Kamis, 14 April 2011

analisis terhadap novel Autumn In Paris karya Ilana Tan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Penelitian merupakan satu di antara kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang terhadap sebuah karya atau suatu hal untuk dianalisis. Penelitian adalah kegiatan penyelidikan yang dilakukan secara teliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.
Menurut satu di antara pakar yang memberikan definisi penelitian ini adalah J. Suprapto. Menurutnya penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis. Langkah sistematis adalah mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generalisasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.
Sastra diciptakan oleh seorang penulis atau sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil ciptaan sastrawan itu sendiri disebut sebagai karya sastra. Layaknya sebuah karya, karya sastra ini bisa berbentuk tulisan, lisan ataupun benda. Namun karya yang paling banyak terbentuk dari tangan seorang sastrawan adalah tulisan. Tulisan yang bisa berisikan tentang cerita fiksi atau nonfiksi. Dari tulisan hasil karya mereka inilah pembaca dapat terhibur, dan tidak lupa mendapat tambahan wawasan.
Karya sastra memiliki banyak jenis, satu di antara karya sastra itu adalah novel. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) dijelaskan bahwa novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellas, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Istilah novella dan novelle saat ini mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris, novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Nurgiyantoro, (1995 : 9) menjelaskan bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Dan novel menurut Drs. Jacob Sumardjo adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia.
Masih mengenai hasil karya sastra seorang sastrawan, Ilana Tan adalah satu di antara penulis yang telah banyak menerbitkan hasil karyanya di dunia tulisan. Beberapa novelnya yang sedang memasyarakat saat ini adalah Autumn In Paris, Summer In Seoul, Winter In Tokyo, dan Spring In London. Meskipun baru menerbitkan empat novel, namun nama Ilana Tan sudah sangat populer di tengah masyarakat, terutama remaja. Iliana Tan sendiri merupakan seseorang yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai penulis. Namun bukan berarti dirinya tidak suka menikmati karya seni lainnya. Beliau juga sangat menyukai dan menikmati film, buku, dan bahasa asing. Oleh karena itu tidak aneh jika sebagian dari novelnya selalu dihiasi oleh bahasa-bahasa asing. Misalnya seperti bahasa Korea, Jepang, Paris, dan pastinya Indonesia. novelnya yang berjudul Autumn In Paris yang saat ini menjadi bahan penelitian penulis adalah novelnya yang kedua. Meski merupakan novelnya yang kedua, tapi Autumn In Paris lebih populer dan menarik dibanding tiga karya lainnya.
Berdasarkan karya yang ditulis oleh Ilana Tan ini, penulis memiliki keinginan untuk melakukan penelitian terhadap karyanya. Banyak dari masyarakat pembaca yang hanya menikmati jalan cerita yang tersaji dalam novel ini, dan sedikit yang mampu memahami cerita dari sudut pandang penulis berkaitan dengan kehidupan. Masyarakat terlalu sering hanya menjadikan karya ini sebagai hiburan. Padahal jika ditilik, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita peroleh di dalam cerita atau karya-karya ini. Lewat penelitian yang dilakukan, penulis akan menganalisis isi novel ini secara mendalam dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya melalui unsur-unsur cerita yang terdapat dalam novel.


1.2 Masalah Penelitian
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini secara umumnya yaitu mengenai karya Ilana Tan, Autumn In Paris ini secara mendalam. Namun secara khususnya, masalah yang akan diteliti dan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini ada dua hal.
1. Bagaimana nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris?
2. Bagaimana sikap hidup dan hubungan sosial yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris ini?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini oleh penulis secara umum adalah penggambaran nilai-nilai kehidupan didalam cerita Autumn In Paris karya Ilana Tan ini. Namun secara khususnya, penulis ingin mencapai dua tujuan.
1. Pendiskripsian mengenai nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
2. Pendiskripsian mengenai nilai sosial budaya yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat di dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi tambahan wawasan atau pengetahuan mengenai penelitian terhadap suatu karya sastra dalam bidang ilmu pengetahuan. Manfaat praktis penelitian ini ditujukan pada pembaca secara umum.
1. Peneliti/penulis, yaitu menambah pengetahuan dalam melakukan sebuah penelitian dan menganalisis sebuah karya sastra.
2. Pendidik (misalnya guru), yaitu menambah bahan atau referensi dalam melakukan sebuah pembelajaran.
3. Siswa atau mahasiswa, yaitu menambah bahan atau referensi dalam menerima sebuah pembelajaran.
4. Pembaca secara umum, yaitu menambah wawasan dalam melakukan sebuah penelitian dan menambah wawasan mengenai gambaran nilai-nilai kehidupan dalam sebuah karya sastra.
5. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian terhadap karya sastra lainnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Novel Populer Indonesia
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan (Dr. nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd. Dra. Abdul Roni, M.Pd.). Novel menjadi sebuah karya sastra yang begitu populer di dunia karena memiliki bahasa komunikasi yang sangat dekat dengan masyarakat pembacanya. Sebagai suatu bacaan, novel menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel hiburan. Namun bukan berarti novel hiburan hanya menceritakan kisah lucu dan menghibur, tetapi tetap memiliki nilai serius didalamnya. Demikian juga dengan novel serius, bukan berarti tidak memiliki daya hiburan didalamnya.
Novel hiburan dapat dikatakan juga sebagai novel populer. Novel populer dapat dengan mudah kita kenali melalui beberapa ciri-ciri yang biasanya ditemui dalam novel populer. Novel populer memiliki cover atau sampul berwarna cerah, ilustrasi agak ramai, gambar wanita atau cowoknya yang begitu mengekspresikan judul novel itu. Itu adalah bagian luar dari novel populer yang menjadi acuan mengapa novel itu dikatakan sebagai novel populer. Jika kita melihat sisi dalam novel itu, seperti misalnya nama penokohan, latar cerita, bahasa yang digunakan, dan unsur intrinsik lainnya maka kita juga akan menemui faktor-faktor yang membuat novel ini disebut sebagai novel populer.
Ciri lain dari sebuah novel populer adalah timbulnya tokoh stereotipe. Seperti misalnya ibu tiri atau saudara tiri, remaja-remaja yang hura-hura, dan lain sebagainya. Dan tokoh-tokoh itu dipertemukan dengan masalah yang ringan dan tidak mendalam. Memang disengaja agar pembaca tidak terlalu mengerutkan dahinya saat membaca, atau sampai berpikir keras mengenai isi cerita itu karena tujuan utama dari penulisan novel itu adalah untuk menghibur.
Dalam pemberian ”bumbu-bumbu cerita”, penulis sengaja menyajikan sesuatu yang mengeksploitasi perasaan pembaca. Pembaca dibuat seakan-akan menjadi diri si tokoh dan memiliki akhir cerita yang dapat dengan mudah tertebak. Karena novel ini dibentuk sederhana, mementingkan kesenangan dan hiburan maka novel ini lebih cocok dikatakan dibaca oleh remaja, anak-anak, atau bahkan pembantu rumah tangga, bukan kaum terpelajar. Namun bagi penulis itu tidak menutup kemungkinan masih ada kaum terpelajar yang juga ikut menikmati novel populer ini.

2.2 Tentang Ilana Tan dan Karyanya
Para pembaca remaja pastinya sudah tidak asing lagi dengan bacaan novel yang memiliki judul dan gaya cerita berlatang belakang empat musim, yaitu Spring, Autumn, Summer, dan Winter. Novel yang berjudul Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo, dan Spring In London ini ditulis oleh seorang penulis wanita yang sangat mengagumi kebudayaan Jepang, Korea, dan juga empat musim itu. Melihat apa yang dikagumi oleh pengarang ini, maka tidak heran keempat karyanya memang memiliki latar belakang cerita di negara asia seperti Korea, Paris, Tokyo, dan lainnya.
Seorang Ilana Tan, pengarang yang tidak pernah mencantumkan alamat email dan lainnya pada karyanya, memang seorang yang sangat mencintai kebudayaan yang berbau Asia seperti Jepang. Ilana Tan, meski baru membuat empat karya dan masih sering disebut sebagai penulis pemula, namun pengarang ini memiliki daya tarik cerita yang sangat menghipnotis pembacanya. Pengarang yang juga menyukai film dan jalan-jalan ini ternyata memang pernah berada di luar negeri sehingga terinspirasi utnuk menulis cerita berlatar belakang empat musim di Eropa.
Tidak dapat dipungkiri lagi kalau karya Ilana Tan juga menjadi santapan yang laris di tengah remaja saat ini. Apalagi memang keempat karyanya saling terkait, tokoh-tokoh dalam keempat karyanya ini memiliki hubungan, meski hanya tersingkap sekilas saja. Mungkin inilah yang menjadi suatu kekhasan seoarang Ilana Tan, sehingga dia menjadi pemula yang cukup tangguh melewati para seniornya di kancah penulisan. dapat Dikatakan dia seorang penulis pemula yang berhasil.
Berbicara mengenai keempat karyanya, Autumn In Paris dapat dikatakan sebagai karya yang paling laris. Novel Autumn In Paris ini pun memiliki akhir cerita yang berbeda dari ketiga karya lainnya. Autumn In Paris menyisakan tangis kesedihan bagi pembacanya atau dengan istilah berakhir sedih (sad ending). Sedangkan ketiga karya lainnya memiliki cerita yang lebih menyisipkan keberuntungan dan selalu berakhir bahagia (happy ending).
Begitu kreatifnya seorang Ilana Tan dalam menggabungkan kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Paris, Tokyo, dan negara Asia lainnya, ditambah betapa romantisnya keempat musim, membuat dirinya memiliki predikat sebagai pengarang yang hebat. Alur yang tersusun dalam setiap peristiwa menggambarkan kisah yang seakan-akan pembaca sendiri yang mengalaminya. Apalagi di sela-sela penggunaan bahasa Indonesia, Ilana Tan juga menambahkan unsur bahasa asing, seperti bahasa Paris, Jepang, dan lainnya. Hal itu menambah daya hipnotisnya untuk menarik banyak pembaca. Hal tersebut memberi gambaran bahwa tidak selamanya novel populer itu tidak memiliki nilai pendidikan, moral dan lainnya. Justru terkadang dengan membaca buku ringan yang mengandung pengetahuan meski tidak besar, namun pembaca dapat lebih mudah mengingatnya dan punya motivasi menggunakannya dalam pergaulan mereka.

2.3 Unsur Intrinsik Novel
Sebuah novel memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam pembentukkannnya. Unsur-unsur tersebutlah yang membuat cerita didalam novel menjadi hidup. Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan dalam teks cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik untuk karya sastra jenis novel, prosa dan lainnya ini ada tujuh unsur, yaitu tema, alur, tokoh, amanat, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang.
Dalam pembahasan kali ini hanya akan dilakukan pembahasan mengenai unsur tokoh, alur dan setting/latar saja.
2.3.1 Tokoh
Tokoh adalah unsur dalam cerita yang diciptakan pengarang yang mengalami lakuan atau peristiwa-peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh adalah berwujud manusia, namun hal itu tidak menutup kemungkinan diwujudkan dalam wujud binatang atau benda lain yang diinsankan. Tokoh dalam cerita ini terbagi menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh sentral adalah tokoh utama, tokoh yang mengalami begitu banyak peristiwa dalam cerita tersebut. Tokoh sentral ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama tokoh protagonis, yaitu tokoh baik hati, yang memiliki sikap atau sifat-sifat yang menggambarkan kebaikan. Seperti misalnya sederhana, baik hati, rajin, pintar, disenangi dan disayangi banyak orang, dan ciri lainnya. Kedua adalah tokoh antagonis, yaitu tokoh si jahat, yang memiliki sikap dan sifat yang bertentangan dengan protagonis. Seperti misalnya jahil, sombong, jutek, kasar, dan lainnya.
Berbeda dengan tokoh sentral, tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung dalam cerita. Tokoh bawahan ini mendukung tokoh sentral baik sebagai teman ataupun sebagai musuh. Tokoh bawahan ini terbagi menjadi tiga. Pertama tokoh andalan, yaitu tokoh yang menjadi andalan atau kepercayaan dari tokoh sentral baik antagonis maupun protagonis. Kedua adalah tokoh tambahan, yaitu tokoh yang hanya memiliki peran kecil dalam cerita. Tokoh ini biasanya bermain sebagai tetangga atau teman sekolah yang menambah warna cerita. Ketiga adalah tokoh latar, yaitu tokoh yang hanya sekedar menjadi bagian atau latar saja di dalam cerita.
Tokoh utama dalam cerita dapat berupa gabungan sifat antara antagonis dan protagonis. Peran tokoh dalam novel sedikit sukar untuk dilihat, khususnya tokoh bawahan termasuk jenis yang mana, namun di dalam sebuah film akan terlihat jelas pembagian perannya.
Tokoh dapat ditentukan watak-wataknya melalui dua cara. Dengan metode analitis, yaitu menyajikan secara langsung sifat-sifat dan watak tokoh dalam cerita itu seperti apa. Berikutnya yaitu metode dramatik, yaitu menyajikan watak-watak melalui pemikiran dan lakuan atau tingkah laku tokoh dalam cerita.
2.3.2 Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat diibaratkan sebuah perjalanan cerita. Dimana alur yang membuat pembaca terkadang terhipnotis dengan isi cerita, jalan cerita dan terlebih lagi penasaran pada akhir cerita yang selalu dinantikan. Alur dapat terbagi menjadi tiga.
a. Kronologi, berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Jenis alur ini juga sering disebut sebagai alur linear.
b. Kausal, berdasarkan hubungan sebab akibat yang terjalin dalam cerita.
c. Tematik, berdasarkan tema cerita. Pada alur ini, sebuah peristiwa diri sendiri. Jika satu di antara episode dihilangkan, pembaca masih dapat memahami jalannya cerita.
Dalam membentuk sebuah alur, ada struktur yang harus dibentuk.
a. Bagian awal, bagian ini dibentuk sebuah paparan (expotition), rangsangan (inciting moment) dan gawatan (rising action).
b. Bagian tengah, bagian ini dibentuk bagian tikaian (conflict), rumitan (complication) dan klimaks.
c. Bagian akhir, bagian ini dibentuk sebuah leraian (falling action) dan selesaian (denouement).
Dalam membangun sebuah alur ada beberapa hal mesti diperhatikan, yaitu faktor kebolehjadian (kejadian yang dibuat-buat), faktor kebetulan (kejadian tidak terduga/tertebak), dan faktor kejutan (kejadian tidak secara langsung dikenali pembaca).
2.3.3 Setting/latar
Latar adalah keterangan atau petunjuk yang berkaitan dengan tempat, waktu, suasana, dan situasi kejadian ataupun peristiwa yang ada dalam cerita. Tanpa adanya latar tidak akan mungkin terwujud sebuah cerita. Seperti halnya tokoh, latar juga adalah unsur paling penting dalam membangun sebuah cerita.
Dalam sebuah cerita ada banyak latar yang digunakan, namun juga tidak jarang yang menggunakan satu atau dua latar saja, seperti pada sebuah teater atau naskah drama. Ada beberapa jenis latar yang biasanya terdapat pada sebuah cerita.
a. Latar tempat, latar ini mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Seperti misalnya di rumah, jalan, atau di perkantoran, dan lainnya.
b. Latar waktu, latar ini lebih mengacu pada saat terjadinya peristiwa, atau lebih pada kata ”kapan” peristiwa itu terjadi. Seperti misalnya malam hari, siang hari, sudah tua, masih muda, saat terjadinya apa, dan lain sebagainya.
c. Latar sosial, latar ini mengacu pada prilaku dan kebiasaan adat istiadat/kebudayaan daerah/tempat peristiwa yang digambarkan dalam cerita. Latar sosial ini biasanya lebih pada bentuk kebudayaan, kebiasaan, pola hidup, aturan-aturan, pandangan hidup, cara berpikir dan bertindak, dan status sosial masyarakat tersebut.
Setiap penempatan latar pasti akan berkaitan langsung dengan alur cerita, dimana latar merupakan unsur pendukung dalam penentuan alur, dan lebih bisa menggambarkan setiap kejadian/peristiwa dalam cerita.




2. 4 Analisis Nilai-nilai Kehidupan Dalam Novel Autumn In Paris
2.4.1 Nilai Ekonomi
Ekonomi secara umum adalah satu di antara ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Manusia sebagai makhluk ekonomi pastinya selalu memiliki masalah dalam menjalani perekonomian masing-masing. Hal itu terjadi karena kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan. Oleh sebab itu dikenal istilah tindakan ekonomi, yaitu usaha manusia yang dilandasi pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Dalam melaksanakan setiap tindakan tersebut makhluk ekonomi memiliki prinsip yaitu melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal.
Bentuk ekonomi bukan hanya sekedar melakukan suatu usaha atau pekerjaan, tetapi juga memiliki nilai-nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai ekonomi tersebut dapat kita lihat terkandung dalam bentuk kesenjangan ekonomi yang juga menyangkut sosial. Jadi pada dasarnya nilai-nilai ekonomi ini menyangkut pekerjaan, hidup, dan kesenjangan masyarakat.
2.4.2 Nilai Sikap Hidup
Nilai adalah segala sesuatu yang berharga, berguna, indah dan memperkaya batin yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabat yang dimilikinya. Nilai menjadi satu di antara wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh sebab itu dikenal istilah nilai sosial budaya.
Nilai sosial sendiri adalah nilai yang berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dengan menekankan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Dari nilai sosial itulah timbul nilai sikap hidup. Sikap hidup adalah segenap tingkah laku, sifat, dan pribadi seseorang dalam berhubungan dengan sesamanya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah dan tujuan yang akan diamati. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian inilah, maka digunakan rancangan penelitian kualitatif. Rancangan penelitian kualitatif ini adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6). Definisi ini merupakan suatu sintetis dari berbagai pendapat penulis buku penelitian kualitatif lainnya. Pendapat yang paling menarik adalah pendapat dari Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian kualitatif ini memiliki beberapa karakteristik yang menggambarkan perbedaannya dengan penelitian lainnya. Ada dua versi yang tersaji mengenai karakteristik penelitian ini, yaitu versi Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dan Lincoln dan Guba (1985:30-44) dalam Moleong (2010:8). Berikut ini hasil sintesis dari kedua versi ini.
1. Latar Alamiah
2. Manusia Sebagai Alat
3. Metode Kualitatif
4. Analisis Data Secara Induktif
5. Teori dari Dasar
6. Deskriptif
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus
9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data
10. Desain yang Bersifat Sementara
11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama

3.2 Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini pada prinsipnya sama dengan metode hermeneutika dan analisis isi. Namun ketiganya dibedakan berdasarkan tujuan masing-masing. Metode kualitatif lebih memfokuskan pada data alamiah yang ada dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Hal itu membuat metode ini dianggap multimetode, karena menghubungkan segala sesuatu yang ada di sekitar karya sastra tersebut dalam penelitiannya.
Metode kualitatif memiliki landasan yang dipegangnya, yaitu paradigma positivisme Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey menurut Moleong dalam Ratna (2006:47). Objek penelitian metode ini adalah makna-makna dibalik tindakan yang menimbulkan gejala-gejala sosial. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai, yang membuatnya bertentangan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat bebas nilai.
Ciri-ciri dari metode kualitatif sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan sebagai studi kultural.
2. Proses lebih diutamakan dibanding hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Terjadi interaksi secara langsung antara subjek peneliti dengan objek penelitian sehingga tidak ada jarak di antara keduanya.
4. Penelitian bersifat terbuka sehingga desain dan kerangka penelitian bersifat sementara.
5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budaya masing-masing.

3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah kutipan-kutipan dari cerita dalam novel yang menjadi sumber data peneliti. Kutipan-kutipan tersebut menjadi sebuah acuan bagi peneliti untuk membuktikan bahwa hal tersebut benar-benar dapat diteliti dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Novel Autumn In Paris adalah sumber data yang digunakan, dan dari dalam novel inilah ditemukan data-data yaitu kutipan-kutipan tadi sebagai bahan penelitian.


3.4 Cara/Teknik Pengambilan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan cara dokumenter. Dimana cara dokumenter ini adalah dengan membaca novel atau bahan/sumber data tadi, dan mendokumentasikan setiap hal berupa kutipan untuk sebagai bahan data penelitian.

3.5 Cara/Teknik Menguji Keabsahan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam menguji keabsahan data yang telah peneliti kumpulkan adalah melalui ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan adalah membaca berulang kali novel yang menjadi sumber penelitian tadi sehingga dapat dengan mudah melakukan penelitian dan lebih memahami mengenai data-data yang akan menjadi kekuatan sebagai penelitian. Teknik menguji keabsahan data ini berhubungan erat dengan teknik menganalisis data.

3.6 Cara/Teknik Menganalisis Data
Cara atau teknik menganalisis data yang peneliti gunakan adalah teknik analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif ini adalah jenis analisis yang lebih mengacu pada data-data yang bersifat tertulis atau tulisan dan bukan angka. Menurut Mahsen (2005:256-257), penelitian dengan analisis kualitatif ini mendasarkan dirinya pada paradigma metodologis induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus pada yang umum. Teknik analisis kualitatif tidak berbeda jauh dengan analisis isi, dimana analisis isi adalah proses menganalisis dan mengamati isi pesan dan perilaku dari sebuah komunikasi lisan maupun tertulis.
Pada saat penganalisisan data kita dapat melakukan langkah-langkah sederhana. Langkah-langkah analisis tersebut misalnya seperti membaca novel berulang-ulang kali hingga kita memahami setiap alur dalam novel tersebut, kemudian kita melakukan interpretasi, pemberian makna dan pendeskripsian hasil analisis. Hal-hal tersebut dapat kita laksanakan dalam metode analisis kualitatif dan analisis isi.

BAB IV
ANALISIS NOVEL AUTUMN IN PARIS KARYA ILANA TAN
BERDASARKAN SOSIOLOGI SASTRA

4.1 Nilai Ekonomi dalam Novel Autumn In Paris
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nilai ekonomi terkait erat dengan kehidupan manusia. Baik di bidang pekerjaan maupun kesenjangan sosial manusia. Oleh sebab itu dalam analisis yang dilakukan, peneliti berusaha menganalisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Melalui pekerjaan yang dilakukan tersebut dapat digambarkan bagaimana kehidupan para tokoh cerita.
Pekerjaan yang dilakukan para tokoh pada umumnya bersifat pekerjaan yang besar. Bentuk dari pekerjaan itu dapat di lihat pada tabel 1.1 dan pada kutipan di lampiran. Berikut akan ditampilkan tabel nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.1 Pekerjaan dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Pekerjaan a. Tatsuya Fujisawa dan Sebastien Giraudeau bekerja sebagai arsitek
b. Tara Dupont/Victoria Dupont dan Elise bekerja sebagai penyiar radio
c. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah seorang pengusaha (pemilik restoran dan kelab)
d. Laurent Delcour adalah seorang dokter
e. Edouard adalah seorang bartender

Di atas sudah dijelaskan bahwa nilai ekonomi tidak hanya terkait dengan pekerjaan para tokoh di dalam novel ini. Nilai ekonomi yang akan dibahas juga adalah kesenjangan sosial yang terdapat pada novel ini. Melalui pekerjaan yang telah dibahas di atas tadi kita dapat dengan mudah menyimpulkan kesenjangan sosial yang terjadi dalam kehidupan para tokoh di novel ini.
Kesenjangan sosial memang selalu terkait dengan pekerjaan seeorang, demikian juga di dalam novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai kesenjangan sosial yang terdapat pada novel Autumn In Paris.
Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Kesenjangan Hidup a. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, Sebastien Giraudeau, dan Laurent Decour adalah golongan masyarakat yang mapan
b. Tara Dupont/Victoria Dupont, Elise, dan Edouard adalah masyarakat yang cukup mapan
Melalui kedua tabel di atas dapat kita temukan nilai ekonomi para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Dimana Kesenjangan hidup dinilai dari pekerjaan masing-masing tokoh tanpa melihat latar belakang keluarga.

4.2 Nilai Sikap Hidup dalam Novel Autumn In Paris
Sikap hidup adalah hasil dari hubungan yang terjalin antar manusia, dimana terlihat karakter dan kebiasaan serta tingkah laku sehari-hari seorang manusia. Dari sikap hidup inilah timbul nilai kehidupan yang menyangkut mengenai tingkah laku dan sikap hidup seorang manusia.
Novel Autumn In Paris ini menceritakan mengenai tiga kebudayaan, yaitu Indonesia, Jepang, dan Paris. Dimana tergambarkan mengenai kehidupan tokoh-tokoh cerita yang bertemu di Paris dan memulai hubungan dari teman, sahabat, hingga kekasih. Hubungan sosial yang terjalin dalam novel ini dapat terlihat dengan jelas jika membaca langsung novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai-nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.



Tabel 1.3 Hubungan sosial di dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Sikap Hidup
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Hubungan sosial
a. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah sepasang kekasih
b. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah saudara satu ayah
c. Orang tua
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah orang tua atau ayah dari Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Kenichi Fujisawa adalah ayah tiri dari Tatsuya Fujisawa

d. Sahabat
- Sebastien Geraudeau adalah sahabat Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Tara Dupont adalah sahabat Elise
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah sahabat Laurent Delcour
e. Edouard adalah pegawai Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont

Seperti yang telah dijelaskan di atas, jika sikap hidup dapat tergambarkan melalui tingkah laku, sifat, dan karakter tokoh cerita pada novel Autumn In Paris ini. Sikap hidup ini terlihat semakin jelas dalam hubungan sosial yang terjalin antar tokoh cerita. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In paris
No Nilai Sikap Hidup
Dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Sikap Hidup
a. Tatsuya Fujisawa berani untuk jujur dan kuat menghadapi kenyataan hidup dan mengambil keputusan
b. Kenichi Fujisawa dan Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont tulus dalam menerima dan mencintai Tatsuya Fujisawa
c. Sebastien Geraudeau dan Elise sangat setia kawan/bersa-habat
d. Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah cewek yang cerewet
e. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, dan Sebastien Geraudeau adalah tipe pria yang workaholic (pekerja keras)

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Novel Autumn In Paris adalah satu di antara sekian banyak novel popular yang memiliki nilai-nilai kehidupan didalamnya. Beberapa nilai kehidupan yang peneliti analisis di dalam novel ini adalah nilai ekonomi dan nilai sikap hidup manusia. Dimana kedua nilai ini memiliki hubungan cukup erat karena bagaimanapun, manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari sebuah ekonomi. Jadi pada dasarnya nilai ekonomi seperti pekerjaan dan kesenjangan social sangat berkaitan erat dengan nilai sikap hidup yaitu hubungan social dan sikap hidup para tokoh.
Data mengenai kedua nilai ini dapat dilihat dalam lampiran. Dimana akan terlihat nilai-nilai kehidupan mengenai kedua hal ini. Itulah sebabnya kenapa novel popular tetap memiliki nilai pendidikan seperti dalam novel serius.

5.2 Saran
Karya sastra memiliki banyak hal yang dapat dipelajari, termasuk didalamnya kedua nilai di atas. Oleh sebab itu dalam membaca sebuah karya sastra kita dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan dan sebuah pembelajaran. Maka dari itu, karya sastra jangan hanya dijadikan hhiburan semata. Dan melalui setiap karya sastra yang kita baca, kita patut member apresiasi yang tinggi.
Dalam melakukan sebuah penelitian untuk memperoleh semua itu, kita dapat melakukan dengan mudah. Satu di antara langkah yang dapat kita lakukan adalah membaca berulang-ulang.


DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rossdakarya: Bandung.

Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Rouftracal. 2009. “Novel popular vs novel serius”. http://rouftracal.blogspot. com/2009/05/novel-populer-vs-novel-serius.html

http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html

http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/09/analisis-isi-content-analysisi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/novel.html
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/novel-populer.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/sikap-hidup.html
http://id.wikipedia.com/artikel/nilai-kehidupan.html
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/metodologi-penelitian.html

LAMPIRAN

Berikut ini ditampilkan tabel mengenai kesimpulan dari kedua nilai yang dianalisis oleh peneliti.
Tabel 1.1 Pekerjaan para tokoh dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Pekerjaan Kutipan
1 17








19












23



26-27




124








175




116





a. Arsitek





















b. Penyiar Radio







c. Pengusaha (Pemilik Kelab dan Restoran)





d. Dokter




e. Bartender a. Tara menggangguk. Ia ingat Sebastien pernah menyebut-nyebut proyek itu. Perusahaan arsitek ayah Sebastien akan bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk membangun hotel di Paris. Sebastien adalah salah satu arsitek yang terlibat dalam proyek ini.
b. “Aku punya teman di Jepang,” Sebastien memulai. “Namanya Tatsuya Fujisawa.”
“Dia juga arsitek dan dia akan bergabung dalam proyek pembangunan hotel ini. Arsitek Jepang yang sebelumnya bertanggung jawab dalam proyek ini mendadak menarik diri dari pekerjaan ini. Karena itu perusahaan pihak Jepang mengusulkan agar Tatsuya yang menggantikannya.”
a. “Dia juga penyiar radio,” Sebastien melanjutkan, seolah sedang membanggakan anak kesayangan.
b. Tara mendengar suara Elise yang ceria di radio dan melirik jam dinding. Oh, Je me souviens…yang dipandu Elise sudah dimulai.
a. “Lemercier adalah nama ayahku sewaktu masih muda sekali,” jelasnya sambil menggandeng lengan ayahnya. “Sejak mulai menjalankan bisnis kelab dan restoran, Papa mengganti namanya menjadi Dupont. Sejarahnya panjang. Lain kali akan kujelaskan.”
a. Dokter Laurent Delcour membetulkan letak kacamatanya dan menatap gadis yang sudah dikenalnya sejak dulu itu. “Tara?”
a. Tara mengangguk dan mencari-cari bartender yang entah ada di mana. “Eduardo!” seru gadis itu sambil melambai-lambaikan tangan kea rah bartender botak yang sedang melayani seorang tamu.


Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Kesenjangan Sosial Kutipan
1 123






27











17








13 a. Mapan (Kaya)


























b. Cukup Mapan


a. “Aku pernah mendengar ayahmu adalah…eh, Jean-Daniel Lemercier yang punya banyak restoran di Prancis,” Tatsuya berbohong dengan susah payah. Lidahnya terasa berat, suaranya juga terdengar agak serak.
b. “Ini adalah kunjunganku yang kesekian kalinya ke Paris. Biasanya setiap kali pesawatku mendarat di bandara Charles de Gaulle, aku akan melakukan hal-hal yang sudah rutin kulakukan. Aku turun dari pesawat, mengurus imigrasi, dengan sabar menunggu bagasiku muncul di ban berjalan, setelah itu langsung keluar dari bandara tanpa melihat ke kiri atau kanan.”
c. “Ayahku hanya kelelahan dan jantungnya memang dari dulu sedikit bermasalah. Jadi aku harus langsung terbang ke Tokyo untuk menggantikannya. Aku sudah pernah cerita tentang rencana pembangunan hotel di sini yang bekerja sama dengan Jepang, bukan?”
a. Ketika ia hampir sampai di tempat parkir Mercedes biru kecilnya, Tara mengeluarkan kunci mobil. Terdengar bunyi pip dua kali tanda pintu mobil sudah terbuka dan ia cepat-cepat masuk.


Tabel 1.3 Hubungan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Hubungan Sosial Kutipan
1 213










122











244










131







12








15






259








116 a. Saudara










b. Orang tua






















c. Sahabat























d. Kekasih








e. Pegawai



a. Tara langsung berpaling kea rah Sebastien dan berkata, “Oh, Sebastien, aku belum memberitahumu, ya? Aku dan Tatsuya bersaudara.”
Tara menjawab, “Kami berdua punya ayah yang sama.” Ia berpikir sejenak. “Itu artinya saudara seayah, ya? Atau saudara tiri?” Lalu mengangkat bahu, “Pokoknya begitulah.”
a. Tatsuya bisa merasakan kekagetan di mata pria itu. Tatsuya memahaminya. Ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Pria yang sekarang ini sedang merangkul pundak Tara memang diperkenalkan sebagai ayah Tara, tetapi Tatsuya lebih mengenalnya dengan nama Jean-Daniel Lemercier, orang yang baru diketahuinya sebagai ayah kandungnya.
b. Di rumah sakit itu ia bertemu dengan ayah Tatsuya. Ia tetap diam dan menjaga jarak sementara ayahnya menyapa dan bersalaman dengan ayah Tatsuya. Usia Kenichi Fujisawa pasti tidak jauh berbeda dari Jean-Daniel Dupont, tetapi pria kurus itu terlihat jauh labih tua dari Jean-Daniel.

a. “Teman, tampangmu berantakan sekali,” komentar Sebastien ketika masuk ke kantor Tatsuya siang itu. Tadinya ia berencana mengajak Tatsuya makan bersama mengingat mereka jarang sekali bertemu sejak terlibat langsung dalam proyek hotel itu.
b. Bunyi denting halus membuyarkan lamunan Tara. Mereka sudah tiba di lantai dasar. Tara keluar dari lift dan melambaikan tangan kepada temannya. Ia memarkir mobilnya di lapangan parker luar gedung sementara mobil Elise sendiri diparkir di basement.
c. Mereka berdua sudah berteman sejak Tara pindah ke Paris. Mereka bertemu untuk pertama kalinya kektika Sebastien diajak menghadiri pesta pembukaan restoran baru ayah Tara di Quartier Latin.
a. Tara memegang lengan Tatsuya dengan sebelah tangan sementara tangan yang lainnya menutup mulut. “Aku akan baik-baik saja,” isaknya pelan. “Aku akan selalu menyayangimu.” Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu….
a. Tara mengangguk. Ia memperkenalkan kedua pria itu. “Edouard, ini temanku, Tatsuya. Tatsuya, ini Edouard. Dia sudah cukup lama bekerja di sini. Salah satu bartender favorit ayahu,” jelas Tara.





Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Sikap Hidup Kutipan
1 18




35



35










227









244-245








263







15




a. Workaholic (pekerja keras)

















b. Berani, jujur dan kuat







c. Tulus








d. Setia kawan






e. Cerewet a. “Sudah sehat dan kembali bekerja seperti biasa,” sahut Sebastien, lalu mengangkat bahu dan tersenyum lebar. “Ayahku itu tipe orang yang tidak bisa diam.”
b. Tara mematikan ponsel dan menghela napas. Sejak aktif seratus persen di perusahaan ayahnya, Sebastien selalu sibuk.
c. “Tapi dia akan kembali. Dia pulang ke Tokyo untuk membereskan semua pekerjaannya sebelum memfokuskan perhatiannya untuk proyek kami ini. Dengar-dengar dia akan kembali sebentar lagi. Dalam minggu-minggu ini, kurasa,” Sebastien menjelaskan.


a. “Aku akan pulang ke Jepang.”
“Aku sudah mengatur semuanya,” lanjut Tatsuya datar. “pekerjaanku di sini akan kulanjutkan di Jepang. Pasti tidak masalah. Lagi pula ada pekerjaan lain di Jepang yang harus dikerjakan secepatnya.” Ia berhenti sejenak. “Dengan begini akan lebih mudah bagi kita. Bukankah begitu?”
a. Tua dan lelah. Di raut wajahnya yang dipenuhi guratan penderitaan, Tara merasa ia pria yang sabar, pendiam, dan bijak. Matanya memancarkan kesedihan mendalam, tetapi juga menyiratkan rasa terima kasih melihat Tara dan ayahnya bersedia datang menjenguk putranya.
a. Hei, aku sama sekali tidak keberatan menjadi mata-mata. Aku tahu kau mencemaskan Tara, sama seperti kami di sini. Tapi kau tentu sudah tahu, Tara itu gadis yang kuat. Dia pasti bisa bertahan. Bagaimana denganmu sendiri? Kau baik-baik saja?
a. “Aku tahu apa yang sedang kaupikirkan. Jangan coba-coba mengataiku cerewet,” ancam Tara sambil meraih setusuk sate lagi dan menatap Sebastien dengan mata disipitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar