mendahului mereka dengan kecepatan tinggi, setelah itu melaju dengan sangat pelan ketika berada di depan mereka, begitu seterusnya. Hingga sebuah kendaraan sepertinya menantang kami untuk mencapai tol paling cepat. Hal itu segera ditanggapi dengan senang oleh Ferry, yang memang suka ngebut di jalanan. Deruan motor bernyanyi keras seketika saat kami melaju dengan cepat. Aku memegang pinggang Ferry dengan perasaan yang menggebu, bukan takut tapi justru ingin lebih cepat lagi. Akhirnya, We Are The Winner..kami memenangkan balapan singkat itu. Dalam hati aku hanya berkata “Ferry dilawan..”.
Setibanya di kota Pontianak, di jalan Imbon, aku menghela nafas lega. Akhirnya sampai juga, dan Ferry pun mengantarku sampai ke depan rumah, untuk menepati janjinya pada kakakku untuk membawaku pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hah!! Perjalanan yang sangat menarik dan mendebarkan. Lain kali aku akan melakukan perjalanan ini lebih menantang lagi..berharap tanpa hujan. (obx)