Aku segera berkemas setelah Bu Seli, dosen Seminarku, mengucapkan salam penutup yang mengakhiri pertemuan Jumat ini. Aku sudah tidak sabar untuk segera berkemas setibanya di rumah nanti. Yupz! Hari ini kami akan berangkat Retreat, RKK di BPLPP Anjungan selama tiga hari. Kegiatan yang sudah kutunggu sejak lama ini tidak akan mungkin kulewatkan, walaupun aku harus mengorbankan jadwal Micro untuk Sabtu besok.
Pukul 14.00 wib aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Baru saja memasang syal dan bersiap dijemput tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kesal, aku melepas kembali ranselku. Pukul 16.42 akhirnya kami berangkat. Meski hujan masih mengguyur bumi khatulistiwa, kami berenam tetap menancap gas di jalanan. Mantel menyelimuti badan yang tak berhenti menggigil karena dinginnya.
Di balik kaca helmku, aku melihat begitu banyak hal di jalan. Mulai dari tukang bakso yang mulai melangkah menjajakan jajanan bulat itu, padahal hujan begitu derasnya menerpa badan tua itu. Ibu-ibu yang berusaha menutupi kompornya dengan kardus agar tidak padam oleh terjangan angin dan hujan. Anak-anak jalanan yang tetap kekeuh menenteng kantong kreseknya sambil mengusap wajah kumalnya sambil menunggu lampu merah tiba.
Aku yang semula merutuk terus karena hujan tak mau mengerti kami yang sedang melakukan perjalanan menjadi tersadar. Seharusnya aku bersyukur karena aku masih bisa berselimutkan mantel dan duduk di atas motor. Mereka yang berjalan kaki bahkan tidak menutupi kepalanya dengan apapun terlihat tetap tegar dan bersukacita dalam langkah mereka. Helaan nafasku membuat Ferry, teman seperjalananku, menoleh. Dia mengira aku mengomel karena kedinginan. Dia tahu aku sedikit manja, makanya dia selalu bertanya, “apa mau singgah dulu?” aku menggeleng. Aku tidak mau terjebak terlalu lama dalam kondisi miris seperti ini.
Setelah hampir empat jam duduk dibawah payung hujan akhirnya kami sampai juga ke tempat kegiatan, di Anjungan. Para peserta yang lain telah memasuki ruangan, bersiap untuk menikmati sesi pertama dalam retreat ini. Dalam kondisi kelaparan dan kedinginan, kami pun segera bergabung dengan panitia yang lain untuk menjalankan tugas masing-masing. Retreat selama tiga hari menimbulkan banyak pengetahuan, pengalaman, dan teman-teman baru. Setiap sesi acara kami nikmati dengan bersemangat, meski hujan selalu mengusik.
Tibalah di hari terakhir retreat, kami kembali melakukan perjalanan balik ke Pontianak. Kami merencanakan untuk sekalian mengunjungi rumah seorang teman di Anjungan. Secara diam-diam kami keluar dari rombongan retreat lainnya. Berempat kami memarkirkan kendaraan kami di halaman rumah Yus, sudah tidak sabar untuk mengecap segarnya air kelapa muda. Orang tuanya sangat ramah, mereka menyajikan berbagai makanan ringan untuk kami. jadinya yang semula hanya ingin minum air kelapa justru mendapat lebih. Mereka mengajak kami mengobrol cukup lama, namun kami harus segera berangkat karena mendung sudah menggeser birunya langit.
Tetes-tetes air yang tumpah di badan tidak membuat kami kaget, karena itu adalah resiko kami yang pulang sudah terlalu sore, dimana sore memang jadwalnya hujan untuk memayungi bumi khatulistiwa ini. Secara perlahan kami melajukan kendaraan sembari mengobrol untuk menghangatkan perasaan. Bukan hanya hujan yang membuat kami terjebak di jalanan, tetapi macet yang tak berujung di Pinyuh yang membuat kami harus tertahan cukup lama.
Dalam kemacetan itu, kembali aku harus mengeluarkan sifat jelekku, yaitu marah. Kenapa? Karena satu di antara empat anak SMP di belakang kami mencolek pinggangku. Aku langsung emosi dan memarahi mereka, bahkan aku tidak peduli sedang berada dimana. Mendengar aku mengucapkan kata-kata kasar, Ferry baru menyadari apa yang terjadi. Hampir saja baku hantam terjadi kalau saja anak-anak itu tidak segera pergi karena ketakutan. Suasana dingin menjadi sangat panas untuk sementara waktu.
Kami melanjutkan perjalanan, saat berada di daerah Nusapati kami bertemu dengan seorang Bapak yang sedang menyeret motornya bersama anaknya yang masih sangat kecil. Ferry pun menepi, dan menawarkan bantuan pada Bapak itu. Kami pun membantu Bapak itu dengan mendorong motornya menggunakan kaki. Hingga tiba di tempat pengisian bensin, akhirnya setelah cukup berbasa-basi kami pun berpisah. Aku menjadi bangga memiliki teman seperti Ferry, meski usianya dua tahun di bawahku, tapi pemikirannya sudah sangat dewasa. Aku sungguh beruntung kemarin mengajaknya pergi bersama. Sepanjang jalan, dia sangat perhatian, sungguh seorang pria sejati.
Malam mulai menampakkan dirinya, keadaan pun menjadi semakin mencekam. Mencoba untuk mengusir kantuk dan dingin, kami mencoba ngalur ngidul, sekalian menikmati gerimis yang tak lelah memandikan kami. kami membicarakan orang-orang yang mengendarai motor tanpa helm, tanpa mantel, bahkan tanpa jaket, tak bisa terbayangkan betapa pedasnya badan ketika tertusuk butiran hujan. Kami juga bercanda seandainya kami singgah di acara pernikahan orang di daerah Segedong, maka kami akan mendapat makanan gratis. Kami bahkan membersihkan motor dan kaki dengan mencipratkan genangan air. Teriakan-teriakan Melki dan Ester di belakang disambut gelak tawa kami berdua.
Bukan hanya itu saja, bahkan kami mencoba mengusili anak-anak muda yang juga sepertinya melakukan perjalanan seperti kami. kami mendahului mereka dengan kecepatan tinggi, setelah itu melaju dengan sangat pelan ketika berada di depan mereka, begitu seterusnya. Hingga sebuah kendaraan sepertinya menantang kami untuk mencapai tol paling cepat. Hal itu segera ditanggapi dengan senang oleh Ferry, yang memang suka ngebut di jalanan. Deruan motor bernyanyi keras seketika saat kami melaju dengan cepat. Aku memegang pinggang Ferry dengan perasaan yang menggebu, bukan takut tapi justru ingin lebih cepat lagi. Akhirnya, We Are The Winner..kami memenangkan balapan singkat itu. Dalam hati aku hanya berkata “Ferry dilawan..”.
Setibanya di kota Pontianak, di jalan Imbon, aku menghela nafas lega. Akhirnya sampai juga, dan Ferry pun mengantarku sampai ke depan rumah, untuk menepati janjinya pada kakakku untuk membawaku pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hah!! Perjalanan yang sangat menarik dan mendebarkan. Lain kali aku akan melakukan perjalanan ini lebih menantang lagi..berharap tanpa hujan. (obx)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar