Beberapa waktu lalu Aku dan temanku terbius oleh boyband korea “Super Junior”. Entah kenapa tiba-tiba kami berdua sepertinya tidak akan bisa tidur pulas kalau hari itu tidak menonton dan menemukan info bahkan video terbaru tentang anak-anak SuJu. Padahal jauh sebelumnya banyak boyband Korea yang sudah Aku miliki video dan lagu-lagunya. Tapi virus menggila tentang korea benar-benar menjangkiti kami. Hingga akhirnya seseorang menulis tentangku di status Facebooknya “Kamu gila karena Korea!!”. Dan status menyakitkan itu ampuh menyembuhkan virus Korea—tapi bukan berarti aku langsung anti Korea—di hari-hariku.
Dan kurasa bukan hanya Aku yang menjadi gila karena Korea, tapi hampir semua remaja bahkan kutemukan orang-orang dewasa pun terbius dengan Korea. Apalagi saat ini satu di antara stasiun TV menampilkan drama Korea nyaris enam jam setiap harinya. Kemudian stasiun lainnya memunculkan tampilan boy/girl band Korea juga. Jadinya aku merasa Korea tidak lagi nun jauh di sana, tapi dia sudah ada di Indonesia. “Annyeong (hai/halo) Indonesia..” sapanya pada anak-anak Indonesia.
Aku pikir tidak masalah jika kita mengenal lagu atau menonton film-film luar negeri, khususnya Korea. Terlebih lagi Aku satu di antara penggemar Korea meski tak segila kemarin. Namun, pemandangan memuakkan timbul ketika sederet anak-anak Indonesia bermunculan dengan boy/girl band, pakaian, dandanan, dan bahasa ala Korea. Ku akui Aku juga belajar bahasa Korea tapi, maaf Aku bukan penjiplak seperti mereka. Apa Aku salah?
Menurut KBBI penjiplak adalah seseorang yang mencuri, meniru, mengambil, mencontek sesuatu dari orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, apakah salah jika Aku mengatakan anak muda Indonesia penjiplak? Aku beberkan beberapa realita yang menjadi alasan mengapa aku berpendapat seperti itu. Model pakaian sekarang celana rok/celana mini dengan baju/jaket kebesaran, bahasa dan tulisan baik di buku atau Facebook menggunakan huruf kanji atau bahasa Korea, tarian boy/girl band ala Korea, karakter tokoh di film-film ala Korea juga, bahkan saking ekstrimnya segala informasi mengenai Korea dengan mudah ditemukan di blog-blog mereka, sedangkan tentang Indonesia dan kebudayaannya sangat sedikit mereka cantumkan di blog.
Bedanya dengan sekedar mengidolakan adalah hanya mengagumi sesuatu tanpa harus atau menjadi serupa dengan sesuatu atau seseorang tersebut. di awal telah kukatakan, tidak salah jika kita menyukai lagu atau film-film Korea. Tapi hal itu disebut kesalahan jika kita berusaha menjadi seperti mereka dan akhirnya lupa pada kehebatan budaya yang kita miliki. Kebiasaan buruk ini bagai penyakit keturunan yang tak kunjung sembuh.
Banyak dari anak muda penjiplak mengawali karir menjiplak mereka melalui pergaulan dan tontonan. Kelemahan anak Indonesia adalah tidak ada kebanggaan akan diri sendiri, dan merasa hebat jika mampu bertransformer menjadi seperti apa yang mereka lihat (ikut-ikutan orang Korea misalnya). Pergaulan di dukung oleh media-media membuat mereka menjadi jarum suntik virus Korea bagi anak lainnya. Dan penyebaran pun merajalela perlahan mengikis kekreatifitasan anak Indonesia.
Anak muda Indonesia sebenarnya punya banyak modal untuk menjadi idola, bukan sekedar pengidola. Lewat batik kita dapat memunculkan kembali busana dan aksesoris khas Indonesia. Sanggar-sanggar dapat menampilkan tarian khas Indonesia versi modern, dan kreatifitas lainnya. Kreatifitas itu dapat mengubah “annyeong Indonesia” menjadi “hai Korea.”
Kebiasaan buruk jika dipertahankan akan menjadi suatu penyakit yang menggerogoti kebiasaan baik. Ketika kebiasaan baik terkikis, segala kekayaan dan kemampuan yang kita miliki pun hilang. Jika diibaratkan, kita bagai tikus yang mati di lumbung padi. Artinya kita menjadi miskin dalam kekayaan yang kita punya. Aku yakin, Aku dan anak Indonesia tidak mau menjadi tikus-tikus yang mati di lumbung padi tetapi bersorak-sorai di lumbung padi.
Rabu, 27 Juli 2011
Kampus Bukan Rumah Bapakmu!
Kekecewaan timbul ketika memasuki satu di antara kampus di Pontianak. Ternyata mahasiswa hanya sekedar duduk santai di parkiran, kantin, lorong-lorong kelas, sekre (sekretariat HIMA/UKM), bahkan di taman-taman kampus. Padahal sebagian dari teman-teman mereka sedang berada di kelas mengikuti perkuliahan. Entah apa saja yang mereka perbincangkan, atau entah kenapa mereka betah berlama-lama di depan laptop dan mengobrol ria di Facebook. Dan entah bagaimana kampus yang seharusnya sebagai tempat menimba ilmu beralih menjadi rumah tongkrongan bagi mereka.
Pemandangan seperti itu memang bukan kasus baru di kalangan mahasiswa. Saya berpendapat bahwa hal ini juga terjadi di kampus mana pun di Indonesia. Sedari dulu yang namanya mahasiswa bandel pasti ada. Namun yang menimbulkan persoalan adalah, kasus tersebut semakin memuncak. Terlebih saat ini kampus-kampus memiliki jalur internet yang membuat mahasiswa tidak perlu repot pergi ke warnet untuk mengunjungi Google. Ditambah pihak kampus membangun taman untuk memudahkan mahasiswa jika ingin mengerjakan tugas sembari menunggu jam selanjutnya. Fasilitas yang diberikan pihak kampus untuk membantu mahasiswa berkembang justru disalahgunakan. Mereka dengan suka hati menggunakan fasilitas tersebut seakan-akan kampus menjadi rumah Bapaknya.
Keasyikan dengan fasilitas dan kenyaman tersebut membuat mereka melupakan tujuan awal mengapa mereka berada di kampus. Seseorang yang disebut mahasiswa masih memiliki kewajiban yaitu kuliah, belajar. Mahasiswa seharusnya seseorang yang telah terbentuk kekritisan dan kedewasaan pikirannya. Mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan bertanggung jawab dengan kewajiban mereka. Tetapi fakta yang terjadi adalah mahasiswa tidak berbeda jauh dengan siswa SMP/SMA. Mereka masih harus diatur oleh dosen atau bahkan orang tua untuk menjalankan kewajiban mereka.
Mereka memang setiap hari ke kampus, menggunakan kemeja rapi dan membawa tas serta laptop. Tapi lihat saja, berapa banyak mahasiswa yang memasuki kelas? Berapa jumlah mahasiswa yang tertinggal di parkiran, berbelok ke kantin, atau malah keterusan ke sekre? Pepohonan dan dinding kantin lah yang menjadi saksi biksu kelakuan mereka.
Dan hal yang semakin memiriskan hati adalah hingga saat ini belum ada satu pihak pun (baik dari kampus maupun mahasiswa) yang bergerak mengatasi problema ini. Padahal jika dibiarkan, kebodohan dan kekerdilan pikiran akan menjadi warna baru bagi generasi di Negara ini. Lama kelamaan kampus tidak lagi menjadi wadah pencipta pejuang bangsa. Maka jangan heran bila kita akan terjajah kembali, tentu dalam versi yang berbeda yaitu terjajah oleh kebodohan dan kedegilan hati.
Harapan kedepan adalah terjadinya perubahan dalam diri mahasiswa Indonesia. kebanggaan terbesar Negara ini berada di pundak mereka yang memiliki pemikiran kreatif, kritis, dan inovatif bagi perkembangan bangsanya. Ingatlah, seseorang yang tidak mau dipimpin dia tidak akan pernah menjadi pemimpin.
Pemandangan seperti itu memang bukan kasus baru di kalangan mahasiswa. Saya berpendapat bahwa hal ini juga terjadi di kampus mana pun di Indonesia. Sedari dulu yang namanya mahasiswa bandel pasti ada. Namun yang menimbulkan persoalan adalah, kasus tersebut semakin memuncak. Terlebih saat ini kampus-kampus memiliki jalur internet yang membuat mahasiswa tidak perlu repot pergi ke warnet untuk mengunjungi Google. Ditambah pihak kampus membangun taman untuk memudahkan mahasiswa jika ingin mengerjakan tugas sembari menunggu jam selanjutnya. Fasilitas yang diberikan pihak kampus untuk membantu mahasiswa berkembang justru disalahgunakan. Mereka dengan suka hati menggunakan fasilitas tersebut seakan-akan kampus menjadi rumah Bapaknya.
Keasyikan dengan fasilitas dan kenyaman tersebut membuat mereka melupakan tujuan awal mengapa mereka berada di kampus. Seseorang yang disebut mahasiswa masih memiliki kewajiban yaitu kuliah, belajar. Mahasiswa seharusnya seseorang yang telah terbentuk kekritisan dan kedewasaan pikirannya. Mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan bertanggung jawab dengan kewajiban mereka. Tetapi fakta yang terjadi adalah mahasiswa tidak berbeda jauh dengan siswa SMP/SMA. Mereka masih harus diatur oleh dosen atau bahkan orang tua untuk menjalankan kewajiban mereka.
Mereka memang setiap hari ke kampus, menggunakan kemeja rapi dan membawa tas serta laptop. Tapi lihat saja, berapa banyak mahasiswa yang memasuki kelas? Berapa jumlah mahasiswa yang tertinggal di parkiran, berbelok ke kantin, atau malah keterusan ke sekre? Pepohonan dan dinding kantin lah yang menjadi saksi biksu kelakuan mereka.
Dan hal yang semakin memiriskan hati adalah hingga saat ini belum ada satu pihak pun (baik dari kampus maupun mahasiswa) yang bergerak mengatasi problema ini. Padahal jika dibiarkan, kebodohan dan kekerdilan pikiran akan menjadi warna baru bagi generasi di Negara ini. Lama kelamaan kampus tidak lagi menjadi wadah pencipta pejuang bangsa. Maka jangan heran bila kita akan terjajah kembali, tentu dalam versi yang berbeda yaitu terjajah oleh kebodohan dan kedegilan hati.
Harapan kedepan adalah terjadinya perubahan dalam diri mahasiswa Indonesia. kebanggaan terbesar Negara ini berada di pundak mereka yang memiliki pemikiran kreatif, kritis, dan inovatif bagi perkembangan bangsanya. Ingatlah, seseorang yang tidak mau dipimpin dia tidak akan pernah menjadi pemimpin.
Dayak Lagi Krisis
Seminggu yang lalu teman dari Jakarta pulang liburan. Kami mengadakan reuni kecil dan menginap beberapa hari di rumah teman. Ada sesuatu yang aneh kurasakan pada dirinya, mulai dari dandanan hingga bahasanya. Setiap kali kami mengajaknya bicara dalam bahasa Dayak, dia selalu menyahuti dengan bahasa ala Jakarta. Hingga esok harinya, ketika kami sedang seru-serunya mengobrol dia berkata, “kamu ini ngaloki (membohongi) aku saja..” sontak kami mengulum senyum menahan geli mendengarnya. Jujur saja, hal itu sangat memalukan bagiku.
Hal di atas bukan hanya terjadi pada temanku, tapi nyaris terjadi pada anak-anak Dayak lainnya. Saat ini kebanggaan sebagai anak Dayak semakin menipis. Bahkan tragisnya untuk berbahasa dan mengakui jati dirinya saja mereka nyaris tidak mau. Hal tersebut seakan-akan suatu penyakit yang mengerikan. Saking mengerikannya mereka tidak mau hal itu terungkap.
Di Gawai Dayak beberapa waktu lalu, peserta yang mengikuti ajang Bujank Dare sebagian besar bukan dari suku Dayak asli. Mereka tidak dapat menunjukkan kemampuan berbahasa Dayak yang benar. Mereka juga tidak dapat menggambarkan kebudayaan suku ini. Bukankah itu fakta yang sangat memprihatinkan? Bagaimana bisa warisan adat, budaya terbesar yang menjadi kebanggaan suku Dayak ini, tercoreng hanya karena masyarakatnya meminoritaskan diri?
Krisis kebanggaan ini membuat suku Dayak tidak berkembang hingga sekarang. Tanpa disadari mereka meminoritaskan diri sendiri. Malu untuk berbahasa Dayak menjadi ajang pemusnahan satu di antara budaya yang dimiliki suku tersebut. Padahal telah dinyatakan ada 100 lebih suku Dayak yang tersebar di Kalimantan (belum lagi jumlah suku yang belum diketahui), dan itu membuktikan suku Dayak bukanlah minoritas yang sebenarnya. Suku Dayak juga menjadi abang atau saudara tertua dari suku lainnya. Artinya suku Dayak dihormati oleh suku lain. Lantas, apa yang menyebabkan kekrisisan itu terjadi?
Jika kembali ke beberapa waktu lalu, maka dapat ditemukan penyebabnya. Kekuatan secara mistik yang dimiliki oleh suku ini membuat mereka tidak mau membuka diri terhadap perkembangan dunia. Disinyalir pada awal-awal masa modern, suku Dayak menolak untuk mengikuti perkembangan. Mereka masih berkecimpung dengan adat dan tradisi mereka. Sehingga akhirnya suku-suku lain menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan Kalimantan Barat. Peranan masyarakat Dayak pun semakin tidak terdengar lagi. Jadi, suku Dayak terkena krisis bukan karena ulah suku atau masyarakat lain tetapi disebabkan oleh diri mereka sendiri.
Namun, apakah Dayak berakhir? Tidak. Di tengah-tengah kekrisisan itu, Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat saat ini berhasil membuktikan bahwa Dayak masih sanggup mengibarkan peranan mereka bagi masyarakat. Hal ini seharusnya memotivasi para pemuda Dayak untuk bangkit. Belajar berbangga dengan apa yang dimiliki akan memulihkan kekrisisan tersebut. Kedepannya tidak akan ditemui lagi pemuda Dayak yang malu akan bahasa dan budayanya sendiri. Tapi justru mengusung sukunya untuk ikut berperan menjadikan Kalimantan barat sejajar dengan provinsi lainnya.
Untuk menggapai hal tersebut, sanggupkah para pemuda Dayak mempersembahkan kekhasan suku mereka bagi Kalimantan Barat dan lepas dari kekrisisan? Atau justru semakin terjerumus dalam kekrisisan??
Hal di atas bukan hanya terjadi pada temanku, tapi nyaris terjadi pada anak-anak Dayak lainnya. Saat ini kebanggaan sebagai anak Dayak semakin menipis. Bahkan tragisnya untuk berbahasa dan mengakui jati dirinya saja mereka nyaris tidak mau. Hal tersebut seakan-akan suatu penyakit yang mengerikan. Saking mengerikannya mereka tidak mau hal itu terungkap.
Di Gawai Dayak beberapa waktu lalu, peserta yang mengikuti ajang Bujank Dare sebagian besar bukan dari suku Dayak asli. Mereka tidak dapat menunjukkan kemampuan berbahasa Dayak yang benar. Mereka juga tidak dapat menggambarkan kebudayaan suku ini. Bukankah itu fakta yang sangat memprihatinkan? Bagaimana bisa warisan adat, budaya terbesar yang menjadi kebanggaan suku Dayak ini, tercoreng hanya karena masyarakatnya meminoritaskan diri?
Krisis kebanggaan ini membuat suku Dayak tidak berkembang hingga sekarang. Tanpa disadari mereka meminoritaskan diri sendiri. Malu untuk berbahasa Dayak menjadi ajang pemusnahan satu di antara budaya yang dimiliki suku tersebut. Padahal telah dinyatakan ada 100 lebih suku Dayak yang tersebar di Kalimantan (belum lagi jumlah suku yang belum diketahui), dan itu membuktikan suku Dayak bukanlah minoritas yang sebenarnya. Suku Dayak juga menjadi abang atau saudara tertua dari suku lainnya. Artinya suku Dayak dihormati oleh suku lain. Lantas, apa yang menyebabkan kekrisisan itu terjadi?
Jika kembali ke beberapa waktu lalu, maka dapat ditemukan penyebabnya. Kekuatan secara mistik yang dimiliki oleh suku ini membuat mereka tidak mau membuka diri terhadap perkembangan dunia. Disinyalir pada awal-awal masa modern, suku Dayak menolak untuk mengikuti perkembangan. Mereka masih berkecimpung dengan adat dan tradisi mereka. Sehingga akhirnya suku-suku lain menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan Kalimantan Barat. Peranan masyarakat Dayak pun semakin tidak terdengar lagi. Jadi, suku Dayak terkena krisis bukan karena ulah suku atau masyarakat lain tetapi disebabkan oleh diri mereka sendiri.
Namun, apakah Dayak berakhir? Tidak. Di tengah-tengah kekrisisan itu, Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat saat ini berhasil membuktikan bahwa Dayak masih sanggup mengibarkan peranan mereka bagi masyarakat. Hal ini seharusnya memotivasi para pemuda Dayak untuk bangkit. Belajar berbangga dengan apa yang dimiliki akan memulihkan kekrisisan tersebut. Kedepannya tidak akan ditemui lagi pemuda Dayak yang malu akan bahasa dan budayanya sendiri. Tapi justru mengusung sukunya untuk ikut berperan menjadikan Kalimantan barat sejajar dengan provinsi lainnya.
Untuk menggapai hal tersebut, sanggupkah para pemuda Dayak mempersembahkan kekhasan suku mereka bagi Kalimantan Barat dan lepas dari kekrisisan? Atau justru semakin terjerumus dalam kekrisisan??
Jumat, 22 Juli 2011
pandanganku....
banyak arti tentang sahabat, cinta dan hidup...masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda untuk melihatnya. keunikan setiap manusia membuat begitu banyak makna dari bagian-bagian kehidupan, yang pada akhirnya menjadi pertanyaan yang menguraikan banyak persepsi lagi. membosankan....tapi tanpa adanya pertanyaan dan keberagaman makna hidup ini akan lebih membosankan.
cinta, lebih tepat rasa yang bikin cenat-cenut itu, ibarat daun bagiku.
sepucuk daun tumbuh perlahan dari sebuah ranting, daun itu akan terlihat indah dan hijau jika ranting dan pohon adalah tumbuhan yang bik, tapi dia akan tampak sakit dan kerdil jika berasal dari ranting dan pohon yang tak baik. daun itu akan bersemi hingga saat dia mulai terlihat tua dia akan segera menjatuhkan diri agar daun yang baru bisa muncul lagi sehingga ranting akan berwarna tak akan ikut terlihat tua.
bagiku cinta seharusnya seperti daun, jika mulai tampak tua dan tak menarik segera munculkan cinta yang baru sehingga ketika cinta ada dalam suatu hubungan, tidak akan membosankan karena selalu muncul cinta yang selalu hijau dan bersemi indah di hati para pecinta.
dan hidup...adalah hal terindah yang tak pernah bisa tak disyukuri. hidup penuh warna, memiliki rangkaian perjalanan yang tak pernah sama antara aku, kau, dia, mereka, dan semua manusia lainnya. Tuhan sangat kreatif menciptakan manusia dengan keunikan masing-masing, dengan warna hidup yang tak sama. Tuhan punya tujuan bagi masing-masing kehidupan, maka Dia tidak menciptakan kita sama dengan yang lainnya.
bicara sahabat, jika ditilik lebih jauh, sahabat lebih sering dan lebih banyak mengecewakan dibanding pacar. disakiti sahabat jauh lebih merana dari pada ditinggal pacar. disayangi oleh sahabat jauh lebih indah daripada disayang pacar. sahabat...adalah sisi misterius dalam hidup. dia bisa menjadi madu yang sangat manis, tapi juga bisa menjadi racun yang sangat pahhit!!
cinta, lebih tepat rasa yang bikin cenat-cenut itu, ibarat daun bagiku.
sepucuk daun tumbuh perlahan dari sebuah ranting, daun itu akan terlihat indah dan hijau jika ranting dan pohon adalah tumbuhan yang bik, tapi dia akan tampak sakit dan kerdil jika berasal dari ranting dan pohon yang tak baik. daun itu akan bersemi hingga saat dia mulai terlihat tua dia akan segera menjatuhkan diri agar daun yang baru bisa muncul lagi sehingga ranting akan berwarna tak akan ikut terlihat tua.
bagiku cinta seharusnya seperti daun, jika mulai tampak tua dan tak menarik segera munculkan cinta yang baru sehingga ketika cinta ada dalam suatu hubungan, tidak akan membosankan karena selalu muncul cinta yang selalu hijau dan bersemi indah di hati para pecinta.
dan hidup...adalah hal terindah yang tak pernah bisa tak disyukuri. hidup penuh warna, memiliki rangkaian perjalanan yang tak pernah sama antara aku, kau, dia, mereka, dan semua manusia lainnya. Tuhan sangat kreatif menciptakan manusia dengan keunikan masing-masing, dengan warna hidup yang tak sama. Tuhan punya tujuan bagi masing-masing kehidupan, maka Dia tidak menciptakan kita sama dengan yang lainnya.
bicara sahabat, jika ditilik lebih jauh, sahabat lebih sering dan lebih banyak mengecewakan dibanding pacar. disakiti sahabat jauh lebih merana dari pada ditinggal pacar. disayangi oleh sahabat jauh lebih indah daripada disayang pacar. sahabat...adalah sisi misterius dalam hidup. dia bisa menjadi madu yang sangat manis, tapi juga bisa menjadi racun yang sangat pahhit!!
Selasa, 21 Juni 2011
perawan kampung
Sebelumnya aku tidak pernah tahu seperti apa ciuman, seperti apa bercinta, dan seperti apa menjadi wanita cantik. Orang-orang kampung memang memujaku sebagai gadis paling cantik di kampung ini. Bahkan hampir setiap laki-laki di kampung ku bermimpi menikahi ku kelak nanti. Tapi, aku tidak pernah merasa lebih cantik seperti sekarang. Sekarang aku bahkan dipuja lebih dari sebelumnya, aku diberi kemesraan dan kemewahan dalam diriku.
Aku bertemu dengannya ketika dia datang ke kampung ku dan meminta izin membuka sebuah usaha di sini. Tentu saja kedatangan tamu dari kota merupakan sebuah kebanggaan besar bagi warga kampung kami seperti kami. Maka, segala persiapan untuk penyambutan pun dilakukan, dan aku ditunjuk untuk menjadi penari utama dalam tarian penyambutan menurut adat kami. Kami memang harus selalu memberi sebuah penghargaan besar bagi para tamu yang datang, karena menurut adat Dayak Kanayatn, tamu adalah raja selama mereka tidak melanggar adat kami.
Setelah pertemuan pertama itu, aku langsung jatuh hati padanya. Pria berkumis tipis dan rapi seperti ini sangat menarik hati para gadis di kampung, tak terkecuali aku. Aku pun merasakan kalau dia juga menaruh hati pada ku, dan itu pasti. Sejak lima hari kedatangannya, kami pun mulai menjalin hubungan. Hubungan itu terasa indah di hari-hari pertama kami menjalaninya.
“Apa Adik bersedia jika nanti Abang jadikan istri?” Tanyanya suatu malam
Aku terdiam mendengar ucapannya, sungguh hatiku berdetak begitu kencang saking kagetnya.
“Kenapa diam? Apa Adik tidak bersedia?” Tanyanya lagi
Lagi-lagi aku hanya memandang matanya tanpa bersuara,
“Atau Adik menganggap Abang tidak serius?” Dan dia bertanya lagi
Aku memainkan bibirku, “hm…Adik, hm..apa tidak terlalu cepat untuk Abang mengambil keputusan? Bukankah kita baru saja mulai pacaran?” Aku balik bertanya
Dia menggenggam jariku. “Adik tak usah khawatir, meski baru sebentar tapi Abang sudah sangat mencintai Adik. Abang ingin menjadikan Adik sebagai istri Abang, kalau Adik mau Abang akan meminta izin sekarang juga pada Bapak dan Mamak..” Katanya
“Jangan Bang!” Aku segera menahannya. “Bapak pasti tidak akan setuju, apalagi Abang adalah orang asing di sini. Paling tidak biarkan Bapak mengenal Abang lebih dalam lagi sekarang..” Nasihatku padanya
“Tapi, Abang sudah tidak tahan ingin menjadikan Adik istri, Abang ingin sekali segera mencium Adik..” Rayunya
“Maksud Abang itu apa mencium..??” Tanya ku dengan polosnya
“Hm, Dik..di tempat Abang kalau orang sudah pacaran mereka pasti berciuman,”
“Jadi Abang sudah pernah melakukannya?”
“Memangnya kamu belum pernah?”
Aku hanya menggeleng pelan atas pertanyaannya
Dia terkekeh sebentar, “apa benar belum pernah Dik?” Dia bertanya meyakinkan diri
Lagi-lagi aku menggeleng dengan polosnya
“abang ajarin mau?” tawarnya padaku yang langsung mengernyitkan kening. “rasanya nikmat kok dik, pokoknya adik tidak akan merasa rugi setelah mencobanya..”
Aku hanya menggigit bibirku, jujur saja yang namanya ciuman jauh dari khayalanku selama ini. Melihatnya saja aku masih belum pernah. Namun sepertinya dia benar, aku mungkin tidak akan rugi untuk mencoba sesuatu yang baru. Aku pun akhirnya mengangguk pelan.
“nanti adik ikuti saja permainan abang,” lagi-lagi aku hanya mengangguk. Dan aku tidak pernah tahu sejak kapan bibir kami bertemu dan kami saling mencium. Benar, aku begitu menikmatinya. Malam itu berakhir dengan bahagia di hatiku.
Aku masih belum mengizinkannya untuk bicara ada bapak tentang rencana dia akan meminangku. Aku masih ragu bapak mau menerima dia dengan baik, apalagi usaha yang baru akan dia mulai di sini sepertinya terjadi permasalahan mengenai tanah dengan warga kampong. Maka aku dan dia bercinta di balik pengetahuan bapak. Dan mungkin itulah kesalahanku, aku menempatkan cinta pada laki-laki yang belum aku kenal asal-usulnya. Aku pun mengiyakan ajakannya untuk bercinta malam itu di bawah pohon rambutan. Aku merasa bahagia, karena aku yakin dia akan menikahiku.
Namun,
Hari itu hatiku benar-benar hancur berantakkan seperti terkena petir. Saat aku akan memberitahunya bahwa sepertinya aku hamil. Beberapa petugas kepolisian dating dari kota dan langsung menangkapnya. Menurut keterangan polisi, dia adalah satu di antara pengusaha ganja yang menjadi buronan polisi selama ini. Dia memang sengaja masuk ke kampong-kampung yang jauh dari perkotaan agar lebih aman untuk menanam ganja. Hal itu membuat para tetua adat di kampong ku meledak amarahnya. Mereka hamper saja melakukan hukuman sesuai adat istiadat kampong kami padanya dan rekan-rekannya. Untung saja polisi berhasil bicara pada mereka.
Dia pergi tanpa menoleh padaku, dia juga tidak meminta maaf padaku. Dia tidak mencintaiku seperti yang dia katakana selama ini. Dia hanya memanfaatkanku untuk kepuasaannya selama ini. Jadi, apa arti bayi yang ada di perutku saat ini baginya? Aku tidak bisa apa-apa selain menangis di kamar ku. aku bingung akan berkata apa pada bapak. Aku harus bilang apa pada para tetua kampong tentang semua ini? Aku takut aku akan dihukum, aku tidak mau diusir dari kampong ini. Aku tidak mau orang-orang menertawakanku.
Beberapa hari kemudian kampong kami di terjang angin besar dan hujan yang begitu deras. Matahari seakan-akan tidak mau menampakkan wajahnya pada kami, sehingga kami harus menyalakan pelita juga di siang hari karena kegelapan yang begitu pekat. Pada hari ketiga akhirnya para tetua dan kepala rumah tangga berkumpul untuk membahas kejadian ini. Karena menurut kepercayaan kami, hal ini adalah pertanda bahwa nenek moyang kami sedang marah. Dan mereka akan mencari tahu apa penyebab kemarahan para roh itu.
Tong…tong….tong…..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Suara kentongan pertanda masyarakat harus berkumpul terdengar nyaring. Dengan terburu-buru masyarakat segera mendatangi rumah panjang kampong kami. Di sana telah menunggu para tetua dengan wajah yang begitu menakutkan.
“adil ka’ talino ba’ sengat ka’ jubata ba’ curamin ka saruga..” terdengar suara temanggung membuka pertemuan
“auk..” sahut masyarakat
“kita berkumpul di sini pasti ada masalah serius yang kita hadapi. Kalian semua pasti sudah tahu apa yang akan kita bicarakan saat ini berkaitan dengan bencana yang menimpa kita tiga hari ini.” Beliau berhenti sejenak. “ada dari kalian para anak muda yang melakukan kesalahan dan pelanggaran berat, apakah kalian mau mengaku atau kalian akan kami panggil?” lanjutnya langsung pada inti pembicaraan
Deg!! Jantung ku terasa tertikam. Aku tahu mereka tahu apa yang terjadi, tapi aku takut. Aku takut untuk menghadap mereka, takut dengan hinaan para pemuda kampong, takut dengan bapak dan mamak, juga aku takut pada hukuman yang akan diberikan nanti. Aku menundukkan kepalaku sedalam mungkin, berharap mereka tidak tahu keberadaanku.
“dara..!”
Mereka memanggilku, mereka memanggilku! Pekik hatiku. Aku semakin berkeringat dingin, aku membenamkan kepalaku lebih dalam lagi. Air mata mulai merembes membasahi wajah dan baju ku. tanpa di beri tahu apa yang terjadi padaku kicauan suara-suara terkejut dan marah bercampur menghina langsung terdengar di telinga ku. aku mendengar suara tangis pecah di belakang ku, ku yakin itu mamak. Aku hanya pasrah.
Hukuman bagi perempuan yang hamil di luar nikah seperti diriku, dalam adat kami harus menjadi orang buangan dan pelayan penunggu gunung keramat di kampong kami. Tidak ada teman, tidak ada kunjungan, tidak ada makanan, tidak ada pakaian. Aku hanya akan dibekali sebungkus nasi dan sebuah kain. Selebihnya akan aku peroleh di sana. Mamak tidak ada bersamaku saat aku dihantar temanggung dan juru kunci ke atas gunung. Bapak bahkan tidak memandang ku saat aku melangkah pergi.
Aku sudah berdosa pada mamak, pada bapak, pada Tuhan, pada orang-orang di kampong ku. aku ingin sekali mendapat kesempatan bertobat, tidak ingin menambah dosa dengan mempersembahkan diri pada makhluk yang tidak aku kenal. Namun, aku juga tidak mau mati di rajam orang-orang kampong karena hinaan yang telah aku lakukan. Aku harus memilih untuk pergi, meski aku tidak
tahu apa aku bisa kembali lagi atau aku akan mati.
Semakin jauh aku melangkah, semakin terasa sunyi. Hanya suara angin dan kicauan burung keto yang menyambutku. Hutan itu begitu gelap, begitu lebat dan menyeramkan. Namun aku tidak lagi sempat memikirkan semua itu. Kulanjutkan langkahku hingga akhirnya aku menemukan sebuah sungai. Ku ikuti aliran sungai dengan harapan akan bertemu orang atau jalan kembali ke kampong. Akhirnya benar, aku bertemu seorang pemuda berpakaian sedikit aneh. Ketika dia mengenalkan namanya aku pun tak mampu berbuat apa-apa lagi. Dia adalah penunggu gunung ini, makhluk yang harus aku layani.
Aku bertemu dengannya ketika dia datang ke kampung ku dan meminta izin membuka sebuah usaha di sini. Tentu saja kedatangan tamu dari kota merupakan sebuah kebanggaan besar bagi warga kampung kami seperti kami. Maka, segala persiapan untuk penyambutan pun dilakukan, dan aku ditunjuk untuk menjadi penari utama dalam tarian penyambutan menurut adat kami. Kami memang harus selalu memberi sebuah penghargaan besar bagi para tamu yang datang, karena menurut adat Dayak Kanayatn, tamu adalah raja selama mereka tidak melanggar adat kami.
Setelah pertemuan pertama itu, aku langsung jatuh hati padanya. Pria berkumis tipis dan rapi seperti ini sangat menarik hati para gadis di kampung, tak terkecuali aku. Aku pun merasakan kalau dia juga menaruh hati pada ku, dan itu pasti. Sejak lima hari kedatangannya, kami pun mulai menjalin hubungan. Hubungan itu terasa indah di hari-hari pertama kami menjalaninya.
“Apa Adik bersedia jika nanti Abang jadikan istri?” Tanyanya suatu malam
Aku terdiam mendengar ucapannya, sungguh hatiku berdetak begitu kencang saking kagetnya.
“Kenapa diam? Apa Adik tidak bersedia?” Tanyanya lagi
Lagi-lagi aku hanya memandang matanya tanpa bersuara,
“Atau Adik menganggap Abang tidak serius?” Dan dia bertanya lagi
Aku memainkan bibirku, “hm…Adik, hm..apa tidak terlalu cepat untuk Abang mengambil keputusan? Bukankah kita baru saja mulai pacaran?” Aku balik bertanya
Dia menggenggam jariku. “Adik tak usah khawatir, meski baru sebentar tapi Abang sudah sangat mencintai Adik. Abang ingin menjadikan Adik sebagai istri Abang, kalau Adik mau Abang akan meminta izin sekarang juga pada Bapak dan Mamak..” Katanya
“Jangan Bang!” Aku segera menahannya. “Bapak pasti tidak akan setuju, apalagi Abang adalah orang asing di sini. Paling tidak biarkan Bapak mengenal Abang lebih dalam lagi sekarang..” Nasihatku padanya
“Tapi, Abang sudah tidak tahan ingin menjadikan Adik istri, Abang ingin sekali segera mencium Adik..” Rayunya
“Maksud Abang itu apa mencium..??” Tanya ku dengan polosnya
“Hm, Dik..di tempat Abang kalau orang sudah pacaran mereka pasti berciuman,”
“Jadi Abang sudah pernah melakukannya?”
“Memangnya kamu belum pernah?”
Aku hanya menggeleng pelan atas pertanyaannya
Dia terkekeh sebentar, “apa benar belum pernah Dik?” Dia bertanya meyakinkan diri
Lagi-lagi aku menggeleng dengan polosnya
“abang ajarin mau?” tawarnya padaku yang langsung mengernyitkan kening. “rasanya nikmat kok dik, pokoknya adik tidak akan merasa rugi setelah mencobanya..”
Aku hanya menggigit bibirku, jujur saja yang namanya ciuman jauh dari khayalanku selama ini. Melihatnya saja aku masih belum pernah. Namun sepertinya dia benar, aku mungkin tidak akan rugi untuk mencoba sesuatu yang baru. Aku pun akhirnya mengangguk pelan.
“nanti adik ikuti saja permainan abang,” lagi-lagi aku hanya mengangguk. Dan aku tidak pernah tahu sejak kapan bibir kami bertemu dan kami saling mencium. Benar, aku begitu menikmatinya. Malam itu berakhir dengan bahagia di hatiku.
Aku masih belum mengizinkannya untuk bicara ada bapak tentang rencana dia akan meminangku. Aku masih ragu bapak mau menerima dia dengan baik, apalagi usaha yang baru akan dia mulai di sini sepertinya terjadi permasalahan mengenai tanah dengan warga kampong. Maka aku dan dia bercinta di balik pengetahuan bapak. Dan mungkin itulah kesalahanku, aku menempatkan cinta pada laki-laki yang belum aku kenal asal-usulnya. Aku pun mengiyakan ajakannya untuk bercinta malam itu di bawah pohon rambutan. Aku merasa bahagia, karena aku yakin dia akan menikahiku.
Namun,
Hari itu hatiku benar-benar hancur berantakkan seperti terkena petir. Saat aku akan memberitahunya bahwa sepertinya aku hamil. Beberapa petugas kepolisian dating dari kota dan langsung menangkapnya. Menurut keterangan polisi, dia adalah satu di antara pengusaha ganja yang menjadi buronan polisi selama ini. Dia memang sengaja masuk ke kampong-kampung yang jauh dari perkotaan agar lebih aman untuk menanam ganja. Hal itu membuat para tetua adat di kampong ku meledak amarahnya. Mereka hamper saja melakukan hukuman sesuai adat istiadat kampong kami padanya dan rekan-rekannya. Untung saja polisi berhasil bicara pada mereka.
Dia pergi tanpa menoleh padaku, dia juga tidak meminta maaf padaku. Dia tidak mencintaiku seperti yang dia katakana selama ini. Dia hanya memanfaatkanku untuk kepuasaannya selama ini. Jadi, apa arti bayi yang ada di perutku saat ini baginya? Aku tidak bisa apa-apa selain menangis di kamar ku. aku bingung akan berkata apa pada bapak. Aku harus bilang apa pada para tetua kampong tentang semua ini? Aku takut aku akan dihukum, aku tidak mau diusir dari kampong ini. Aku tidak mau orang-orang menertawakanku.
Beberapa hari kemudian kampong kami di terjang angin besar dan hujan yang begitu deras. Matahari seakan-akan tidak mau menampakkan wajahnya pada kami, sehingga kami harus menyalakan pelita juga di siang hari karena kegelapan yang begitu pekat. Pada hari ketiga akhirnya para tetua dan kepala rumah tangga berkumpul untuk membahas kejadian ini. Karena menurut kepercayaan kami, hal ini adalah pertanda bahwa nenek moyang kami sedang marah. Dan mereka akan mencari tahu apa penyebab kemarahan para roh itu.
Tong…tong….tong…..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Suara kentongan pertanda masyarakat harus berkumpul terdengar nyaring. Dengan terburu-buru masyarakat segera mendatangi rumah panjang kampong kami. Di sana telah menunggu para tetua dengan wajah yang begitu menakutkan.
“adil ka’ talino ba’ sengat ka’ jubata ba’ curamin ka saruga..” terdengar suara temanggung membuka pertemuan
“auk..” sahut masyarakat
“kita berkumpul di sini pasti ada masalah serius yang kita hadapi. Kalian semua pasti sudah tahu apa yang akan kita bicarakan saat ini berkaitan dengan bencana yang menimpa kita tiga hari ini.” Beliau berhenti sejenak. “ada dari kalian para anak muda yang melakukan kesalahan dan pelanggaran berat, apakah kalian mau mengaku atau kalian akan kami panggil?” lanjutnya langsung pada inti pembicaraan
Deg!! Jantung ku terasa tertikam. Aku tahu mereka tahu apa yang terjadi, tapi aku takut. Aku takut untuk menghadap mereka, takut dengan hinaan para pemuda kampong, takut dengan bapak dan mamak, juga aku takut pada hukuman yang akan diberikan nanti. Aku menundukkan kepalaku sedalam mungkin, berharap mereka tidak tahu keberadaanku.
“dara..!”
Mereka memanggilku, mereka memanggilku! Pekik hatiku. Aku semakin berkeringat dingin, aku membenamkan kepalaku lebih dalam lagi. Air mata mulai merembes membasahi wajah dan baju ku. tanpa di beri tahu apa yang terjadi padaku kicauan suara-suara terkejut dan marah bercampur menghina langsung terdengar di telinga ku. aku mendengar suara tangis pecah di belakang ku, ku yakin itu mamak. Aku hanya pasrah.
Hukuman bagi perempuan yang hamil di luar nikah seperti diriku, dalam adat kami harus menjadi orang buangan dan pelayan penunggu gunung keramat di kampong kami. Tidak ada teman, tidak ada kunjungan, tidak ada makanan, tidak ada pakaian. Aku hanya akan dibekali sebungkus nasi dan sebuah kain. Selebihnya akan aku peroleh di sana. Mamak tidak ada bersamaku saat aku dihantar temanggung dan juru kunci ke atas gunung. Bapak bahkan tidak memandang ku saat aku melangkah pergi.
Aku sudah berdosa pada mamak, pada bapak, pada Tuhan, pada orang-orang di kampong ku. aku ingin sekali mendapat kesempatan bertobat, tidak ingin menambah dosa dengan mempersembahkan diri pada makhluk yang tidak aku kenal. Namun, aku juga tidak mau mati di rajam orang-orang kampong karena hinaan yang telah aku lakukan. Aku harus memilih untuk pergi, meski aku tidak
tahu apa aku bisa kembali lagi atau aku akan mati.
Semakin jauh aku melangkah, semakin terasa sunyi. Hanya suara angin dan kicauan burung keto yang menyambutku. Hutan itu begitu gelap, begitu lebat dan menyeramkan. Namun aku tidak lagi sempat memikirkan semua itu. Kulanjutkan langkahku hingga akhirnya aku menemukan sebuah sungai. Ku ikuti aliran sungai dengan harapan akan bertemu orang atau jalan kembali ke kampong. Akhirnya benar, aku bertemu seorang pemuda berpakaian sedikit aneh. Ketika dia mengenalkan namanya aku pun tak mampu berbuat apa-apa lagi. Dia adalah penunggu gunung ini, makhluk yang harus aku layani.
Surat Seorang Sahabat dari Mhay, 2007
Maaf, aku tak bisa mengerti dirimu,
Yang pasti aku tahu kau sedih sekali..
Mungkin sesedih aku saat aku tak bisa begitu sering bertemu mama, papa
dan adikku karena terpisah jarak dan waktu.
Mungkin sesedih aku ketika dulu harus kehilangan sahabat
dan melihat kau begitu jauh dariku.
Mungkin sesedih aku ketika aku telah jatuh cinta pada orang yang salah
dan itu terjadi berulang-ulang.
Atau mungkin lebih dari itu,
Karena aku susah sekali mengerti dirimu…
Maaf.
Aku tak mau memberi banyak nasihat,
Hanya ingin memberi surat yang tak berarti ini,
Tapi dibalik kesederhanaannya,
Aku telah menyelipkan seratus ribu senyum,
Telah menyisipkan sejuta tawa
Dan menitipkan berjuta-juta suka cita.
Jadi, sekiranya dirimu membacanya
(meski aku tahu kau tak suka dikirimi surat)
Kau dapat merasakan kebahagiaan sama seperti ketika aku menulisnya
dengan penuh kebahagiaan tanpa alasan.
Setiap kalimat yang tertulis, ingat wajahku yang imut, cantik
dan penuh damai… ^_^..
Aya, ‘08
Yang pasti aku tahu kau sedih sekali..
Mungkin sesedih aku saat aku tak bisa begitu sering bertemu mama, papa
dan adikku karena terpisah jarak dan waktu.
Mungkin sesedih aku ketika dulu harus kehilangan sahabat
dan melihat kau begitu jauh dariku.
Mungkin sesedih aku ketika aku telah jatuh cinta pada orang yang salah
dan itu terjadi berulang-ulang.
Atau mungkin lebih dari itu,
Karena aku susah sekali mengerti dirimu…
Maaf.
Aku tak mau memberi banyak nasihat,
Hanya ingin memberi surat yang tak berarti ini,
Tapi dibalik kesederhanaannya,
Aku telah menyelipkan seratus ribu senyum,
Telah menyisipkan sejuta tawa
Dan menitipkan berjuta-juta suka cita.
Jadi, sekiranya dirimu membacanya
(meski aku tahu kau tak suka dikirimi surat)
Kau dapat merasakan kebahagiaan sama seperti ketika aku menulisnya
dengan penuh kebahagiaan tanpa alasan.
Setiap kalimat yang tertulis, ingat wajahku yang imut, cantik
dan penuh damai… ^_^..
Aya, ‘08
Jumat, 20 Mei 2011
21/5/11 "diary"
aku menggigit bibirq nyaris terluka karena menahan geram. HMPFH!!!! aku berusaha untuk menahan diri dari kekesalanku. berulang kali aku memejamkan mata berharap aku salah lihat status di FBnya. Kau tau kenapa kau gila? karena kau terlalu sering menonton korea..., kalimat itu tetap tidak berubah. Dia benar-benar mencari masalah denganku. Kenapa dia harus selalu mengusikku, kenapa dia selalu menganggap apa yang aku lakukan adalah hal bodoh dan gila?!!.
Aku memang penggila para korean, mulai dari SuJu, Shinee, 2PM, dan nyaris semua artis or boyband korea aku hafal. kegilaanku dimulai sejak aku SMP, saat aku mulai menyukai style dan wajah-wajah ori mereka lewat TV. akhirnya aku seperti kecanduan akan hal-hal korean, segala sesuatu nyaris selalu berhubungan dengan korean. banyak teman-teman yang memang menganggapku aneh, yah kusadari itu. tetapi, makhluk satu ini, selalu menyindirku dengan pedas. bahkan seakan-akan aku melakukan kejahatan besar kalau aku berjingkrak-jingkrak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan para korean itu. matanya itu lho...membuatku bisa mati berdiri.
seperti saat ini, jelas-jelas dia duduk di seberangku. entah kenapa dia menguntitku sampai ke warnet ini, dia benar-benar membuatku naik darah. statusnya kali ini benar-benar menyindirku. oh...ini tidak bisa ku ampuni lagi. aku berdiri dan langsung menepuk kepalanya.
"Woi..!" teriakku tertahan,
sambil meringis dia mengangkat kepalanya, "sakit tau. ngapain mukul-mukul kepala orang?" tukasnya
"ya...kau...kau memang mencari masalah ya denganku?!" tanyaku marah
"apa sih?!"
"ya..kau jangan pura-pura bodoh, kenapa statusmu begitu?!"
dia menahan senyum sejenak, "kenapa? memangnya ada yang salah dengan statusku? memangnya apa hubungannya denganmu?" pertanyaan bodoh!
aku menggeram dalam desisan, "kau....ISK!!!"
"SHUTTTT!!" suara itu langsung membuatku menahan tanganku yang nyaris menimpuk kepalanya lagi.
"kau..tunggu pembalasanku!" dan aku menyentakkan pantatku kembali ke kursi, dan aku segera mngklik komentar di statusnya. akhirnya perangpun terjadi di FB. komentar anak-anak lain tak menghalangi kami untuk beradu kata-kata pedas di layar monitor. dan nyaris satu jam kami melakukan hal konyol tersebut hingga akhirnya PLUPP lampu mati.
"ARGHHH!!!!" teriakku, "video Sujuku belum aku save di Flashdiskku,,no...no..!!" dan semua mata menatapku aneh,
"benerkan, gila..!" sinisnya sembari keluar.
benar-benar!!
"kau kenapa lagi?" tanya kakakku saat aku tiba di rumah
"itu, tetangga kita yang udah jadi pembunuh karakter aku sejak lama, si gila Wondy.." sahutku kesal
"ada apa lagi sih dengan kalian? selalu berantem.."
"dia itu kak, sok aja cool depan cewek-cewek, tapi di belakang comel abis, tukang rese' tau gak.."
"memangnya rese' gimana dia?"
"yah, masih terkait dengan yang dulu-dulu, yah masalah hobi aku mengkoleksi para korean boys..."
kakakku langsung membulatkan mulutnya, dan nyaris tertawa,
"kok malah ketawa??" tanyaku bingung..
kakak duduk di sebelahku, "kamu nyadar gak Ol? kalo Wondy itu membuat dirinya nyaris sama dengan style para idola kamu itu.."
aku bengong,
"coba lihat, dia berlagak cool nah itu kan sering jadi watak tokoh di drama korea, trus lihat deh style berpakaian dia..bajunya pasti berlapis, dan sering pake baju ala korea boys gitu...dan juga rambut dia...perhatiin deh.."
aku menatap kakakku aneh, "kok kakak perhatian sekali sama tuh anak, aku aja gak nyadar kak..."
"makanya jangan terlalu sering marah-marah kalo ketemu dia, perhatiin dia secara mendetail.."
aku menangguk-angguk mengerti..
Aku memang penggila para korean, mulai dari SuJu, Shinee, 2PM, dan nyaris semua artis or boyband korea aku hafal. kegilaanku dimulai sejak aku SMP, saat aku mulai menyukai style dan wajah-wajah ori mereka lewat TV. akhirnya aku seperti kecanduan akan hal-hal korean, segala sesuatu nyaris selalu berhubungan dengan korean. banyak teman-teman yang memang menganggapku aneh, yah kusadari itu. tetapi, makhluk satu ini, selalu menyindirku dengan pedas. bahkan seakan-akan aku melakukan kejahatan besar kalau aku berjingkrak-jingkrak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan para korean itu. matanya itu lho...membuatku bisa mati berdiri.
seperti saat ini, jelas-jelas dia duduk di seberangku. entah kenapa dia menguntitku sampai ke warnet ini, dia benar-benar membuatku naik darah. statusnya kali ini benar-benar menyindirku. oh...ini tidak bisa ku ampuni lagi. aku berdiri dan langsung menepuk kepalanya.
"Woi..!" teriakku tertahan,
sambil meringis dia mengangkat kepalanya, "sakit tau. ngapain mukul-mukul kepala orang?" tukasnya
"ya...kau...kau memang mencari masalah ya denganku?!" tanyaku marah
"apa sih?!"
"ya..kau jangan pura-pura bodoh, kenapa statusmu begitu?!"
dia menahan senyum sejenak, "kenapa? memangnya ada yang salah dengan statusku? memangnya apa hubungannya denganmu?" pertanyaan bodoh!
aku menggeram dalam desisan, "kau....ISK!!!"
"SHUTTTT!!" suara itu langsung membuatku menahan tanganku yang nyaris menimpuk kepalanya lagi.
"kau..tunggu pembalasanku!" dan aku menyentakkan pantatku kembali ke kursi, dan aku segera mngklik komentar di statusnya. akhirnya perangpun terjadi di FB. komentar anak-anak lain tak menghalangi kami untuk beradu kata-kata pedas di layar monitor. dan nyaris satu jam kami melakukan hal konyol tersebut hingga akhirnya PLUPP lampu mati.
"ARGHHH!!!!" teriakku, "video Sujuku belum aku save di Flashdiskku,,no...no..!!" dan semua mata menatapku aneh,
"benerkan, gila..!" sinisnya sembari keluar.
benar-benar!!
"kau kenapa lagi?" tanya kakakku saat aku tiba di rumah
"itu, tetangga kita yang udah jadi pembunuh karakter aku sejak lama, si gila Wondy.." sahutku kesal
"ada apa lagi sih dengan kalian? selalu berantem.."
"dia itu kak, sok aja cool depan cewek-cewek, tapi di belakang comel abis, tukang rese' tau gak.."
"memangnya rese' gimana dia?"
"yah, masih terkait dengan yang dulu-dulu, yah masalah hobi aku mengkoleksi para korean boys..."
kakakku langsung membulatkan mulutnya, dan nyaris tertawa,
"kok malah ketawa??" tanyaku bingung..
kakak duduk di sebelahku, "kamu nyadar gak Ol? kalo Wondy itu membuat dirinya nyaris sama dengan style para idola kamu itu.."
aku bengong,
"coba lihat, dia berlagak cool nah itu kan sering jadi watak tokoh di drama korea, trus lihat deh style berpakaian dia..bajunya pasti berlapis, dan sering pake baju ala korea boys gitu...dan juga rambut dia...perhatiin deh.."
aku menatap kakakku aneh, "kok kakak perhatian sekali sama tuh anak, aku aja gak nyadar kak..."
"makanya jangan terlalu sering marah-marah kalo ketemu dia, perhatiin dia secara mendetail.."
aku menangguk-angguk mengerti..
Selasa, 03 Mei 2011
bintang
dulu bagiku dia hanya "sapi gila"
aku tak pernah bisa memandangnya
aku tak pernah sudi dia memanggilku.
dulu pun, aku begitu membencinya, sampai-sampai ingin lenyap
tak sedetikpun aku sanggup mendengar bahkan melihatnya
tak pernah sudi tuk bersama meski bahaya mengancam.
tapi kini, bagiku dia bintang yang selalu bersinar digelapnya hatiku
aku ingin selalu melihat sinarnya
aku ingin selalu melihat dan mendengarnya
begitu merindukannya bahkan sampai tak bisa bernafas
rasanya seluruh jiwaku tlah terenggut cintanya
bahkan nyawaku selalu berada dalam genggamannya.
mungkinkah ini karma?
atau inikah yang biasanya orang sebut benci tapi cinta?
mungkinkah sebenarnya sedari dulu aku dan dia memiliki rasa ini?
mungkin..mungkin..dan mungkin...
semuanya mungkin.
dan aku rasa semua itu benar, tak ada kekeliruan dalam hal itu.
aku merasakan kutukan cinta telah datang
mengutukku dengan sejuta keindahannya.
tapi, aku tak pernah tahu,
apa cinta juga menggerayangi dirinya?
dia memang tak lagi sekasar dulu
tidak juga membenciku lagi, mungkin
dan dia juga tersenyum padaku.
tapi aku sungguh tak tahu tentang rasanya padaku
apa dia juga melihatku seperti bintang?
pernah aku merasa kehangatannya
saat hanya ada aku dan dia.
dia menggenggam jemariku saat aku menangis
dia menatapku hangat saat aku jatuh
dia menungguku hingga aku masuk dan terlelap.
hatiku begitu berbinar-binar
seakan dunia terjatuh di atas kepalaku.
cina...
bicarakan hal ini akan memakan waktu seumur hidup
cinta...
memahaminya cukup sebuah rasa.
aku tak pernah bisa memandangnya
aku tak pernah sudi dia memanggilku.
dulu pun, aku begitu membencinya, sampai-sampai ingin lenyap
tak sedetikpun aku sanggup mendengar bahkan melihatnya
tak pernah sudi tuk bersama meski bahaya mengancam.
tapi kini, bagiku dia bintang yang selalu bersinar digelapnya hatiku
aku ingin selalu melihat sinarnya
aku ingin selalu melihat dan mendengarnya
begitu merindukannya bahkan sampai tak bisa bernafas
rasanya seluruh jiwaku tlah terenggut cintanya
bahkan nyawaku selalu berada dalam genggamannya.
mungkinkah ini karma?
atau inikah yang biasanya orang sebut benci tapi cinta?
mungkinkah sebenarnya sedari dulu aku dan dia memiliki rasa ini?
mungkin..mungkin..dan mungkin...
semuanya mungkin.
dan aku rasa semua itu benar, tak ada kekeliruan dalam hal itu.
aku merasakan kutukan cinta telah datang
mengutukku dengan sejuta keindahannya.
tapi, aku tak pernah tahu,
apa cinta juga menggerayangi dirinya?
dia memang tak lagi sekasar dulu
tidak juga membenciku lagi, mungkin
dan dia juga tersenyum padaku.
tapi aku sungguh tak tahu tentang rasanya padaku
apa dia juga melihatku seperti bintang?
pernah aku merasa kehangatannya
saat hanya ada aku dan dia.
dia menggenggam jemariku saat aku menangis
dia menatapku hangat saat aku jatuh
dia menungguku hingga aku masuk dan terlelap.
hatiku begitu berbinar-binar
seakan dunia terjatuh di atas kepalaku.
cina...
bicarakan hal ini akan memakan waktu seumur hidup
cinta...
memahaminya cukup sebuah rasa.
puisi
saat gundah hati ini
ku lihat tak seorang pun menyapa
bahkan ketika menetes air mata
tak seorang pun juga menyeka
tuk kesekian kali aku mencoba menahan
tapi hatiku rapuh seperti kupu-kupu
aku tak bisa lagi menahan
tapi aku juga sadar
marahpun tak kan kembalikan dia
aku lelah untuk tenang
seakan aku berusaha menggenggam jerami yang terbakar.
orang melihat banyak senyum di wajah
tapi mereka tak tahu ada berjuta luka dalam hati
mereka hanya merasa bahagia jika tawa yang datang
dan mereka akan menjauh ketika wajah ganas itu bicara.
siapa yang telah membuat aku begini?
aku harus salahkan siapa ketika semua akhirnya tahu?
aku siapa? siapa aku?
kenapa aku merasa lelah untuk saat ini?
kenapa aku rasa tak ada yang baik?
dan kenapa selalu aku??
kenapa???
tanya yang tak berujung,
mungkin mereka juga tak menyadari.
aku mencoba bertanya, tapi mereka selalu tak sempat menjawab
entah kenapa, rasanya tak kan ada yang mengerti
bahkan diri ini sekalipun.
lalu....bagaimana aku harus mengakhiri semua ini???
ku lihat tak seorang pun menyapa
bahkan ketika menetes air mata
tak seorang pun juga menyeka
tuk kesekian kali aku mencoba menahan
tapi hatiku rapuh seperti kupu-kupu
aku tak bisa lagi menahan
tapi aku juga sadar
marahpun tak kan kembalikan dia
aku lelah untuk tenang
seakan aku berusaha menggenggam jerami yang terbakar.
orang melihat banyak senyum di wajah
tapi mereka tak tahu ada berjuta luka dalam hati
mereka hanya merasa bahagia jika tawa yang datang
dan mereka akan menjauh ketika wajah ganas itu bicara.
siapa yang telah membuat aku begini?
aku harus salahkan siapa ketika semua akhirnya tahu?
aku siapa? siapa aku?
kenapa aku merasa lelah untuk saat ini?
kenapa aku rasa tak ada yang baik?
dan kenapa selalu aku??
kenapa???
tanya yang tak berujung,
mungkin mereka juga tak menyadari.
aku mencoba bertanya, tapi mereka selalu tak sempat menjawab
entah kenapa, rasanya tak kan ada yang mengerti
bahkan diri ini sekalipun.
lalu....bagaimana aku harus mengakhiri semua ini???
Minggu, 01 Mei 2011
PERJALANAN RETREAT BERPAYUNG HUJAN
Aku segera berkemas setelah Bu Seli, dosen Seminarku, mengucapkan salam penutup yang mengakhiri pertemuan Jumat ini. Aku sudah tidak sabar untuk segera berkemas setibanya di rumah nanti. Yupz! Hari ini kami akan berangkat Retreat, RKK di BPLPP Anjungan selama tiga hari. Kegiatan yang sudah kutunggu sejak lama ini tidak akan mungkin kulewatkan, walaupun aku harus mengorbankan jadwal Micro untuk Sabtu besok.
Pukul 14.00 wib aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Baru saja memasang syal dan bersiap dijemput tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kesal, aku melepas kembali ranselku. Pukul 16.42 akhirnya kami berangkat. Meski hujan masih mengguyur bumi khatulistiwa, kami berenam tetap menancap gas di jalanan. Mantel menyelimuti badan yang tak berhenti menggigil karena dinginnya.
Di balik kaca helmku, aku melihat begitu banyak hal di jalan. Mulai dari tukang bakso yang mulai melangkah menjajakan jajanan bulat itu, padahal hujan begitu derasnya menerpa badan tua itu. Ibu-ibu yang berusaha menutupi kompornya dengan kardus agar tidak padam oleh terjangan angin dan hujan. Anak-anak jalanan yang tetap kekeuh menenteng kantong kreseknya sambil mengusap wajah kumalnya sambil menunggu lampu merah tiba.
Aku yang semula merutuk terus karena hujan tak mau mengerti kami yang sedang melakukan perjalanan menjadi tersadar. Seharusnya aku bersyukur karena aku masih bisa berselimutkan mantel dan duduk di atas motor. Mereka yang berjalan kaki bahkan tidak menutupi kepalanya dengan apapun terlihat tetap tegar dan bersukacita dalam langkah mereka. Helaan nafasku membuat Ferry, teman seperjalananku, menoleh. Dia mengira aku mengomel karena kedinginan. Dia tahu aku sedikit manja, makanya dia selalu bertanya, “apa mau singgah dulu?” aku menggeleng. Aku tidak mau terjebak terlalu lama dalam kondisi miris seperti ini.
Setelah hampir empat jam duduk dibawah payung hujan akhirnya kami sampai juga ke tempat kegiatan, di Anjungan. Para peserta yang lain telah memasuki ruangan, bersiap untuk menikmati sesi pertama dalam retreat ini. Dalam kondisi kelaparan dan kedinginan, kami pun segera bergabung dengan panitia yang lain untuk menjalankan tugas masing-masing. Retreat selama tiga hari menimbulkan banyak pengetahuan, pengalaman, dan teman-teman baru. Setiap sesi acara kami nikmati dengan bersemangat, meski hujan selalu mengusik.
Tibalah di hari terakhir retreat, kami kembali melakukan perjalanan balik ke Pontianak. Kami merencanakan untuk sekalian mengunjungi rumah seorang teman di Anjungan. Secara diam-diam kami keluar dari rombongan retreat lainnya. Berempat kami memarkirkan kendaraan kami di halaman rumah Yus, sudah tidak sabar untuk mengecap segarnya air kelapa muda. Orang tuanya sangat ramah, mereka menyajikan berbagai makanan ringan untuk kami. jadinya yang semula hanya ingin minum air kelapa justru mendapat lebih. Mereka mengajak kami mengobrol cukup lama, namun kami harus segera berangkat karena mendung sudah menggeser birunya langit.
Tetes-tetes air yang tumpah di badan tidak membuat kami kaget, karena itu adalah resiko kami yang pulang sudah terlalu sore, dimana sore memang jadwalnya hujan untuk memayungi bumi khatulistiwa ini. Secara perlahan kami melajukan kendaraan sembari mengobrol untuk menghangatkan perasaan. Bukan hanya hujan yang membuat kami terjebak di jalanan, tetapi macet yang tak berujung di Pinyuh yang membuat kami harus tertahan cukup lama.
Dalam kemacetan itu, kembali aku harus mengeluarkan sifat jelekku, yaitu marah. Kenapa? Karena satu di antara empat anak SMP di belakang kami mencolek pinggangku. Aku langsung emosi dan memarahi mereka, bahkan aku tidak peduli sedang berada dimana. Mendengar aku mengucapkan kata-kata kasar, Ferry baru menyadari apa yang terjadi. Hampir saja baku hantam terjadi kalau saja anak-anak itu tidak segera pergi karena ketakutan. Suasana dingin menjadi sangat panas untuk sementara waktu.
Kami melanjutkan perjalanan, saat berada di daerah Nusapati kami bertemu dengan seorang Bapak yang sedang menyeret motornya bersama anaknya yang masih sangat kecil. Ferry pun menepi, dan menawarkan bantuan pada Bapak itu. Kami pun membantu Bapak itu dengan mendorong motornya menggunakan kaki. Hingga tiba di tempat pengisian bensin, akhirnya setelah cukup berbasa-basi kami pun berpisah. Aku menjadi bangga memiliki teman seperti Ferry, meski usianya dua tahun di bawahku, tapi pemikirannya sudah sangat dewasa. Aku sungguh beruntung kemarin mengajaknya pergi bersama. Sepanjang jalan, dia sangat perhatian, sungguh seorang pria sejati.
Malam mulai menampakkan dirinya, keadaan pun menjadi semakin mencekam. Mencoba untuk mengusir kantuk dan dingin, kami mencoba ngalur ngidul, sekalian menikmati gerimis yang tak lelah memandikan kami. kami membicarakan orang-orang yang mengendarai motor tanpa helm, tanpa mantel, bahkan tanpa jaket, tak bisa terbayangkan betapa pedasnya badan ketika tertusuk butiran hujan. Kami juga bercanda seandainya kami singgah di acara pernikahan orang di daerah Segedong, maka kami akan mendapat makanan gratis. Kami bahkan membersihkan motor dan kaki dengan mencipratkan genangan air. Teriakan-teriakan Melki dan Ester di belakang disambut gelak tawa kami berdua.
Bukan hanya itu saja, bahkan kami mencoba mengusili anak-anak muda yang juga sepertinya melakukan perjalanan seperti kami. kami mendahului mereka dengan kecepatan tinggi, setelah itu melaju dengan sangat pelan ketika berada di depan mereka, begitu seterusnya. Hingga sebuah kendaraan sepertinya menantang kami untuk mencapai tol paling cepat. Hal itu segera ditanggapi dengan senang oleh Ferry, yang memang suka ngebut di jalanan. Deruan motor bernyanyi keras seketika saat kami melaju dengan cepat. Aku memegang pinggang Ferry dengan perasaan yang menggebu, bukan takut tapi justru ingin lebih cepat lagi. Akhirnya, We Are The Winner..kami memenangkan balapan singkat itu. Dalam hati aku hanya berkata “Ferry dilawan..”.
Setibanya di kota Pontianak, di jalan Imbon, aku menghela nafas lega. Akhirnya sampai juga, dan Ferry pun mengantarku sampai ke depan rumah, untuk menepati janjinya pada kakakku untuk membawaku pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hah!! Perjalanan yang sangat menarik dan mendebarkan. Lain kali aku akan melakukan perjalanan ini lebih menantang lagi..berharap tanpa hujan. (obx)
Pukul 14.00 wib aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Baru saja memasang syal dan bersiap dijemput tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kesal, aku melepas kembali ranselku. Pukul 16.42 akhirnya kami berangkat. Meski hujan masih mengguyur bumi khatulistiwa, kami berenam tetap menancap gas di jalanan. Mantel menyelimuti badan yang tak berhenti menggigil karena dinginnya.
Di balik kaca helmku, aku melihat begitu banyak hal di jalan. Mulai dari tukang bakso yang mulai melangkah menjajakan jajanan bulat itu, padahal hujan begitu derasnya menerpa badan tua itu. Ibu-ibu yang berusaha menutupi kompornya dengan kardus agar tidak padam oleh terjangan angin dan hujan. Anak-anak jalanan yang tetap kekeuh menenteng kantong kreseknya sambil mengusap wajah kumalnya sambil menunggu lampu merah tiba.
Aku yang semula merutuk terus karena hujan tak mau mengerti kami yang sedang melakukan perjalanan menjadi tersadar. Seharusnya aku bersyukur karena aku masih bisa berselimutkan mantel dan duduk di atas motor. Mereka yang berjalan kaki bahkan tidak menutupi kepalanya dengan apapun terlihat tetap tegar dan bersukacita dalam langkah mereka. Helaan nafasku membuat Ferry, teman seperjalananku, menoleh. Dia mengira aku mengomel karena kedinginan. Dia tahu aku sedikit manja, makanya dia selalu bertanya, “apa mau singgah dulu?” aku menggeleng. Aku tidak mau terjebak terlalu lama dalam kondisi miris seperti ini.
Setelah hampir empat jam duduk dibawah payung hujan akhirnya kami sampai juga ke tempat kegiatan, di Anjungan. Para peserta yang lain telah memasuki ruangan, bersiap untuk menikmati sesi pertama dalam retreat ini. Dalam kondisi kelaparan dan kedinginan, kami pun segera bergabung dengan panitia yang lain untuk menjalankan tugas masing-masing. Retreat selama tiga hari menimbulkan banyak pengetahuan, pengalaman, dan teman-teman baru. Setiap sesi acara kami nikmati dengan bersemangat, meski hujan selalu mengusik.
Tibalah di hari terakhir retreat, kami kembali melakukan perjalanan balik ke Pontianak. Kami merencanakan untuk sekalian mengunjungi rumah seorang teman di Anjungan. Secara diam-diam kami keluar dari rombongan retreat lainnya. Berempat kami memarkirkan kendaraan kami di halaman rumah Yus, sudah tidak sabar untuk mengecap segarnya air kelapa muda. Orang tuanya sangat ramah, mereka menyajikan berbagai makanan ringan untuk kami. jadinya yang semula hanya ingin minum air kelapa justru mendapat lebih. Mereka mengajak kami mengobrol cukup lama, namun kami harus segera berangkat karena mendung sudah menggeser birunya langit.
Tetes-tetes air yang tumpah di badan tidak membuat kami kaget, karena itu adalah resiko kami yang pulang sudah terlalu sore, dimana sore memang jadwalnya hujan untuk memayungi bumi khatulistiwa ini. Secara perlahan kami melajukan kendaraan sembari mengobrol untuk menghangatkan perasaan. Bukan hanya hujan yang membuat kami terjebak di jalanan, tetapi macet yang tak berujung di Pinyuh yang membuat kami harus tertahan cukup lama.
Dalam kemacetan itu, kembali aku harus mengeluarkan sifat jelekku, yaitu marah. Kenapa? Karena satu di antara empat anak SMP di belakang kami mencolek pinggangku. Aku langsung emosi dan memarahi mereka, bahkan aku tidak peduli sedang berada dimana. Mendengar aku mengucapkan kata-kata kasar, Ferry baru menyadari apa yang terjadi. Hampir saja baku hantam terjadi kalau saja anak-anak itu tidak segera pergi karena ketakutan. Suasana dingin menjadi sangat panas untuk sementara waktu.
Kami melanjutkan perjalanan, saat berada di daerah Nusapati kami bertemu dengan seorang Bapak yang sedang menyeret motornya bersama anaknya yang masih sangat kecil. Ferry pun menepi, dan menawarkan bantuan pada Bapak itu. Kami pun membantu Bapak itu dengan mendorong motornya menggunakan kaki. Hingga tiba di tempat pengisian bensin, akhirnya setelah cukup berbasa-basi kami pun berpisah. Aku menjadi bangga memiliki teman seperti Ferry, meski usianya dua tahun di bawahku, tapi pemikirannya sudah sangat dewasa. Aku sungguh beruntung kemarin mengajaknya pergi bersama. Sepanjang jalan, dia sangat perhatian, sungguh seorang pria sejati.
Malam mulai menampakkan dirinya, keadaan pun menjadi semakin mencekam. Mencoba untuk mengusir kantuk dan dingin, kami mencoba ngalur ngidul, sekalian menikmati gerimis yang tak lelah memandikan kami. kami membicarakan orang-orang yang mengendarai motor tanpa helm, tanpa mantel, bahkan tanpa jaket, tak bisa terbayangkan betapa pedasnya badan ketika tertusuk butiran hujan. Kami juga bercanda seandainya kami singgah di acara pernikahan orang di daerah Segedong, maka kami akan mendapat makanan gratis. Kami bahkan membersihkan motor dan kaki dengan mencipratkan genangan air. Teriakan-teriakan Melki dan Ester di belakang disambut gelak tawa kami berdua.
Bukan hanya itu saja, bahkan kami mencoba mengusili anak-anak muda yang juga sepertinya melakukan perjalanan seperti kami. kami mendahului mereka dengan kecepatan tinggi, setelah itu melaju dengan sangat pelan ketika berada di depan mereka, begitu seterusnya. Hingga sebuah kendaraan sepertinya menantang kami untuk mencapai tol paling cepat. Hal itu segera ditanggapi dengan senang oleh Ferry, yang memang suka ngebut di jalanan. Deruan motor bernyanyi keras seketika saat kami melaju dengan cepat. Aku memegang pinggang Ferry dengan perasaan yang menggebu, bukan takut tapi justru ingin lebih cepat lagi. Akhirnya, We Are The Winner..kami memenangkan balapan singkat itu. Dalam hati aku hanya berkata “Ferry dilawan..”.
Setibanya di kota Pontianak, di jalan Imbon, aku menghela nafas lega. Akhirnya sampai juga, dan Ferry pun mengantarku sampai ke depan rumah, untuk menepati janjinya pada kakakku untuk membawaku pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hah!! Perjalanan yang sangat menarik dan mendebarkan. Lain kali aku akan melakukan perjalanan ini lebih menantang lagi..berharap tanpa hujan. (obx)
Kamis, 14 April 2011
analisis terhadap novel Autumn In Paris karya Ilana Tan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penelitian merupakan satu di antara kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang terhadap sebuah karya atau suatu hal untuk dianalisis. Penelitian adalah kegiatan penyelidikan yang dilakukan secara teliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.
Menurut satu di antara pakar yang memberikan definisi penelitian ini adalah J. Suprapto. Menurutnya penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis. Langkah sistematis adalah mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generalisasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.
Sastra diciptakan oleh seorang penulis atau sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil ciptaan sastrawan itu sendiri disebut sebagai karya sastra. Layaknya sebuah karya, karya sastra ini bisa berbentuk tulisan, lisan ataupun benda. Namun karya yang paling banyak terbentuk dari tangan seorang sastrawan adalah tulisan. Tulisan yang bisa berisikan tentang cerita fiksi atau nonfiksi. Dari tulisan hasil karya mereka inilah pembaca dapat terhibur, dan tidak lupa mendapat tambahan wawasan.
Karya sastra memiliki banyak jenis, satu di antara karya sastra itu adalah novel. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) dijelaskan bahwa novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellas, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Istilah novella dan novelle saat ini mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris, novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Nurgiyantoro, (1995 : 9) menjelaskan bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Dan novel menurut Drs. Jacob Sumardjo adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia.
Masih mengenai hasil karya sastra seorang sastrawan, Ilana Tan adalah satu di antara penulis yang telah banyak menerbitkan hasil karyanya di dunia tulisan. Beberapa novelnya yang sedang memasyarakat saat ini adalah Autumn In Paris, Summer In Seoul, Winter In Tokyo, dan Spring In London. Meskipun baru menerbitkan empat novel, namun nama Ilana Tan sudah sangat populer di tengah masyarakat, terutama remaja. Iliana Tan sendiri merupakan seseorang yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai penulis. Namun bukan berarti dirinya tidak suka menikmati karya seni lainnya. Beliau juga sangat menyukai dan menikmati film, buku, dan bahasa asing. Oleh karena itu tidak aneh jika sebagian dari novelnya selalu dihiasi oleh bahasa-bahasa asing. Misalnya seperti bahasa Korea, Jepang, Paris, dan pastinya Indonesia. novelnya yang berjudul Autumn In Paris yang saat ini menjadi bahan penelitian penulis adalah novelnya yang kedua. Meski merupakan novelnya yang kedua, tapi Autumn In Paris lebih populer dan menarik dibanding tiga karya lainnya.
Berdasarkan karya yang ditulis oleh Ilana Tan ini, penulis memiliki keinginan untuk melakukan penelitian terhadap karyanya. Banyak dari masyarakat pembaca yang hanya menikmati jalan cerita yang tersaji dalam novel ini, dan sedikit yang mampu memahami cerita dari sudut pandang penulis berkaitan dengan kehidupan. Masyarakat terlalu sering hanya menjadikan karya ini sebagai hiburan. Padahal jika ditilik, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita peroleh di dalam cerita atau karya-karya ini. Lewat penelitian yang dilakukan, penulis akan menganalisis isi novel ini secara mendalam dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya melalui unsur-unsur cerita yang terdapat dalam novel.
1.2 Masalah Penelitian
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini secara umumnya yaitu mengenai karya Ilana Tan, Autumn In Paris ini secara mendalam. Namun secara khususnya, masalah yang akan diteliti dan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini ada dua hal.
1. Bagaimana nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris?
2. Bagaimana sikap hidup dan hubungan sosial yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini oleh penulis secara umum adalah penggambaran nilai-nilai kehidupan didalam cerita Autumn In Paris karya Ilana Tan ini. Namun secara khususnya, penulis ingin mencapai dua tujuan.
1. Pendiskripsian mengenai nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
2. Pendiskripsian mengenai nilai sosial budaya yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat di dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi tambahan wawasan atau pengetahuan mengenai penelitian terhadap suatu karya sastra dalam bidang ilmu pengetahuan. Manfaat praktis penelitian ini ditujukan pada pembaca secara umum.
1. Peneliti/penulis, yaitu menambah pengetahuan dalam melakukan sebuah penelitian dan menganalisis sebuah karya sastra.
2. Pendidik (misalnya guru), yaitu menambah bahan atau referensi dalam melakukan sebuah pembelajaran.
3. Siswa atau mahasiswa, yaitu menambah bahan atau referensi dalam menerima sebuah pembelajaran.
4. Pembaca secara umum, yaitu menambah wawasan dalam melakukan sebuah penelitian dan menambah wawasan mengenai gambaran nilai-nilai kehidupan dalam sebuah karya sastra.
5. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian terhadap karya sastra lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Novel Populer Indonesia
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan (Dr. nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd. Dra. Abdul Roni, M.Pd.). Novel menjadi sebuah karya sastra yang begitu populer di dunia karena memiliki bahasa komunikasi yang sangat dekat dengan masyarakat pembacanya. Sebagai suatu bacaan, novel menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel hiburan. Namun bukan berarti novel hiburan hanya menceritakan kisah lucu dan menghibur, tetapi tetap memiliki nilai serius didalamnya. Demikian juga dengan novel serius, bukan berarti tidak memiliki daya hiburan didalamnya.
Novel hiburan dapat dikatakan juga sebagai novel populer. Novel populer dapat dengan mudah kita kenali melalui beberapa ciri-ciri yang biasanya ditemui dalam novel populer. Novel populer memiliki cover atau sampul berwarna cerah, ilustrasi agak ramai, gambar wanita atau cowoknya yang begitu mengekspresikan judul novel itu. Itu adalah bagian luar dari novel populer yang menjadi acuan mengapa novel itu dikatakan sebagai novel populer. Jika kita melihat sisi dalam novel itu, seperti misalnya nama penokohan, latar cerita, bahasa yang digunakan, dan unsur intrinsik lainnya maka kita juga akan menemui faktor-faktor yang membuat novel ini disebut sebagai novel populer.
Ciri lain dari sebuah novel populer adalah timbulnya tokoh stereotipe. Seperti misalnya ibu tiri atau saudara tiri, remaja-remaja yang hura-hura, dan lain sebagainya. Dan tokoh-tokoh itu dipertemukan dengan masalah yang ringan dan tidak mendalam. Memang disengaja agar pembaca tidak terlalu mengerutkan dahinya saat membaca, atau sampai berpikir keras mengenai isi cerita itu karena tujuan utama dari penulisan novel itu adalah untuk menghibur.
Dalam pemberian ”bumbu-bumbu cerita”, penulis sengaja menyajikan sesuatu yang mengeksploitasi perasaan pembaca. Pembaca dibuat seakan-akan menjadi diri si tokoh dan memiliki akhir cerita yang dapat dengan mudah tertebak. Karena novel ini dibentuk sederhana, mementingkan kesenangan dan hiburan maka novel ini lebih cocok dikatakan dibaca oleh remaja, anak-anak, atau bahkan pembantu rumah tangga, bukan kaum terpelajar. Namun bagi penulis itu tidak menutup kemungkinan masih ada kaum terpelajar yang juga ikut menikmati novel populer ini.
2.2 Tentang Ilana Tan dan Karyanya
Para pembaca remaja pastinya sudah tidak asing lagi dengan bacaan novel yang memiliki judul dan gaya cerita berlatang belakang empat musim, yaitu Spring, Autumn, Summer, dan Winter. Novel yang berjudul Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo, dan Spring In London ini ditulis oleh seorang penulis wanita yang sangat mengagumi kebudayaan Jepang, Korea, dan juga empat musim itu. Melihat apa yang dikagumi oleh pengarang ini, maka tidak heran keempat karyanya memang memiliki latar belakang cerita di negara asia seperti Korea, Paris, Tokyo, dan lainnya.
Seorang Ilana Tan, pengarang yang tidak pernah mencantumkan alamat email dan lainnya pada karyanya, memang seorang yang sangat mencintai kebudayaan yang berbau Asia seperti Jepang. Ilana Tan, meski baru membuat empat karya dan masih sering disebut sebagai penulis pemula, namun pengarang ini memiliki daya tarik cerita yang sangat menghipnotis pembacanya. Pengarang yang juga menyukai film dan jalan-jalan ini ternyata memang pernah berada di luar negeri sehingga terinspirasi utnuk menulis cerita berlatar belakang empat musim di Eropa.
Tidak dapat dipungkiri lagi kalau karya Ilana Tan juga menjadi santapan yang laris di tengah remaja saat ini. Apalagi memang keempat karyanya saling terkait, tokoh-tokoh dalam keempat karyanya ini memiliki hubungan, meski hanya tersingkap sekilas saja. Mungkin inilah yang menjadi suatu kekhasan seoarang Ilana Tan, sehingga dia menjadi pemula yang cukup tangguh melewati para seniornya di kancah penulisan. dapat Dikatakan dia seorang penulis pemula yang berhasil.
Berbicara mengenai keempat karyanya, Autumn In Paris dapat dikatakan sebagai karya yang paling laris. Novel Autumn In Paris ini pun memiliki akhir cerita yang berbeda dari ketiga karya lainnya. Autumn In Paris menyisakan tangis kesedihan bagi pembacanya atau dengan istilah berakhir sedih (sad ending). Sedangkan ketiga karya lainnya memiliki cerita yang lebih menyisipkan keberuntungan dan selalu berakhir bahagia (happy ending).
Begitu kreatifnya seorang Ilana Tan dalam menggabungkan kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Paris, Tokyo, dan negara Asia lainnya, ditambah betapa romantisnya keempat musim, membuat dirinya memiliki predikat sebagai pengarang yang hebat. Alur yang tersusun dalam setiap peristiwa menggambarkan kisah yang seakan-akan pembaca sendiri yang mengalaminya. Apalagi di sela-sela penggunaan bahasa Indonesia, Ilana Tan juga menambahkan unsur bahasa asing, seperti bahasa Paris, Jepang, dan lainnya. Hal itu menambah daya hipnotisnya untuk menarik banyak pembaca. Hal tersebut memberi gambaran bahwa tidak selamanya novel populer itu tidak memiliki nilai pendidikan, moral dan lainnya. Justru terkadang dengan membaca buku ringan yang mengandung pengetahuan meski tidak besar, namun pembaca dapat lebih mudah mengingatnya dan punya motivasi menggunakannya dalam pergaulan mereka.
2.3 Unsur Intrinsik Novel
Sebuah novel memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam pembentukkannnya. Unsur-unsur tersebutlah yang membuat cerita didalam novel menjadi hidup. Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan dalam teks cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik untuk karya sastra jenis novel, prosa dan lainnya ini ada tujuh unsur, yaitu tema, alur, tokoh, amanat, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang.
Dalam pembahasan kali ini hanya akan dilakukan pembahasan mengenai unsur tokoh, alur dan setting/latar saja.
2.3.1 Tokoh
Tokoh adalah unsur dalam cerita yang diciptakan pengarang yang mengalami lakuan atau peristiwa-peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh adalah berwujud manusia, namun hal itu tidak menutup kemungkinan diwujudkan dalam wujud binatang atau benda lain yang diinsankan. Tokoh dalam cerita ini terbagi menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh sentral adalah tokoh utama, tokoh yang mengalami begitu banyak peristiwa dalam cerita tersebut. Tokoh sentral ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama tokoh protagonis, yaitu tokoh baik hati, yang memiliki sikap atau sifat-sifat yang menggambarkan kebaikan. Seperti misalnya sederhana, baik hati, rajin, pintar, disenangi dan disayangi banyak orang, dan ciri lainnya. Kedua adalah tokoh antagonis, yaitu tokoh si jahat, yang memiliki sikap dan sifat yang bertentangan dengan protagonis. Seperti misalnya jahil, sombong, jutek, kasar, dan lainnya.
Berbeda dengan tokoh sentral, tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung dalam cerita. Tokoh bawahan ini mendukung tokoh sentral baik sebagai teman ataupun sebagai musuh. Tokoh bawahan ini terbagi menjadi tiga. Pertama tokoh andalan, yaitu tokoh yang menjadi andalan atau kepercayaan dari tokoh sentral baik antagonis maupun protagonis. Kedua adalah tokoh tambahan, yaitu tokoh yang hanya memiliki peran kecil dalam cerita. Tokoh ini biasanya bermain sebagai tetangga atau teman sekolah yang menambah warna cerita. Ketiga adalah tokoh latar, yaitu tokoh yang hanya sekedar menjadi bagian atau latar saja di dalam cerita.
Tokoh utama dalam cerita dapat berupa gabungan sifat antara antagonis dan protagonis. Peran tokoh dalam novel sedikit sukar untuk dilihat, khususnya tokoh bawahan termasuk jenis yang mana, namun di dalam sebuah film akan terlihat jelas pembagian perannya.
Tokoh dapat ditentukan watak-wataknya melalui dua cara. Dengan metode analitis, yaitu menyajikan secara langsung sifat-sifat dan watak tokoh dalam cerita itu seperti apa. Berikutnya yaitu metode dramatik, yaitu menyajikan watak-watak melalui pemikiran dan lakuan atau tingkah laku tokoh dalam cerita.
2.3.2 Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat diibaratkan sebuah perjalanan cerita. Dimana alur yang membuat pembaca terkadang terhipnotis dengan isi cerita, jalan cerita dan terlebih lagi penasaran pada akhir cerita yang selalu dinantikan. Alur dapat terbagi menjadi tiga.
a. Kronologi, berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Jenis alur ini juga sering disebut sebagai alur linear.
b. Kausal, berdasarkan hubungan sebab akibat yang terjalin dalam cerita.
c. Tematik, berdasarkan tema cerita. Pada alur ini, sebuah peristiwa diri sendiri. Jika satu di antara episode dihilangkan, pembaca masih dapat memahami jalannya cerita.
Dalam membentuk sebuah alur, ada struktur yang harus dibentuk.
a. Bagian awal, bagian ini dibentuk sebuah paparan (expotition), rangsangan (inciting moment) dan gawatan (rising action).
b. Bagian tengah, bagian ini dibentuk bagian tikaian (conflict), rumitan (complication) dan klimaks.
c. Bagian akhir, bagian ini dibentuk sebuah leraian (falling action) dan selesaian (denouement).
Dalam membangun sebuah alur ada beberapa hal mesti diperhatikan, yaitu faktor kebolehjadian (kejadian yang dibuat-buat), faktor kebetulan (kejadian tidak terduga/tertebak), dan faktor kejutan (kejadian tidak secara langsung dikenali pembaca).
2.3.3 Setting/latar
Latar adalah keterangan atau petunjuk yang berkaitan dengan tempat, waktu, suasana, dan situasi kejadian ataupun peristiwa yang ada dalam cerita. Tanpa adanya latar tidak akan mungkin terwujud sebuah cerita. Seperti halnya tokoh, latar juga adalah unsur paling penting dalam membangun sebuah cerita.
Dalam sebuah cerita ada banyak latar yang digunakan, namun juga tidak jarang yang menggunakan satu atau dua latar saja, seperti pada sebuah teater atau naskah drama. Ada beberapa jenis latar yang biasanya terdapat pada sebuah cerita.
a. Latar tempat, latar ini mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Seperti misalnya di rumah, jalan, atau di perkantoran, dan lainnya.
b. Latar waktu, latar ini lebih mengacu pada saat terjadinya peristiwa, atau lebih pada kata ”kapan” peristiwa itu terjadi. Seperti misalnya malam hari, siang hari, sudah tua, masih muda, saat terjadinya apa, dan lain sebagainya.
c. Latar sosial, latar ini mengacu pada prilaku dan kebiasaan adat istiadat/kebudayaan daerah/tempat peristiwa yang digambarkan dalam cerita. Latar sosial ini biasanya lebih pada bentuk kebudayaan, kebiasaan, pola hidup, aturan-aturan, pandangan hidup, cara berpikir dan bertindak, dan status sosial masyarakat tersebut.
Setiap penempatan latar pasti akan berkaitan langsung dengan alur cerita, dimana latar merupakan unsur pendukung dalam penentuan alur, dan lebih bisa menggambarkan setiap kejadian/peristiwa dalam cerita.
2. 4 Analisis Nilai-nilai Kehidupan Dalam Novel Autumn In Paris
2.4.1 Nilai Ekonomi
Ekonomi secara umum adalah satu di antara ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Manusia sebagai makhluk ekonomi pastinya selalu memiliki masalah dalam menjalani perekonomian masing-masing. Hal itu terjadi karena kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan. Oleh sebab itu dikenal istilah tindakan ekonomi, yaitu usaha manusia yang dilandasi pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Dalam melaksanakan setiap tindakan tersebut makhluk ekonomi memiliki prinsip yaitu melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal.
Bentuk ekonomi bukan hanya sekedar melakukan suatu usaha atau pekerjaan, tetapi juga memiliki nilai-nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai ekonomi tersebut dapat kita lihat terkandung dalam bentuk kesenjangan ekonomi yang juga menyangkut sosial. Jadi pada dasarnya nilai-nilai ekonomi ini menyangkut pekerjaan, hidup, dan kesenjangan masyarakat.
2.4.2 Nilai Sikap Hidup
Nilai adalah segala sesuatu yang berharga, berguna, indah dan memperkaya batin yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabat yang dimilikinya. Nilai menjadi satu di antara wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh sebab itu dikenal istilah nilai sosial budaya.
Nilai sosial sendiri adalah nilai yang berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dengan menekankan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Dari nilai sosial itulah timbul nilai sikap hidup. Sikap hidup adalah segenap tingkah laku, sifat, dan pribadi seseorang dalam berhubungan dengan sesamanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah dan tujuan yang akan diamati. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian inilah, maka digunakan rancangan penelitian kualitatif. Rancangan penelitian kualitatif ini adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6). Definisi ini merupakan suatu sintetis dari berbagai pendapat penulis buku penelitian kualitatif lainnya. Pendapat yang paling menarik adalah pendapat dari Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian kualitatif ini memiliki beberapa karakteristik yang menggambarkan perbedaannya dengan penelitian lainnya. Ada dua versi yang tersaji mengenai karakteristik penelitian ini, yaitu versi Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dan Lincoln dan Guba (1985:30-44) dalam Moleong (2010:8). Berikut ini hasil sintesis dari kedua versi ini.
1. Latar Alamiah
2. Manusia Sebagai Alat
3. Metode Kualitatif
4. Analisis Data Secara Induktif
5. Teori dari Dasar
6. Deskriptif
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus
9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data
10. Desain yang Bersifat Sementara
11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama
3.2 Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini pada prinsipnya sama dengan metode hermeneutika dan analisis isi. Namun ketiganya dibedakan berdasarkan tujuan masing-masing. Metode kualitatif lebih memfokuskan pada data alamiah yang ada dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Hal itu membuat metode ini dianggap multimetode, karena menghubungkan segala sesuatu yang ada di sekitar karya sastra tersebut dalam penelitiannya.
Metode kualitatif memiliki landasan yang dipegangnya, yaitu paradigma positivisme Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey menurut Moleong dalam Ratna (2006:47). Objek penelitian metode ini adalah makna-makna dibalik tindakan yang menimbulkan gejala-gejala sosial. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai, yang membuatnya bertentangan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat bebas nilai.
Ciri-ciri dari metode kualitatif sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan sebagai studi kultural.
2. Proses lebih diutamakan dibanding hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Terjadi interaksi secara langsung antara subjek peneliti dengan objek penelitian sehingga tidak ada jarak di antara keduanya.
4. Penelitian bersifat terbuka sehingga desain dan kerangka penelitian bersifat sementara.
5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budaya masing-masing.
3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah kutipan-kutipan dari cerita dalam novel yang menjadi sumber data peneliti. Kutipan-kutipan tersebut menjadi sebuah acuan bagi peneliti untuk membuktikan bahwa hal tersebut benar-benar dapat diteliti dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Novel Autumn In Paris adalah sumber data yang digunakan, dan dari dalam novel inilah ditemukan data-data yaitu kutipan-kutipan tadi sebagai bahan penelitian.
3.4 Cara/Teknik Pengambilan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan cara dokumenter. Dimana cara dokumenter ini adalah dengan membaca novel atau bahan/sumber data tadi, dan mendokumentasikan setiap hal berupa kutipan untuk sebagai bahan data penelitian.
3.5 Cara/Teknik Menguji Keabsahan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam menguji keabsahan data yang telah peneliti kumpulkan adalah melalui ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan adalah membaca berulang kali novel yang menjadi sumber penelitian tadi sehingga dapat dengan mudah melakukan penelitian dan lebih memahami mengenai data-data yang akan menjadi kekuatan sebagai penelitian. Teknik menguji keabsahan data ini berhubungan erat dengan teknik menganalisis data.
3.6 Cara/Teknik Menganalisis Data
Cara atau teknik menganalisis data yang peneliti gunakan adalah teknik analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif ini adalah jenis analisis yang lebih mengacu pada data-data yang bersifat tertulis atau tulisan dan bukan angka. Menurut Mahsen (2005:256-257), penelitian dengan analisis kualitatif ini mendasarkan dirinya pada paradigma metodologis induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus pada yang umum. Teknik analisis kualitatif tidak berbeda jauh dengan analisis isi, dimana analisis isi adalah proses menganalisis dan mengamati isi pesan dan perilaku dari sebuah komunikasi lisan maupun tertulis.
Pada saat penganalisisan data kita dapat melakukan langkah-langkah sederhana. Langkah-langkah analisis tersebut misalnya seperti membaca novel berulang-ulang kali hingga kita memahami setiap alur dalam novel tersebut, kemudian kita melakukan interpretasi, pemberian makna dan pendeskripsian hasil analisis. Hal-hal tersebut dapat kita laksanakan dalam metode analisis kualitatif dan analisis isi.
BAB IV
ANALISIS NOVEL AUTUMN IN PARIS KARYA ILANA TAN
BERDASARKAN SOSIOLOGI SASTRA
4.1 Nilai Ekonomi dalam Novel Autumn In Paris
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nilai ekonomi terkait erat dengan kehidupan manusia. Baik di bidang pekerjaan maupun kesenjangan sosial manusia. Oleh sebab itu dalam analisis yang dilakukan, peneliti berusaha menganalisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Melalui pekerjaan yang dilakukan tersebut dapat digambarkan bagaimana kehidupan para tokoh cerita.
Pekerjaan yang dilakukan para tokoh pada umumnya bersifat pekerjaan yang besar. Bentuk dari pekerjaan itu dapat di lihat pada tabel 1.1 dan pada kutipan di lampiran. Berikut akan ditampilkan tabel nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.1 Pekerjaan dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Pekerjaan a. Tatsuya Fujisawa dan Sebastien Giraudeau bekerja sebagai arsitek
b. Tara Dupont/Victoria Dupont dan Elise bekerja sebagai penyiar radio
c. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah seorang pengusaha (pemilik restoran dan kelab)
d. Laurent Delcour adalah seorang dokter
e. Edouard adalah seorang bartender
Di atas sudah dijelaskan bahwa nilai ekonomi tidak hanya terkait dengan pekerjaan para tokoh di dalam novel ini. Nilai ekonomi yang akan dibahas juga adalah kesenjangan sosial yang terdapat pada novel ini. Melalui pekerjaan yang telah dibahas di atas tadi kita dapat dengan mudah menyimpulkan kesenjangan sosial yang terjadi dalam kehidupan para tokoh di novel ini.
Kesenjangan sosial memang selalu terkait dengan pekerjaan seeorang, demikian juga di dalam novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai kesenjangan sosial yang terdapat pada novel Autumn In Paris.
Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Kesenjangan Hidup a. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, Sebastien Giraudeau, dan Laurent Decour adalah golongan masyarakat yang mapan
b. Tara Dupont/Victoria Dupont, Elise, dan Edouard adalah masyarakat yang cukup mapan
Melalui kedua tabel di atas dapat kita temukan nilai ekonomi para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Dimana Kesenjangan hidup dinilai dari pekerjaan masing-masing tokoh tanpa melihat latar belakang keluarga.
4.2 Nilai Sikap Hidup dalam Novel Autumn In Paris
Sikap hidup adalah hasil dari hubungan yang terjalin antar manusia, dimana terlihat karakter dan kebiasaan serta tingkah laku sehari-hari seorang manusia. Dari sikap hidup inilah timbul nilai kehidupan yang menyangkut mengenai tingkah laku dan sikap hidup seorang manusia.
Novel Autumn In Paris ini menceritakan mengenai tiga kebudayaan, yaitu Indonesia, Jepang, dan Paris. Dimana tergambarkan mengenai kehidupan tokoh-tokoh cerita yang bertemu di Paris dan memulai hubungan dari teman, sahabat, hingga kekasih. Hubungan sosial yang terjalin dalam novel ini dapat terlihat dengan jelas jika membaca langsung novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai-nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.3 Hubungan sosial di dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Sikap Hidup
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Hubungan sosial
a. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah sepasang kekasih
b. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah saudara satu ayah
c. Orang tua
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah orang tua atau ayah dari Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Kenichi Fujisawa adalah ayah tiri dari Tatsuya Fujisawa
d. Sahabat
- Sebastien Geraudeau adalah sahabat Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Tara Dupont adalah sahabat Elise
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah sahabat Laurent Delcour
e. Edouard adalah pegawai Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont
Seperti yang telah dijelaskan di atas, jika sikap hidup dapat tergambarkan melalui tingkah laku, sifat, dan karakter tokoh cerita pada novel Autumn In Paris ini. Sikap hidup ini terlihat semakin jelas dalam hubungan sosial yang terjalin antar tokoh cerita. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In paris
No Nilai Sikap Hidup
Dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Sikap Hidup
a. Tatsuya Fujisawa berani untuk jujur dan kuat menghadapi kenyataan hidup dan mengambil keputusan
b. Kenichi Fujisawa dan Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont tulus dalam menerima dan mencintai Tatsuya Fujisawa
c. Sebastien Geraudeau dan Elise sangat setia kawan/bersa-habat
d. Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah cewek yang cerewet
e. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, dan Sebastien Geraudeau adalah tipe pria yang workaholic (pekerja keras)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Novel Autumn In Paris adalah satu di antara sekian banyak novel popular yang memiliki nilai-nilai kehidupan didalamnya. Beberapa nilai kehidupan yang peneliti analisis di dalam novel ini adalah nilai ekonomi dan nilai sikap hidup manusia. Dimana kedua nilai ini memiliki hubungan cukup erat karena bagaimanapun, manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari sebuah ekonomi. Jadi pada dasarnya nilai ekonomi seperti pekerjaan dan kesenjangan social sangat berkaitan erat dengan nilai sikap hidup yaitu hubungan social dan sikap hidup para tokoh.
Data mengenai kedua nilai ini dapat dilihat dalam lampiran. Dimana akan terlihat nilai-nilai kehidupan mengenai kedua hal ini. Itulah sebabnya kenapa novel popular tetap memiliki nilai pendidikan seperti dalam novel serius.
5.2 Saran
Karya sastra memiliki banyak hal yang dapat dipelajari, termasuk didalamnya kedua nilai di atas. Oleh sebab itu dalam membaca sebuah karya sastra kita dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan dan sebuah pembelajaran. Maka dari itu, karya sastra jangan hanya dijadikan hhiburan semata. Dan melalui setiap karya sastra yang kita baca, kita patut member apresiasi yang tinggi.
Dalam melakukan sebuah penelitian untuk memperoleh semua itu, kita dapat melakukan dengan mudah. Satu di antara langkah yang dapat kita lakukan adalah membaca berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rossdakarya: Bandung.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rouftracal. 2009. “Novel popular vs novel serius”. http://rouftracal.blogspot. com/2009/05/novel-populer-vs-novel-serius.html
http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/09/analisis-isi-content-analysisi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/novel.html
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/novel-populer.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/sikap-hidup.html
http://id.wikipedia.com/artikel/nilai-kehidupan.html
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/metodologi-penelitian.html
LAMPIRAN
Berikut ini ditampilkan tabel mengenai kesimpulan dari kedua nilai yang dianalisis oleh peneliti.
Tabel 1.1 Pekerjaan para tokoh dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Pekerjaan Kutipan
1 17
19
23
26-27
124
175
116
a. Arsitek
b. Penyiar Radio
c. Pengusaha (Pemilik Kelab dan Restoran)
d. Dokter
e. Bartender a. Tara menggangguk. Ia ingat Sebastien pernah menyebut-nyebut proyek itu. Perusahaan arsitek ayah Sebastien akan bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk membangun hotel di Paris. Sebastien adalah salah satu arsitek yang terlibat dalam proyek ini.
b. “Aku punya teman di Jepang,” Sebastien memulai. “Namanya Tatsuya Fujisawa.”
“Dia juga arsitek dan dia akan bergabung dalam proyek pembangunan hotel ini. Arsitek Jepang yang sebelumnya bertanggung jawab dalam proyek ini mendadak menarik diri dari pekerjaan ini. Karena itu perusahaan pihak Jepang mengusulkan agar Tatsuya yang menggantikannya.”
a. “Dia juga penyiar radio,” Sebastien melanjutkan, seolah sedang membanggakan anak kesayangan.
b. Tara mendengar suara Elise yang ceria di radio dan melirik jam dinding. Oh, Je me souviens…yang dipandu Elise sudah dimulai.
a. “Lemercier adalah nama ayahku sewaktu masih muda sekali,” jelasnya sambil menggandeng lengan ayahnya. “Sejak mulai menjalankan bisnis kelab dan restoran, Papa mengganti namanya menjadi Dupont. Sejarahnya panjang. Lain kali akan kujelaskan.”
a. Dokter Laurent Delcour membetulkan letak kacamatanya dan menatap gadis yang sudah dikenalnya sejak dulu itu. “Tara?”
a. Tara mengangguk dan mencari-cari bartender yang entah ada di mana. “Eduardo!” seru gadis itu sambil melambai-lambaikan tangan kea rah bartender botak yang sedang melayani seorang tamu.
Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Kesenjangan Sosial Kutipan
1 123
27
17
13 a. Mapan (Kaya)
b. Cukup Mapan
a. “Aku pernah mendengar ayahmu adalah…eh, Jean-Daniel Lemercier yang punya banyak restoran di Prancis,” Tatsuya berbohong dengan susah payah. Lidahnya terasa berat, suaranya juga terdengar agak serak.
b. “Ini adalah kunjunganku yang kesekian kalinya ke Paris. Biasanya setiap kali pesawatku mendarat di bandara Charles de Gaulle, aku akan melakukan hal-hal yang sudah rutin kulakukan. Aku turun dari pesawat, mengurus imigrasi, dengan sabar menunggu bagasiku muncul di ban berjalan, setelah itu langsung keluar dari bandara tanpa melihat ke kiri atau kanan.”
c. “Ayahku hanya kelelahan dan jantungnya memang dari dulu sedikit bermasalah. Jadi aku harus langsung terbang ke Tokyo untuk menggantikannya. Aku sudah pernah cerita tentang rencana pembangunan hotel di sini yang bekerja sama dengan Jepang, bukan?”
a. Ketika ia hampir sampai di tempat parkir Mercedes biru kecilnya, Tara mengeluarkan kunci mobil. Terdengar bunyi pip dua kali tanda pintu mobil sudah terbuka dan ia cepat-cepat masuk.
Tabel 1.3 Hubungan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Hubungan Sosial Kutipan
1 213
122
244
131
12
15
259
116 a. Saudara
b. Orang tua
c. Sahabat
d. Kekasih
e. Pegawai
a. Tara langsung berpaling kea rah Sebastien dan berkata, “Oh, Sebastien, aku belum memberitahumu, ya? Aku dan Tatsuya bersaudara.”
Tara menjawab, “Kami berdua punya ayah yang sama.” Ia berpikir sejenak. “Itu artinya saudara seayah, ya? Atau saudara tiri?” Lalu mengangkat bahu, “Pokoknya begitulah.”
a. Tatsuya bisa merasakan kekagetan di mata pria itu. Tatsuya memahaminya. Ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Pria yang sekarang ini sedang merangkul pundak Tara memang diperkenalkan sebagai ayah Tara, tetapi Tatsuya lebih mengenalnya dengan nama Jean-Daniel Lemercier, orang yang baru diketahuinya sebagai ayah kandungnya.
b. Di rumah sakit itu ia bertemu dengan ayah Tatsuya. Ia tetap diam dan menjaga jarak sementara ayahnya menyapa dan bersalaman dengan ayah Tatsuya. Usia Kenichi Fujisawa pasti tidak jauh berbeda dari Jean-Daniel Dupont, tetapi pria kurus itu terlihat jauh labih tua dari Jean-Daniel.
a. “Teman, tampangmu berantakan sekali,” komentar Sebastien ketika masuk ke kantor Tatsuya siang itu. Tadinya ia berencana mengajak Tatsuya makan bersama mengingat mereka jarang sekali bertemu sejak terlibat langsung dalam proyek hotel itu.
b. Bunyi denting halus membuyarkan lamunan Tara. Mereka sudah tiba di lantai dasar. Tara keluar dari lift dan melambaikan tangan kepada temannya. Ia memarkir mobilnya di lapangan parker luar gedung sementara mobil Elise sendiri diparkir di basement.
c. Mereka berdua sudah berteman sejak Tara pindah ke Paris. Mereka bertemu untuk pertama kalinya kektika Sebastien diajak menghadiri pesta pembukaan restoran baru ayah Tara di Quartier Latin.
a. Tara memegang lengan Tatsuya dengan sebelah tangan sementara tangan yang lainnya menutup mulut. “Aku akan baik-baik saja,” isaknya pelan. “Aku akan selalu menyayangimu.” Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu….
a. Tara mengangguk. Ia memperkenalkan kedua pria itu. “Edouard, ini temanku, Tatsuya. Tatsuya, ini Edouard. Dia sudah cukup lama bekerja di sini. Salah satu bartender favorit ayahu,” jelas Tara.
Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Sikap Hidup Kutipan
1 18
35
35
227
244-245
263
15
a. Workaholic (pekerja keras)
b. Berani, jujur dan kuat
c. Tulus
d. Setia kawan
e. Cerewet a. “Sudah sehat dan kembali bekerja seperti biasa,” sahut Sebastien, lalu mengangkat bahu dan tersenyum lebar. “Ayahku itu tipe orang yang tidak bisa diam.”
b. Tara mematikan ponsel dan menghela napas. Sejak aktif seratus persen di perusahaan ayahnya, Sebastien selalu sibuk.
c. “Tapi dia akan kembali. Dia pulang ke Tokyo untuk membereskan semua pekerjaannya sebelum memfokuskan perhatiannya untuk proyek kami ini. Dengar-dengar dia akan kembali sebentar lagi. Dalam minggu-minggu ini, kurasa,” Sebastien menjelaskan.
a. “Aku akan pulang ke Jepang.”
“Aku sudah mengatur semuanya,” lanjut Tatsuya datar. “pekerjaanku di sini akan kulanjutkan di Jepang. Pasti tidak masalah. Lagi pula ada pekerjaan lain di Jepang yang harus dikerjakan secepatnya.” Ia berhenti sejenak. “Dengan begini akan lebih mudah bagi kita. Bukankah begitu?”
a. Tua dan lelah. Di raut wajahnya yang dipenuhi guratan penderitaan, Tara merasa ia pria yang sabar, pendiam, dan bijak. Matanya memancarkan kesedihan mendalam, tetapi juga menyiratkan rasa terima kasih melihat Tara dan ayahnya bersedia datang menjenguk putranya.
a. Hei, aku sama sekali tidak keberatan menjadi mata-mata. Aku tahu kau mencemaskan Tara, sama seperti kami di sini. Tapi kau tentu sudah tahu, Tara itu gadis yang kuat. Dia pasti bisa bertahan. Bagaimana denganmu sendiri? Kau baik-baik saja?
a. “Aku tahu apa yang sedang kaupikirkan. Jangan coba-coba mengataiku cerewet,” ancam Tara sambil meraih setusuk sate lagi dan menatap Sebastien dengan mata disipitkan.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penelitian merupakan satu di antara kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang terhadap sebuah karya atau suatu hal untuk dianalisis. Penelitian adalah kegiatan penyelidikan yang dilakukan secara teliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.
Menurut satu di antara pakar yang memberikan definisi penelitian ini adalah J. Suprapto. Menurutnya penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis. Langkah sistematis adalah mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generalisasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.
Sastra diciptakan oleh seorang penulis atau sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil ciptaan sastrawan itu sendiri disebut sebagai karya sastra. Layaknya sebuah karya, karya sastra ini bisa berbentuk tulisan, lisan ataupun benda. Namun karya yang paling banyak terbentuk dari tangan seorang sastrawan adalah tulisan. Tulisan yang bisa berisikan tentang cerita fiksi atau nonfiksi. Dari tulisan hasil karya mereka inilah pembaca dapat terhibur, dan tidak lupa mendapat tambahan wawasan.
Karya sastra memiliki banyak jenis, satu di antara karya sastra itu adalah novel. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) dijelaskan bahwa novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellas, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Istilah novella dan novelle saat ini mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris, novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Nurgiyantoro, (1995 : 9) menjelaskan bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Dan novel menurut Drs. Jacob Sumardjo adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia.
Masih mengenai hasil karya sastra seorang sastrawan, Ilana Tan adalah satu di antara penulis yang telah banyak menerbitkan hasil karyanya di dunia tulisan. Beberapa novelnya yang sedang memasyarakat saat ini adalah Autumn In Paris, Summer In Seoul, Winter In Tokyo, dan Spring In London. Meskipun baru menerbitkan empat novel, namun nama Ilana Tan sudah sangat populer di tengah masyarakat, terutama remaja. Iliana Tan sendiri merupakan seseorang yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai penulis. Namun bukan berarti dirinya tidak suka menikmati karya seni lainnya. Beliau juga sangat menyukai dan menikmati film, buku, dan bahasa asing. Oleh karena itu tidak aneh jika sebagian dari novelnya selalu dihiasi oleh bahasa-bahasa asing. Misalnya seperti bahasa Korea, Jepang, Paris, dan pastinya Indonesia. novelnya yang berjudul Autumn In Paris yang saat ini menjadi bahan penelitian penulis adalah novelnya yang kedua. Meski merupakan novelnya yang kedua, tapi Autumn In Paris lebih populer dan menarik dibanding tiga karya lainnya.
Berdasarkan karya yang ditulis oleh Ilana Tan ini, penulis memiliki keinginan untuk melakukan penelitian terhadap karyanya. Banyak dari masyarakat pembaca yang hanya menikmati jalan cerita yang tersaji dalam novel ini, dan sedikit yang mampu memahami cerita dari sudut pandang penulis berkaitan dengan kehidupan. Masyarakat terlalu sering hanya menjadikan karya ini sebagai hiburan. Padahal jika ditilik, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita peroleh di dalam cerita atau karya-karya ini. Lewat penelitian yang dilakukan, penulis akan menganalisis isi novel ini secara mendalam dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya melalui unsur-unsur cerita yang terdapat dalam novel.
1.2 Masalah Penelitian
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini secara umumnya yaitu mengenai karya Ilana Tan, Autumn In Paris ini secara mendalam. Namun secara khususnya, masalah yang akan diteliti dan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini ada dua hal.
1. Bagaimana nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris?
2. Bagaimana sikap hidup dan hubungan sosial yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini oleh penulis secara umum adalah penggambaran nilai-nilai kehidupan didalam cerita Autumn In Paris karya Ilana Tan ini. Namun secara khususnya, penulis ingin mencapai dua tujuan.
1. Pendiskripsian mengenai nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
2. Pendiskripsian mengenai nilai sosial budaya yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat di dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi tambahan wawasan atau pengetahuan mengenai penelitian terhadap suatu karya sastra dalam bidang ilmu pengetahuan. Manfaat praktis penelitian ini ditujukan pada pembaca secara umum.
1. Peneliti/penulis, yaitu menambah pengetahuan dalam melakukan sebuah penelitian dan menganalisis sebuah karya sastra.
2. Pendidik (misalnya guru), yaitu menambah bahan atau referensi dalam melakukan sebuah pembelajaran.
3. Siswa atau mahasiswa, yaitu menambah bahan atau referensi dalam menerima sebuah pembelajaran.
4. Pembaca secara umum, yaitu menambah wawasan dalam melakukan sebuah penelitian dan menambah wawasan mengenai gambaran nilai-nilai kehidupan dalam sebuah karya sastra.
5. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian terhadap karya sastra lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Novel Populer Indonesia
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan (Dr. nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd. Dra. Abdul Roni, M.Pd.). Novel menjadi sebuah karya sastra yang begitu populer di dunia karena memiliki bahasa komunikasi yang sangat dekat dengan masyarakat pembacanya. Sebagai suatu bacaan, novel menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel hiburan. Namun bukan berarti novel hiburan hanya menceritakan kisah lucu dan menghibur, tetapi tetap memiliki nilai serius didalamnya. Demikian juga dengan novel serius, bukan berarti tidak memiliki daya hiburan didalamnya.
Novel hiburan dapat dikatakan juga sebagai novel populer. Novel populer dapat dengan mudah kita kenali melalui beberapa ciri-ciri yang biasanya ditemui dalam novel populer. Novel populer memiliki cover atau sampul berwarna cerah, ilustrasi agak ramai, gambar wanita atau cowoknya yang begitu mengekspresikan judul novel itu. Itu adalah bagian luar dari novel populer yang menjadi acuan mengapa novel itu dikatakan sebagai novel populer. Jika kita melihat sisi dalam novel itu, seperti misalnya nama penokohan, latar cerita, bahasa yang digunakan, dan unsur intrinsik lainnya maka kita juga akan menemui faktor-faktor yang membuat novel ini disebut sebagai novel populer.
Ciri lain dari sebuah novel populer adalah timbulnya tokoh stereotipe. Seperti misalnya ibu tiri atau saudara tiri, remaja-remaja yang hura-hura, dan lain sebagainya. Dan tokoh-tokoh itu dipertemukan dengan masalah yang ringan dan tidak mendalam. Memang disengaja agar pembaca tidak terlalu mengerutkan dahinya saat membaca, atau sampai berpikir keras mengenai isi cerita itu karena tujuan utama dari penulisan novel itu adalah untuk menghibur.
Dalam pemberian ”bumbu-bumbu cerita”, penulis sengaja menyajikan sesuatu yang mengeksploitasi perasaan pembaca. Pembaca dibuat seakan-akan menjadi diri si tokoh dan memiliki akhir cerita yang dapat dengan mudah tertebak. Karena novel ini dibentuk sederhana, mementingkan kesenangan dan hiburan maka novel ini lebih cocok dikatakan dibaca oleh remaja, anak-anak, atau bahkan pembantu rumah tangga, bukan kaum terpelajar. Namun bagi penulis itu tidak menutup kemungkinan masih ada kaum terpelajar yang juga ikut menikmati novel populer ini.
2.2 Tentang Ilana Tan dan Karyanya
Para pembaca remaja pastinya sudah tidak asing lagi dengan bacaan novel yang memiliki judul dan gaya cerita berlatang belakang empat musim, yaitu Spring, Autumn, Summer, dan Winter. Novel yang berjudul Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo, dan Spring In London ini ditulis oleh seorang penulis wanita yang sangat mengagumi kebudayaan Jepang, Korea, dan juga empat musim itu. Melihat apa yang dikagumi oleh pengarang ini, maka tidak heran keempat karyanya memang memiliki latar belakang cerita di negara asia seperti Korea, Paris, Tokyo, dan lainnya.
Seorang Ilana Tan, pengarang yang tidak pernah mencantumkan alamat email dan lainnya pada karyanya, memang seorang yang sangat mencintai kebudayaan yang berbau Asia seperti Jepang. Ilana Tan, meski baru membuat empat karya dan masih sering disebut sebagai penulis pemula, namun pengarang ini memiliki daya tarik cerita yang sangat menghipnotis pembacanya. Pengarang yang juga menyukai film dan jalan-jalan ini ternyata memang pernah berada di luar negeri sehingga terinspirasi utnuk menulis cerita berlatar belakang empat musim di Eropa.
Tidak dapat dipungkiri lagi kalau karya Ilana Tan juga menjadi santapan yang laris di tengah remaja saat ini. Apalagi memang keempat karyanya saling terkait, tokoh-tokoh dalam keempat karyanya ini memiliki hubungan, meski hanya tersingkap sekilas saja. Mungkin inilah yang menjadi suatu kekhasan seoarang Ilana Tan, sehingga dia menjadi pemula yang cukup tangguh melewati para seniornya di kancah penulisan. dapat Dikatakan dia seorang penulis pemula yang berhasil.
Berbicara mengenai keempat karyanya, Autumn In Paris dapat dikatakan sebagai karya yang paling laris. Novel Autumn In Paris ini pun memiliki akhir cerita yang berbeda dari ketiga karya lainnya. Autumn In Paris menyisakan tangis kesedihan bagi pembacanya atau dengan istilah berakhir sedih (sad ending). Sedangkan ketiga karya lainnya memiliki cerita yang lebih menyisipkan keberuntungan dan selalu berakhir bahagia (happy ending).
Begitu kreatifnya seorang Ilana Tan dalam menggabungkan kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Paris, Tokyo, dan negara Asia lainnya, ditambah betapa romantisnya keempat musim, membuat dirinya memiliki predikat sebagai pengarang yang hebat. Alur yang tersusun dalam setiap peristiwa menggambarkan kisah yang seakan-akan pembaca sendiri yang mengalaminya. Apalagi di sela-sela penggunaan bahasa Indonesia, Ilana Tan juga menambahkan unsur bahasa asing, seperti bahasa Paris, Jepang, dan lainnya. Hal itu menambah daya hipnotisnya untuk menarik banyak pembaca. Hal tersebut memberi gambaran bahwa tidak selamanya novel populer itu tidak memiliki nilai pendidikan, moral dan lainnya. Justru terkadang dengan membaca buku ringan yang mengandung pengetahuan meski tidak besar, namun pembaca dapat lebih mudah mengingatnya dan punya motivasi menggunakannya dalam pergaulan mereka.
2.3 Unsur Intrinsik Novel
Sebuah novel memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam pembentukkannnya. Unsur-unsur tersebutlah yang membuat cerita didalam novel menjadi hidup. Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan dalam teks cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik untuk karya sastra jenis novel, prosa dan lainnya ini ada tujuh unsur, yaitu tema, alur, tokoh, amanat, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang.
Dalam pembahasan kali ini hanya akan dilakukan pembahasan mengenai unsur tokoh, alur dan setting/latar saja.
2.3.1 Tokoh
Tokoh adalah unsur dalam cerita yang diciptakan pengarang yang mengalami lakuan atau peristiwa-peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh adalah berwujud manusia, namun hal itu tidak menutup kemungkinan diwujudkan dalam wujud binatang atau benda lain yang diinsankan. Tokoh dalam cerita ini terbagi menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh sentral adalah tokoh utama, tokoh yang mengalami begitu banyak peristiwa dalam cerita tersebut. Tokoh sentral ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama tokoh protagonis, yaitu tokoh baik hati, yang memiliki sikap atau sifat-sifat yang menggambarkan kebaikan. Seperti misalnya sederhana, baik hati, rajin, pintar, disenangi dan disayangi banyak orang, dan ciri lainnya. Kedua adalah tokoh antagonis, yaitu tokoh si jahat, yang memiliki sikap dan sifat yang bertentangan dengan protagonis. Seperti misalnya jahil, sombong, jutek, kasar, dan lainnya.
Berbeda dengan tokoh sentral, tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung dalam cerita. Tokoh bawahan ini mendukung tokoh sentral baik sebagai teman ataupun sebagai musuh. Tokoh bawahan ini terbagi menjadi tiga. Pertama tokoh andalan, yaitu tokoh yang menjadi andalan atau kepercayaan dari tokoh sentral baik antagonis maupun protagonis. Kedua adalah tokoh tambahan, yaitu tokoh yang hanya memiliki peran kecil dalam cerita. Tokoh ini biasanya bermain sebagai tetangga atau teman sekolah yang menambah warna cerita. Ketiga adalah tokoh latar, yaitu tokoh yang hanya sekedar menjadi bagian atau latar saja di dalam cerita.
Tokoh utama dalam cerita dapat berupa gabungan sifat antara antagonis dan protagonis. Peran tokoh dalam novel sedikit sukar untuk dilihat, khususnya tokoh bawahan termasuk jenis yang mana, namun di dalam sebuah film akan terlihat jelas pembagian perannya.
Tokoh dapat ditentukan watak-wataknya melalui dua cara. Dengan metode analitis, yaitu menyajikan secara langsung sifat-sifat dan watak tokoh dalam cerita itu seperti apa. Berikutnya yaitu metode dramatik, yaitu menyajikan watak-watak melalui pemikiran dan lakuan atau tingkah laku tokoh dalam cerita.
2.3.2 Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat diibaratkan sebuah perjalanan cerita. Dimana alur yang membuat pembaca terkadang terhipnotis dengan isi cerita, jalan cerita dan terlebih lagi penasaran pada akhir cerita yang selalu dinantikan. Alur dapat terbagi menjadi tiga.
a. Kronologi, berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Jenis alur ini juga sering disebut sebagai alur linear.
b. Kausal, berdasarkan hubungan sebab akibat yang terjalin dalam cerita.
c. Tematik, berdasarkan tema cerita. Pada alur ini, sebuah peristiwa diri sendiri. Jika satu di antara episode dihilangkan, pembaca masih dapat memahami jalannya cerita.
Dalam membentuk sebuah alur, ada struktur yang harus dibentuk.
a. Bagian awal, bagian ini dibentuk sebuah paparan (expotition), rangsangan (inciting moment) dan gawatan (rising action).
b. Bagian tengah, bagian ini dibentuk bagian tikaian (conflict), rumitan (complication) dan klimaks.
c. Bagian akhir, bagian ini dibentuk sebuah leraian (falling action) dan selesaian (denouement).
Dalam membangun sebuah alur ada beberapa hal mesti diperhatikan, yaitu faktor kebolehjadian (kejadian yang dibuat-buat), faktor kebetulan (kejadian tidak terduga/tertebak), dan faktor kejutan (kejadian tidak secara langsung dikenali pembaca).
2.3.3 Setting/latar
Latar adalah keterangan atau petunjuk yang berkaitan dengan tempat, waktu, suasana, dan situasi kejadian ataupun peristiwa yang ada dalam cerita. Tanpa adanya latar tidak akan mungkin terwujud sebuah cerita. Seperti halnya tokoh, latar juga adalah unsur paling penting dalam membangun sebuah cerita.
Dalam sebuah cerita ada banyak latar yang digunakan, namun juga tidak jarang yang menggunakan satu atau dua latar saja, seperti pada sebuah teater atau naskah drama. Ada beberapa jenis latar yang biasanya terdapat pada sebuah cerita.
a. Latar tempat, latar ini mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Seperti misalnya di rumah, jalan, atau di perkantoran, dan lainnya.
b. Latar waktu, latar ini lebih mengacu pada saat terjadinya peristiwa, atau lebih pada kata ”kapan” peristiwa itu terjadi. Seperti misalnya malam hari, siang hari, sudah tua, masih muda, saat terjadinya apa, dan lain sebagainya.
c. Latar sosial, latar ini mengacu pada prilaku dan kebiasaan adat istiadat/kebudayaan daerah/tempat peristiwa yang digambarkan dalam cerita. Latar sosial ini biasanya lebih pada bentuk kebudayaan, kebiasaan, pola hidup, aturan-aturan, pandangan hidup, cara berpikir dan bertindak, dan status sosial masyarakat tersebut.
Setiap penempatan latar pasti akan berkaitan langsung dengan alur cerita, dimana latar merupakan unsur pendukung dalam penentuan alur, dan lebih bisa menggambarkan setiap kejadian/peristiwa dalam cerita.
2. 4 Analisis Nilai-nilai Kehidupan Dalam Novel Autumn In Paris
2.4.1 Nilai Ekonomi
Ekonomi secara umum adalah satu di antara ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Manusia sebagai makhluk ekonomi pastinya selalu memiliki masalah dalam menjalani perekonomian masing-masing. Hal itu terjadi karena kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan. Oleh sebab itu dikenal istilah tindakan ekonomi, yaitu usaha manusia yang dilandasi pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Dalam melaksanakan setiap tindakan tersebut makhluk ekonomi memiliki prinsip yaitu melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal.
Bentuk ekonomi bukan hanya sekedar melakukan suatu usaha atau pekerjaan, tetapi juga memiliki nilai-nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai ekonomi tersebut dapat kita lihat terkandung dalam bentuk kesenjangan ekonomi yang juga menyangkut sosial. Jadi pada dasarnya nilai-nilai ekonomi ini menyangkut pekerjaan, hidup, dan kesenjangan masyarakat.
2.4.2 Nilai Sikap Hidup
Nilai adalah segala sesuatu yang berharga, berguna, indah dan memperkaya batin yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabat yang dimilikinya. Nilai menjadi satu di antara wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh sebab itu dikenal istilah nilai sosial budaya.
Nilai sosial sendiri adalah nilai yang berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dengan menekankan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Dari nilai sosial itulah timbul nilai sikap hidup. Sikap hidup adalah segenap tingkah laku, sifat, dan pribadi seseorang dalam berhubungan dengan sesamanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah dan tujuan yang akan diamati. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian inilah, maka digunakan rancangan penelitian kualitatif. Rancangan penelitian kualitatif ini adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6). Definisi ini merupakan suatu sintetis dari berbagai pendapat penulis buku penelitian kualitatif lainnya. Pendapat yang paling menarik adalah pendapat dari Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian kualitatif ini memiliki beberapa karakteristik yang menggambarkan perbedaannya dengan penelitian lainnya. Ada dua versi yang tersaji mengenai karakteristik penelitian ini, yaitu versi Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dan Lincoln dan Guba (1985:30-44) dalam Moleong (2010:8). Berikut ini hasil sintesis dari kedua versi ini.
1. Latar Alamiah
2. Manusia Sebagai Alat
3. Metode Kualitatif
4. Analisis Data Secara Induktif
5. Teori dari Dasar
6. Deskriptif
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus
9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data
10. Desain yang Bersifat Sementara
11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama
3.2 Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini pada prinsipnya sama dengan metode hermeneutika dan analisis isi. Namun ketiganya dibedakan berdasarkan tujuan masing-masing. Metode kualitatif lebih memfokuskan pada data alamiah yang ada dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Hal itu membuat metode ini dianggap multimetode, karena menghubungkan segala sesuatu yang ada di sekitar karya sastra tersebut dalam penelitiannya.
Metode kualitatif memiliki landasan yang dipegangnya, yaitu paradigma positivisme Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey menurut Moleong dalam Ratna (2006:47). Objek penelitian metode ini adalah makna-makna dibalik tindakan yang menimbulkan gejala-gejala sosial. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai, yang membuatnya bertentangan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat bebas nilai.
Ciri-ciri dari metode kualitatif sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan sebagai studi kultural.
2. Proses lebih diutamakan dibanding hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Terjadi interaksi secara langsung antara subjek peneliti dengan objek penelitian sehingga tidak ada jarak di antara keduanya.
4. Penelitian bersifat terbuka sehingga desain dan kerangka penelitian bersifat sementara.
5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budaya masing-masing.
3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah kutipan-kutipan dari cerita dalam novel yang menjadi sumber data peneliti. Kutipan-kutipan tersebut menjadi sebuah acuan bagi peneliti untuk membuktikan bahwa hal tersebut benar-benar dapat diteliti dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Novel Autumn In Paris adalah sumber data yang digunakan, dan dari dalam novel inilah ditemukan data-data yaitu kutipan-kutipan tadi sebagai bahan penelitian.
3.4 Cara/Teknik Pengambilan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan cara dokumenter. Dimana cara dokumenter ini adalah dengan membaca novel atau bahan/sumber data tadi, dan mendokumentasikan setiap hal berupa kutipan untuk sebagai bahan data penelitian.
3.5 Cara/Teknik Menguji Keabsahan Data
Cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam menguji keabsahan data yang telah peneliti kumpulkan adalah melalui ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan adalah membaca berulang kali novel yang menjadi sumber penelitian tadi sehingga dapat dengan mudah melakukan penelitian dan lebih memahami mengenai data-data yang akan menjadi kekuatan sebagai penelitian. Teknik menguji keabsahan data ini berhubungan erat dengan teknik menganalisis data.
3.6 Cara/Teknik Menganalisis Data
Cara atau teknik menganalisis data yang peneliti gunakan adalah teknik analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif ini adalah jenis analisis yang lebih mengacu pada data-data yang bersifat tertulis atau tulisan dan bukan angka. Menurut Mahsen (2005:256-257), penelitian dengan analisis kualitatif ini mendasarkan dirinya pada paradigma metodologis induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus pada yang umum. Teknik analisis kualitatif tidak berbeda jauh dengan analisis isi, dimana analisis isi adalah proses menganalisis dan mengamati isi pesan dan perilaku dari sebuah komunikasi lisan maupun tertulis.
Pada saat penganalisisan data kita dapat melakukan langkah-langkah sederhana. Langkah-langkah analisis tersebut misalnya seperti membaca novel berulang-ulang kali hingga kita memahami setiap alur dalam novel tersebut, kemudian kita melakukan interpretasi, pemberian makna dan pendeskripsian hasil analisis. Hal-hal tersebut dapat kita laksanakan dalam metode analisis kualitatif dan analisis isi.
BAB IV
ANALISIS NOVEL AUTUMN IN PARIS KARYA ILANA TAN
BERDASARKAN SOSIOLOGI SASTRA
4.1 Nilai Ekonomi dalam Novel Autumn In Paris
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nilai ekonomi terkait erat dengan kehidupan manusia. Baik di bidang pekerjaan maupun kesenjangan sosial manusia. Oleh sebab itu dalam analisis yang dilakukan, peneliti berusaha menganalisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Melalui pekerjaan yang dilakukan tersebut dapat digambarkan bagaimana kehidupan para tokoh cerita.
Pekerjaan yang dilakukan para tokoh pada umumnya bersifat pekerjaan yang besar. Bentuk dari pekerjaan itu dapat di lihat pada tabel 1.1 dan pada kutipan di lampiran. Berikut akan ditampilkan tabel nilai ekonomi yang terkandung di dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.1 Pekerjaan dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Pekerjaan a. Tatsuya Fujisawa dan Sebastien Giraudeau bekerja sebagai arsitek
b. Tara Dupont/Victoria Dupont dan Elise bekerja sebagai penyiar radio
c. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah seorang pengusaha (pemilik restoran dan kelab)
d. Laurent Delcour adalah seorang dokter
e. Edouard adalah seorang bartender
Di atas sudah dijelaskan bahwa nilai ekonomi tidak hanya terkait dengan pekerjaan para tokoh di dalam novel ini. Nilai ekonomi yang akan dibahas juga adalah kesenjangan sosial yang terdapat pada novel ini. Melalui pekerjaan yang telah dibahas di atas tadi kita dapat dengan mudah menyimpulkan kesenjangan sosial yang terjadi dalam kehidupan para tokoh di novel ini.
Kesenjangan sosial memang selalu terkait dengan pekerjaan seeorang, demikian juga di dalam novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai kesenjangan sosial yang terdapat pada novel Autumn In Paris.
Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Ekonomi
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Kesenjangan Hidup a. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, Sebastien Giraudeau, dan Laurent Decour adalah golongan masyarakat yang mapan
b. Tara Dupont/Victoria Dupont, Elise, dan Edouard adalah masyarakat yang cukup mapan
Melalui kedua tabel di atas dapat kita temukan nilai ekonomi para tokoh dalam novel Autumn In Paris ini. Dimana Kesenjangan hidup dinilai dari pekerjaan masing-masing tokoh tanpa melihat latar belakang keluarga.
4.2 Nilai Sikap Hidup dalam Novel Autumn In Paris
Sikap hidup adalah hasil dari hubungan yang terjalin antar manusia, dimana terlihat karakter dan kebiasaan serta tingkah laku sehari-hari seorang manusia. Dari sikap hidup inilah timbul nilai kehidupan yang menyangkut mengenai tingkah laku dan sikap hidup seorang manusia.
Novel Autumn In Paris ini menceritakan mengenai tiga kebudayaan, yaitu Indonesia, Jepang, dan Paris. Dimana tergambarkan mengenai kehidupan tokoh-tokoh cerita yang bertemu di Paris dan memulai hubungan dari teman, sahabat, hingga kekasih. Hubungan sosial yang terjalin dalam novel ini dapat terlihat dengan jelas jika membaca langsung novel ini. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai-nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.3 Hubungan sosial di dalam novel Autumn In Paris
No Nilai Sikap Hidup
dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Hubungan sosial
a. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah sepasang kekasih
b. Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah saudara satu ayah
c. Orang tua
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah orang tua atau ayah dari Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Kenichi Fujisawa adalah ayah tiri dari Tatsuya Fujisawa
d. Sahabat
- Sebastien Geraudeau adalah sahabat Tatsuya Fujisawa dan Tara Dupont/ Victoria Dupont
- Tara Dupont adalah sahabat Elise
- Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont adalah sahabat Laurent Delcour
e. Edouard adalah pegawai Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont
Seperti yang telah dijelaskan di atas, jika sikap hidup dapat tergambarkan melalui tingkah laku, sifat, dan karakter tokoh cerita pada novel Autumn In Paris ini. Sikap hidup ini terlihat semakin jelas dalam hubungan sosial yang terjalin antar tokoh cerita. Berikut akan ditampilkan tabel mengenai nilai sikap hidup dalam novel Autumn In Paris.
Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In paris
No Nilai Sikap Hidup
Dalam Novel Autumn In Paris Bentuk
1 Sikap Hidup
a. Tatsuya Fujisawa berani untuk jujur dan kuat menghadapi kenyataan hidup dan mengambil keputusan
b. Kenichi Fujisawa dan Jean-Daniel Lemercier/ Jean-Daniel Dupont tulus dalam menerima dan mencintai Tatsuya Fujisawa
c. Sebastien Geraudeau dan Elise sangat setia kawan/bersa-habat
d. Tara Dupont/ Victoria Dupont adalah cewek yang cerewet
e. Jean-Daniel Lemercier/Jean-Daniel Dupont, Tatsuya Fujisawa, dan Sebastien Geraudeau adalah tipe pria yang workaholic (pekerja keras)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Novel Autumn In Paris adalah satu di antara sekian banyak novel popular yang memiliki nilai-nilai kehidupan didalamnya. Beberapa nilai kehidupan yang peneliti analisis di dalam novel ini adalah nilai ekonomi dan nilai sikap hidup manusia. Dimana kedua nilai ini memiliki hubungan cukup erat karena bagaimanapun, manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari sebuah ekonomi. Jadi pada dasarnya nilai ekonomi seperti pekerjaan dan kesenjangan social sangat berkaitan erat dengan nilai sikap hidup yaitu hubungan social dan sikap hidup para tokoh.
Data mengenai kedua nilai ini dapat dilihat dalam lampiran. Dimana akan terlihat nilai-nilai kehidupan mengenai kedua hal ini. Itulah sebabnya kenapa novel popular tetap memiliki nilai pendidikan seperti dalam novel serius.
5.2 Saran
Karya sastra memiliki banyak hal yang dapat dipelajari, termasuk didalamnya kedua nilai di atas. Oleh sebab itu dalam membaca sebuah karya sastra kita dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan dan sebuah pembelajaran. Maka dari itu, karya sastra jangan hanya dijadikan hhiburan semata. Dan melalui setiap karya sastra yang kita baca, kita patut member apresiasi yang tinggi.
Dalam melakukan sebuah penelitian untuk memperoleh semua itu, kita dapat melakukan dengan mudah. Satu di antara langkah yang dapat kita lakukan adalah membaca berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rossdakarya: Bandung.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rouftracal. 2009. “Novel popular vs novel serius”. http://rouftracal.blogspot. com/2009/05/novel-populer-vs-novel-serius.html
http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/09/analisis-isi-content-analysisi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/novel.html
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/novel-populer.html
http://www.arumitasakurajuni.com/artikel/sikap-hidup.html
http://id.wikipedia.com/artikel/nilai-kehidupan.html
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/metodologi-penelitian.html
LAMPIRAN
Berikut ini ditampilkan tabel mengenai kesimpulan dari kedua nilai yang dianalisis oleh peneliti.
Tabel 1.1 Pekerjaan para tokoh dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Pekerjaan Kutipan
1 17
19
23
26-27
124
175
116
a. Arsitek
b. Penyiar Radio
c. Pengusaha (Pemilik Kelab dan Restoran)
d. Dokter
e. Bartender a. Tara menggangguk. Ia ingat Sebastien pernah menyebut-nyebut proyek itu. Perusahaan arsitek ayah Sebastien akan bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk membangun hotel di Paris. Sebastien adalah salah satu arsitek yang terlibat dalam proyek ini.
b. “Aku punya teman di Jepang,” Sebastien memulai. “Namanya Tatsuya Fujisawa.”
“Dia juga arsitek dan dia akan bergabung dalam proyek pembangunan hotel ini. Arsitek Jepang yang sebelumnya bertanggung jawab dalam proyek ini mendadak menarik diri dari pekerjaan ini. Karena itu perusahaan pihak Jepang mengusulkan agar Tatsuya yang menggantikannya.”
a. “Dia juga penyiar radio,” Sebastien melanjutkan, seolah sedang membanggakan anak kesayangan.
b. Tara mendengar suara Elise yang ceria di radio dan melirik jam dinding. Oh, Je me souviens…yang dipandu Elise sudah dimulai.
a. “Lemercier adalah nama ayahku sewaktu masih muda sekali,” jelasnya sambil menggandeng lengan ayahnya. “Sejak mulai menjalankan bisnis kelab dan restoran, Papa mengganti namanya menjadi Dupont. Sejarahnya panjang. Lain kali akan kujelaskan.”
a. Dokter Laurent Delcour membetulkan letak kacamatanya dan menatap gadis yang sudah dikenalnya sejak dulu itu. “Tara?”
a. Tara mengangguk dan mencari-cari bartender yang entah ada di mana. “Eduardo!” seru gadis itu sambil melambai-lambaikan tangan kea rah bartender botak yang sedang melayani seorang tamu.
Tabel 1.2 Kesenjangan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Kesenjangan Sosial Kutipan
1 123
27
17
13 a. Mapan (Kaya)
b. Cukup Mapan
a. “Aku pernah mendengar ayahmu adalah…eh, Jean-Daniel Lemercier yang punya banyak restoran di Prancis,” Tatsuya berbohong dengan susah payah. Lidahnya terasa berat, suaranya juga terdengar agak serak.
b. “Ini adalah kunjunganku yang kesekian kalinya ke Paris. Biasanya setiap kali pesawatku mendarat di bandara Charles de Gaulle, aku akan melakukan hal-hal yang sudah rutin kulakukan. Aku turun dari pesawat, mengurus imigrasi, dengan sabar menunggu bagasiku muncul di ban berjalan, setelah itu langsung keluar dari bandara tanpa melihat ke kiri atau kanan.”
c. “Ayahku hanya kelelahan dan jantungnya memang dari dulu sedikit bermasalah. Jadi aku harus langsung terbang ke Tokyo untuk menggantikannya. Aku sudah pernah cerita tentang rencana pembangunan hotel di sini yang bekerja sama dengan Jepang, bukan?”
a. Ketika ia hampir sampai di tempat parkir Mercedes biru kecilnya, Tara mengeluarkan kunci mobil. Terdengar bunyi pip dua kali tanda pintu mobil sudah terbuka dan ia cepat-cepat masuk.
Tabel 1.3 Hubungan sosial dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Hubungan Sosial Kutipan
1 213
122
244
131
12
15
259
116 a. Saudara
b. Orang tua
c. Sahabat
d. Kekasih
e. Pegawai
a. Tara langsung berpaling kea rah Sebastien dan berkata, “Oh, Sebastien, aku belum memberitahumu, ya? Aku dan Tatsuya bersaudara.”
Tara menjawab, “Kami berdua punya ayah yang sama.” Ia berpikir sejenak. “Itu artinya saudara seayah, ya? Atau saudara tiri?” Lalu mengangkat bahu, “Pokoknya begitulah.”
a. Tatsuya bisa merasakan kekagetan di mata pria itu. Tatsuya memahaminya. Ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Pria yang sekarang ini sedang merangkul pundak Tara memang diperkenalkan sebagai ayah Tara, tetapi Tatsuya lebih mengenalnya dengan nama Jean-Daniel Lemercier, orang yang baru diketahuinya sebagai ayah kandungnya.
b. Di rumah sakit itu ia bertemu dengan ayah Tatsuya. Ia tetap diam dan menjaga jarak sementara ayahnya menyapa dan bersalaman dengan ayah Tatsuya. Usia Kenichi Fujisawa pasti tidak jauh berbeda dari Jean-Daniel Dupont, tetapi pria kurus itu terlihat jauh labih tua dari Jean-Daniel.
a. “Teman, tampangmu berantakan sekali,” komentar Sebastien ketika masuk ke kantor Tatsuya siang itu. Tadinya ia berencana mengajak Tatsuya makan bersama mengingat mereka jarang sekali bertemu sejak terlibat langsung dalam proyek hotel itu.
b. Bunyi denting halus membuyarkan lamunan Tara. Mereka sudah tiba di lantai dasar. Tara keluar dari lift dan melambaikan tangan kepada temannya. Ia memarkir mobilnya di lapangan parker luar gedung sementara mobil Elise sendiri diparkir di basement.
c. Mereka berdua sudah berteman sejak Tara pindah ke Paris. Mereka bertemu untuk pertama kalinya kektika Sebastien diajak menghadiri pesta pembukaan restoran baru ayah Tara di Quartier Latin.
a. Tara memegang lengan Tatsuya dengan sebelah tangan sementara tangan yang lainnya menutup mulut. “Aku akan baik-baik saja,” isaknya pelan. “Aku akan selalu menyayangimu.” Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu…. Aku mencintaimu….
a. Tara mengangguk. Ia memperkenalkan kedua pria itu. “Edouard, ini temanku, Tatsuya. Tatsuya, ini Edouard. Dia sudah cukup lama bekerja di sini. Salah satu bartender favorit ayahu,” jelas Tara.
Tabel 1.4 Sikap hidup dalam novel Autumn In Paris
No Halaman Sikap Hidup Kutipan
1 18
35
35
227
244-245
263
15
a. Workaholic (pekerja keras)
b. Berani, jujur dan kuat
c. Tulus
d. Setia kawan
e. Cerewet a. “Sudah sehat dan kembali bekerja seperti biasa,” sahut Sebastien, lalu mengangkat bahu dan tersenyum lebar. “Ayahku itu tipe orang yang tidak bisa diam.”
b. Tara mematikan ponsel dan menghela napas. Sejak aktif seratus persen di perusahaan ayahnya, Sebastien selalu sibuk.
c. “Tapi dia akan kembali. Dia pulang ke Tokyo untuk membereskan semua pekerjaannya sebelum memfokuskan perhatiannya untuk proyek kami ini. Dengar-dengar dia akan kembali sebentar lagi. Dalam minggu-minggu ini, kurasa,” Sebastien menjelaskan.
a. “Aku akan pulang ke Jepang.”
“Aku sudah mengatur semuanya,” lanjut Tatsuya datar. “pekerjaanku di sini akan kulanjutkan di Jepang. Pasti tidak masalah. Lagi pula ada pekerjaan lain di Jepang yang harus dikerjakan secepatnya.” Ia berhenti sejenak. “Dengan begini akan lebih mudah bagi kita. Bukankah begitu?”
a. Tua dan lelah. Di raut wajahnya yang dipenuhi guratan penderitaan, Tara merasa ia pria yang sabar, pendiam, dan bijak. Matanya memancarkan kesedihan mendalam, tetapi juga menyiratkan rasa terima kasih melihat Tara dan ayahnya bersedia datang menjenguk putranya.
a. Hei, aku sama sekali tidak keberatan menjadi mata-mata. Aku tahu kau mencemaskan Tara, sama seperti kami di sini. Tapi kau tentu sudah tahu, Tara itu gadis yang kuat. Dia pasti bisa bertahan. Bagaimana denganmu sendiri? Kau baik-baik saja?
a. “Aku tahu apa yang sedang kaupikirkan. Jangan coba-coba mengataiku cerewet,” ancam Tara sambil meraih setusuk sate lagi dan menatap Sebastien dengan mata disipitkan.
contoh bentuk RPP kesusastraan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Berbicara
14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli atau terjemahan
melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1) Mampu menentukan karakteristik novel remaja
(2) Mampu mengomentari pesan dalam kutipan novel remaja
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel siswa mampu menentukan karakteristik novel remaja dengan tepat
2. Dengan inkuiri siswa mampu mengomentari pesan dalam kutipan novel remaja secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Pengertian Novel
Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.
Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsure, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsure-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)
Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah 1. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
2. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
3. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968). Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
b. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
c. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
4. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
5. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
6. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsure intrinsik. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel remaja (asli atau terjemahan), jawaban siswa tidak dikomentari terlebih dulu. (5 menit)
- Apakah kalian pernah membaca novel?
- Novel jenis apa?
- Pernahkah kalian mengomentari suatu novel?
c. Guru memberikan apersepsi (5 menit)
d. Guru menggambarkan tujuan pembelajaran hari ini, dan mengajak siswa untuk mulai masuk kegiatan inti (2 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka buku teks/LKS yang mereka bawa (3 menit)
b. Siswa membaca kutipan novel remaja yang ada di buku teks/LKS (7 menit)
c. Guru meminta siswa menganalisis unsur intrinsik dalam kutipan novel yang dibaca (10 menit)
d. Siswa menentukan karakteristik tokoh yang ada dalam kutipan novel remaja (bersamaan pada kegiatan siswa menganalisis unsur intrinsik kutipan novel)
e. Siswa menemukan pesan yang terkandung dalam kutipan novel remaja (10 menit)
f. Guru meminta beberapa siswa menyampaikan komentar secara lisan sebagai contoh (25 menit)
g. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (8 menit)
a. Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (5 menit)
b. Guru memberikan tugas untuk pembelajaran berikutnya (3 menit)
Pertemuan Kedua:
1. Kegiatan Awal (12 mennit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang diberikan, jawaban siswa tidak dikomentari dulu (5 menit)
- Bagaimana pekerjaan rumah kalian?
- Siapa yang belum mengerjakan dan mengerti?
- Apa yang kalian dapatkan lewat tugas ini?
c. Guru memberikan ulasan sebentar mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru meminta siswa membuka novel remaja yang telah diminta pada pembelajaran sebelumnya sebagai acuan mengerjakan tugas rumah (2 menit)
b. Guru mengajak siswa untuk membaca kembali kutipan yang mereka pilih dalam novel remaja tersebut (5 menit)
c. Guru memberikan gambaran bagaimana menganalisis kutipann novel (8 menit)
d. Guru meminta beberapa siswa untuk menceritakan pesan yang telah dia dapatkan lewat pekerjaan rumah mereka (30 menit)
e. Guru dan siswa bersama-sama menentukan karakteristik unsur-unsur intrinsic dalam novel (6 menit)
f. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pesan yang terkandung dalam kutipan novel remaja (6 menit)
g. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini (6 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa merefleksi pembelajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel remja
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 132
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis dan lisan
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
Tugas di sekolah!
a. Tuliskan unsur intrinsik dalam kutipan novel yang tersedia dalam buku teks!
b. Temukan pesan yang termuat dalam kutipan novel yang telah kamu baca beserta kutipan yang mendukung!
c. Sebutkan karakteristik novel remaja!
d. Buatlah komentar atas pesan yang terkandung dalam kutipan novel yang telah kamu baca!
e. Bacakan komentarmu atas pesan yang terkandung dalam kutipan novel tersebut!
Tugas di rumah!
a. Bacalah sebuah novel remaja dan pilih satu di antara bab atau kutipan dalam novel tersebut!
b. Tentukan karakteristik unsur-unsur intrinsik novel dan tuliskan!
c. Temukan pesan dalam kutipan yang kalian baca dan tuliskan!
Pedoman penilaian
No Aspek yang dinilai Skor maksimal Skor perolehan
1. Ketepatan dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 5 5
2. Kurang tepat dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 3 3
3. Tidak tepat dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 2 2
4 Tidak mengerjakan 0 0
Skor maksimal
Nomor 1= 10
Nomor 2= 10
Jumlah = 20
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut;
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100) = ...
Skor maksimum(20)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator :(1) Mampu mengidentifikasi karakter tokoh-tokoh dalam kutipan novel remaja
(2)Mampu menyebutkan jenis-jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel remaja siswa mampu mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja dengan tepat
2. Setelah berdiskusi siswa mampu menyebutkan jenis-jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja secara tepat
B. Materi Pembelajaran
1. Pemahaman karakter tokoh novel
2. Jenis-jenis karakter tokoh dalam novel remaja
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang karakter tokoh dalam novel remaja (5 menit)
a. Apakah kalian pernah membaca sebuah novel?
b. Apakah kalian sering menentukan karakter tokoh dalam novel yang kalian baca?
c. Bagaimana kalian menentukan jenis-jenis karakter tersebut?
c. Guru memberikan gambaran mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka buku teks/LKS (1 menit)
b. Guru menjelaskan macam-macam karakter tokoh dalam novel remaja (10 menit)
c. Guru meminta siswa membaca kutipan novel dalam buku teks/LKS (5 menit)
d. Guru meminta siswa mengidentifikasi karakter tokoh dalam novel remaja (7 menit)
e. Guru meminta siswa menentukan jenis-jenis karakter tokoh dalam novel remaja (bersamaan pada saat siswa mengidentifikasi karakter tokoh dalam novel remaja)
f. Guru meminta beberapa siswa untuk maju membacakan hasil tugasnya (30 menit)
g. Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa dan guru melakukan refleksi mengenai pemblajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. LKS
2. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 158
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
3. Soal/instrumen :
a. Bacalah, kemudian identifikasilah karakter dan jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja!
b. Tunjukkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa mengidentifikasi karakter tokoh-tokoh dalam kutipan
novel
• Tepat
• Tidak tepat
4
1
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel 3
2
1
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimum= 10
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(10)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator :(1) Mampu menentukan tema dan latar dalam novel
(2) Mampu menjelaskan tema dan latar dalam novel yang diperdengarkan
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui menyimak novel yang dibacakan siswa mampu menentukan tema dan latar dalam novel
2. Setelah mendengarkan pembacaan novel siswa mampu menjelaskan tema dan latar dalam novel dengan tepat
B. Materi Pembelajaran
1. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur cerita. Tema suatu novel menyangkut segtala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.
Dalam sebuah cerita,tema merupakanpokok persoalan dari sebuah cerita yang bergulir. Tema ibarat payung atau pagar dari rangkaian peristiwa yang terjadi.
tema antara satu novel dengan novel lainnya mungkin saja isi pokoknya sama.
2. Latar
Latar adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru memberi salam, doa dan absen (5 menit)
b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang tema dan latar dalam novel remaja (5 menit)
a. Apakah kalian sudah pernah mengetahui mengenai tema dan latar dalam sebuah novel?
b. Bagaimana kalian bisa menentukan tema dan latar novel tersebut?
c. Guru memberikan gambaran mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka kutipan novel remaja dalam buku teks (3 menit)
b. Guru menjelaskan mengenai tema dan latar dalam novel remaja (5 menit)
c. Guru membacakan kutipan novel (10 menit)
d. Siswa diminta menganalisis/menyimak mengenai tema dan latar yang ada dalam pembacaan novel tersebut (bersamaan pada saat guru membacakan novel tersebut)
e. Siswa diminta menentukan tema dan latar dalam novel yang dibacakan (10 menit)
f. Guru meminta beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya ke depan (30 menit)
g. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel remaja
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 202
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
4. Soal/instrumen :
a. Dengarkan, kemudian identifikasilah tema dan latar dalam kutipan novel remaja!
b. Berikan penjelasan mengenai tema dan latar yang kamu dapatkan!
c. Sebutkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa menjelaskan tema dan latar dalam kutipan novel
• Tepat
• Tidak tepat
5
2
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel 5
2
0
Skor maksimum= 10
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(10)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Berbicara
14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli tau terjemahan melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1) Mampu mengemukakan hal yang menarik dari novel dengan alasan yang logis
(2) Mampu menanggapi komentar teman tentang novel dengan santun
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel siswa mampu menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) dengan benar
2. Setelah mendengar teman berbicara siswa mampu menanggapi komentar teman tentang novel dengan santun secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Menanggapi kutipan novel remaja dan implementasinya
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (17 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru memberikan apersepsi dengan pembelajaran sebelumnya (5 menit)
c. Guru melakukan tanya jawab mengenai pemberian tanggapan pada novel (5 menit)
- Apakah kalian pernah mendengar pembacaan sebuah kutipan novel atau cerita?
- Apakah kalian menanggapi pembacaan/penceritaan novel tersebut?
- Bagaimana cara kalian menanggainya?
d. Guru memberi gambaran mengenai pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (58 menit)
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (3 menit)
b. Guru meminta mereka sejenak membaca kutipan novel remaja dalam buku teks (10 menit)
c. Satu kelompok diminta untuk menceritakan isi kutipan novel (5 menit)
d. Guru meminta kelompok lain dengan perwakilannya memberikan tanggapan (25 menit)
e. Guru dan siswa bersama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 229
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
a. Tuliskan kemenarikan dalam kutipan novel yang telah kamu baca dan buatlah tanggapanmu!
No Kegiatan Skor
1 Siswa menuliskan kemenarikan dan dalam novel dan memberikan
tanggapan dengan benar 2
2 Siswa menuliskan kemenarikan saja atau tanggapan saja 1
3 Siswa tidak menuliskan apa-apa 0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 2
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(2)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13. 3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator : (1) Mampu menguraikan yang dimaksud alur dalam novel
(2) Mampu menemukan alur dalam novel berdasarkan tahapan-tahapannya
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan diskusi siswa mampu menguraikan alur dalam novel remaja dengan tepat
2. Setelah membaca novel, siswa mampu menemukan alur dalam novel sesuai tahapannya dengan tepat
B. Materi Pembelajaran
Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
1. Pemahaman alur dalam novel
2. Sistematika alur dalam novel
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Diskusi
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (15 menit)
a. Salam, doa, absen. (5 menit)
b. Guru mengawali dengan bertanya jawab tentang alur cerita dalam novel remaja. (5 menit)
- Apa yang ketahui tentang novel?
- Apa yang kalian ketahui tentang alur?
c. Guru memberi gambaran mengenai pembelajaran hari ini (5 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru membentuk kelompok siswa (5 menit)
b. Siswa diminta membaca kutipan novel (10 menit)
c. Siswa diminta menentukan alur cerita dalam kutipan novel (10 menit)
d. Dalam kelompok siswa menguraikan alur cerita dalam novel (30 menit)
e. Kelompok lain menanggapi uraian kelompok lain (bersamaan dengan waktu kelompok lain menguraikan)
f. Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa dan guru melakukan refleksi. (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Teks novel remaja
2. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karangan E. Kosasih, Restuti hlm. 96
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
3. Soal/instrumen :
a. Bacalah, kemudian identifikasilah karakter tokoh dalam kutipan novel remaja!
b. Tunjukkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa menjelaskan tema dan latar dalam kutipan novel
• Tepat
• Tidak tepat
3
1
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel
3
2
0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 6
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(6)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Aspek : Berbicara
Standar Kompetensi : 14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli atau terjemahan
melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1)Mampu Mengetahui keistimewaan kutipan novel remaja
(2)Mampu mengomentari unsur intrinsik dan bahasa yang digunakan dalam novel
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca novel, siswa mampu menyebutkan keistimewaan kutipan novel remaja secara tepat
2. Dengan berdiskusi, siswa mampu mengomentari unsur intrinsik dan bahasa yang digunakan dalam novel secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Kutipan
Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdpat dalam buku-buku, maupun majalah. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan dengan kutipan yang aslinya.
Kutipan bertujuan sebagai berikut
a. Mempekuat pendapat dari seorang penulis dalam menyampaikan pendapatnya.
b. Mendukung kebenaran yang sudah diteliti.
c. Untuk menemukan kesimpulan yang sama.
d. Menjadi bukti akan kebenaraan yang sudah diteliti.
1. Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan menjadi kutipan langsung dan kutipan tak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat dari seseorangg pengarang atau tokoh terkenal dengan berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
2. Prinsip-prinsip Mengutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatian pada waktu membuat kutipan adalah:
b. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan, tekniknya maka ia harus menyatakan atau memberi keternagan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
c. Bila ada kesalahan
Bila terdapat kesalahan atau keganjilan, dalam persoalan ejaan maupun ketatabahasaan maka penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalah itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan sesuatu dengan suatu bagian dari kutipan itu.
d. Menghilangkan kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.
3. Cara-cara mengutip
Perhatikan cara-cara berikut:
a. Kutipan Langsung.
1) Kutipan langsung yang tidak boleh dari empat baris.
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
- kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
- Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
- Kutipan itu diapit dengan tanda kutip
- Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila kutipan terdiri dari lima baris atau lebih maka seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut.
- kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi.
- Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi.
- Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip.
- Sesudah kutipan dalam kurung ditulis nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
- Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.
b. Kutipan Tak Langsung.
Dalam kutipan tak langsung biasanya inti sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu kutipan tidak boleh mempergunakan tanggapan kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung.
1) kutipan itu diitegrasikan dengan teks.
2) Jarak antara baris dua spasi.
3) Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
4) Sesudak kutipan selesai dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
2. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel.
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
4. Diskusi
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal (10 menit)
1) Salam, doa, absen (5 menit)
2) Guru mengawali dengan tanya jawab (5 menit)
1) Pernahkah kalian membaca novel?
2) Adakah kata-kata menarik yang selalu kalian ingat dari novel yang kalian baca?
2. Kegiatan Inti (65 menit)
2) Guru menjelaskan materi tentang kutipan dalam noveldan unsur intrinsik novel. (15 menit)
3) Siswa mengamati dan menemukan kutipan dalam novel. (15 menit)
4) Siswa menentukan unsur intrinsik novel (10 menit)
5) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru. (20 menit)
6) Siswa dan guru bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
7) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. (5 menit)
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal (15 menit)
1) Salam, doa, absen. (5 menit)
2) Guru memberikan apersepsi tentang kutipan novel pada pembelajaran sebelumnya. (10 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
1) Siswa membaca kembali kutipan novel yang dibahas pada pertemuan sebelumnya. (5 menit)
2) Siswa diminta mencermati isi kutipan novel yang dibacanya. (5 menit)
3) Siswa diminta menemukan unsur intrinsik kutipan novel yang dibaca. (5 menit)
4) Siswa diminta menemukan kemenarikan yang terdapat dalam kutipan novel. (15 menit)
5) Siswa mendiskusikan hasil kerja secara berkelompok. (20 menit)
6) Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
1) Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel
2. Buku Pelajaran Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP kelas VIII Karangan Wahono, Rusmiyanto: Ganeca hal 198-201
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
Tuliskan kemenarikan dalam kutipan novel yang telah kamu baca dan buatlah
tanggapanmu!
No Kegiatan Skor
1 • Siswa menuliskan kemenarikan dan dalam novel dan memberikan
tanggapan dengan benar
• Siswa menuliskan kemenarikan saja atau tanggapan saja
• Siswa tidak menuliskan apa-apa
3
2
0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 3
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(3)
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Berbicara
14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli atau terjemahan
melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1) Mampu menentukan karakteristik novel remaja
(2) Mampu mengomentari pesan dalam kutipan novel remaja
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel siswa mampu menentukan karakteristik novel remaja dengan tepat
2. Dengan inkuiri siswa mampu mengomentari pesan dalam kutipan novel remaja secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Pengertian Novel
Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.
Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsure, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsure-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)
Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah 1. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
2. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
3. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968). Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
b. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
c. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
4. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
5. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
6. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsure intrinsik. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel remaja (asli atau terjemahan), jawaban siswa tidak dikomentari terlebih dulu. (5 menit)
- Apakah kalian pernah membaca novel?
- Novel jenis apa?
- Pernahkah kalian mengomentari suatu novel?
c. Guru memberikan apersepsi (5 menit)
d. Guru menggambarkan tujuan pembelajaran hari ini, dan mengajak siswa untuk mulai masuk kegiatan inti (2 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka buku teks/LKS yang mereka bawa (3 menit)
b. Siswa membaca kutipan novel remaja yang ada di buku teks/LKS (7 menit)
c. Guru meminta siswa menganalisis unsur intrinsik dalam kutipan novel yang dibaca (10 menit)
d. Siswa menentukan karakteristik tokoh yang ada dalam kutipan novel remaja (bersamaan pada kegiatan siswa menganalisis unsur intrinsik kutipan novel)
e. Siswa menemukan pesan yang terkandung dalam kutipan novel remaja (10 menit)
f. Guru meminta beberapa siswa menyampaikan komentar secara lisan sebagai contoh (25 menit)
g. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (8 menit)
a. Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (5 menit)
b. Guru memberikan tugas untuk pembelajaran berikutnya (3 menit)
Pertemuan Kedua:
1. Kegiatan Awal (12 mennit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang diberikan, jawaban siswa tidak dikomentari dulu (5 menit)
- Bagaimana pekerjaan rumah kalian?
- Siapa yang belum mengerjakan dan mengerti?
- Apa yang kalian dapatkan lewat tugas ini?
c. Guru memberikan ulasan sebentar mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru meminta siswa membuka novel remaja yang telah diminta pada pembelajaran sebelumnya sebagai acuan mengerjakan tugas rumah (2 menit)
b. Guru mengajak siswa untuk membaca kembali kutipan yang mereka pilih dalam novel remaja tersebut (5 menit)
c. Guru memberikan gambaran bagaimana menganalisis kutipann novel (8 menit)
d. Guru meminta beberapa siswa untuk menceritakan pesan yang telah dia dapatkan lewat pekerjaan rumah mereka (30 menit)
e. Guru dan siswa bersama-sama menentukan karakteristik unsur-unsur intrinsic dalam novel (6 menit)
f. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pesan yang terkandung dalam kutipan novel remaja (6 menit)
g. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini (6 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa merefleksi pembelajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel remja
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 132
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis dan lisan
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
Tugas di sekolah!
a. Tuliskan unsur intrinsik dalam kutipan novel yang tersedia dalam buku teks!
b. Temukan pesan yang termuat dalam kutipan novel yang telah kamu baca beserta kutipan yang mendukung!
c. Sebutkan karakteristik novel remaja!
d. Buatlah komentar atas pesan yang terkandung dalam kutipan novel yang telah kamu baca!
e. Bacakan komentarmu atas pesan yang terkandung dalam kutipan novel tersebut!
Tugas di rumah!
a. Bacalah sebuah novel remaja dan pilih satu di antara bab atau kutipan dalam novel tersebut!
b. Tentukan karakteristik unsur-unsur intrinsik novel dan tuliskan!
c. Temukan pesan dalam kutipan yang kalian baca dan tuliskan!
Pedoman penilaian
No Aspek yang dinilai Skor maksimal Skor perolehan
1. Ketepatan dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 5 5
2. Kurang tepat dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 3 3
3. Tidak tepat dalam menentukan karakteristik unsur intrinsik novel dan pesan yang terkandung didalamnya 2 2
4 Tidak mengerjakan 0 0
Skor maksimal
Nomor 1= 10
Nomor 2= 10
Jumlah = 20
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut;
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100) = ...
Skor maksimum(20)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator :(1) Mampu mengidentifikasi karakter tokoh-tokoh dalam kutipan novel remaja
(2)Mampu menyebutkan jenis-jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel remaja siswa mampu mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja dengan tepat
2. Setelah berdiskusi siswa mampu menyebutkan jenis-jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja secara tepat
B. Materi Pembelajaran
1. Pemahaman karakter tokoh novel
2. Jenis-jenis karakter tokoh dalam novel remaja
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang karakter tokoh dalam novel remaja (5 menit)
a. Apakah kalian pernah membaca sebuah novel?
b. Apakah kalian sering menentukan karakter tokoh dalam novel yang kalian baca?
c. Bagaimana kalian menentukan jenis-jenis karakter tersebut?
c. Guru memberikan gambaran mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka buku teks/LKS (1 menit)
b. Guru menjelaskan macam-macam karakter tokoh dalam novel remaja (10 menit)
c. Guru meminta siswa membaca kutipan novel dalam buku teks/LKS (5 menit)
d. Guru meminta siswa mengidentifikasi karakter tokoh dalam novel remaja (7 menit)
e. Guru meminta siswa menentukan jenis-jenis karakter tokoh dalam novel remaja (bersamaan pada saat siswa mengidentifikasi karakter tokoh dalam novel remaja)
f. Guru meminta beberapa siswa untuk maju membacakan hasil tugasnya (30 menit)
g. Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa dan guru melakukan refleksi mengenai pemblajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. LKS
2. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 158
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
3. Soal/instrumen :
a. Bacalah, kemudian identifikasilah karakter dan jenis karakter tokoh dalam kutipan novel remaja!
b. Tunjukkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa mengidentifikasi karakter tokoh-tokoh dalam kutipan
novel
• Tepat
• Tidak tepat
4
1
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel 3
2
1
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimum= 10
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(10)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator :(1) Mampu menentukan tema dan latar dalam novel
(2) Mampu menjelaskan tema dan latar dalam novel yang diperdengarkan
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui menyimak novel yang dibacakan siswa mampu menentukan tema dan latar dalam novel
2. Setelah mendengarkan pembacaan novel siswa mampu menjelaskan tema dan latar dalam novel dengan tepat
B. Materi Pembelajaran
1. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur cerita. Tema suatu novel menyangkut segtala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.
Dalam sebuah cerita,tema merupakanpokok persoalan dari sebuah cerita yang bergulir. Tema ibarat payung atau pagar dari rangkaian peristiwa yang terjadi.
tema antara satu novel dengan novel lainnya mungkin saja isi pokoknya sama.
2. Latar
Latar adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal (12 menit)
a. Guru memberi salam, doa dan absen (5 menit)
b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang tema dan latar dalam novel remaja (5 menit)
a. Apakah kalian sudah pernah mengetahui mengenai tema dan latar dalam sebuah novel?
b. Bagaimana kalian bisa menentukan tema dan latar novel tersebut?
c. Guru memberikan gambaran mengenai tujuan pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (63 menit)
a. Guru mengajak siswa membuka kutipan novel remaja dalam buku teks (3 menit)
b. Guru menjelaskan mengenai tema dan latar dalam novel remaja (5 menit)
c. Guru membacakan kutipan novel (10 menit)
d. Siswa diminta menganalisis/menyimak mengenai tema dan latar yang ada dalam pembacaan novel tersebut (bersamaan pada saat guru membacakan novel tersebut)
e. Siswa diminta menentukan tema dan latar dalam novel yang dibacakan (10 menit)
f. Guru meminta beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya ke depan (30 menit)
g. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran hari ini (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel remaja
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 202
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
4. Soal/instrumen :
a. Dengarkan, kemudian identifikasilah tema dan latar dalam kutipan novel remaja!
b. Berikan penjelasan mengenai tema dan latar yang kamu dapatkan!
c. Sebutkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa menjelaskan tema dan latar dalam kutipan novel
• Tepat
• Tidak tepat
5
2
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel 5
2
0
Skor maksimum= 10
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(10)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Berbicara
14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli tau terjemahan melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1) Mampu mengemukakan hal yang menarik dari novel dengan alasan yang logis
(2) Mampu menanggapi komentar teman tentang novel dengan santun
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel siswa mampu menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) dengan benar
2. Setelah mendengar teman berbicara siswa mampu menanggapi komentar teman tentang novel dengan santun secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Menanggapi kutipan novel remaja dan implementasinya
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (17 menit)
a. Guru member salam, doa dan absen (5 menit)
b. Guru memberikan apersepsi dengan pembelajaran sebelumnya (5 menit)
c. Guru melakukan tanya jawab mengenai pemberian tanggapan pada novel (5 menit)
- Apakah kalian pernah mendengar pembacaan sebuah kutipan novel atau cerita?
- Apakah kalian menanggapi pembacaan/penceritaan novel tersebut?
- Bagaimana cara kalian menanggainya?
d. Guru memberi gambaran mengenai pembelajaran hari ini (2 menit)
2. Kegiatan Inti (58 menit)
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (3 menit)
b. Guru meminta mereka sejenak membaca kutipan novel remaja dalam buku teks (10 menit)
c. Satu kelompok diminta untuk menceritakan isi kutipan novel (5 menit)
d. Guru meminta kelompok lain dengan perwakilannya memberikan tanggapan (25 menit)
e. Guru dan siswa bersama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel
2. LKS
3. Buku Pelajaran Bahasaku Bahasa Indonesia VIII karangan Johan Wahyudi hlm. 229
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
a. Tuliskan kemenarikan dalam kutipan novel yang telah kamu baca dan buatlah tanggapanmu!
No Kegiatan Skor
1 Siswa menuliskan kemenarikan dan dalam novel dan memberikan
tanggapan dengan benar 2
2 Siswa menuliskan kemenarikan saja atau tanggapan saja 1
3 Siswa tidak menuliskan apa-apa 0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 2
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(2)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan)
Kompetensi Dasar : 13. 3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
Indikator : (1) Mampu menguraikan yang dimaksud alur dalam novel
(2) Mampu menemukan alur dalam novel berdasarkan tahapan-tahapannya
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan diskusi siswa mampu menguraikan alur dalam novel remaja dengan tepat
2. Setelah membaca novel, siswa mampu menemukan alur dalam novel sesuai tahapannya dengan tepat
B. Materi Pembelajaran
Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
1. Pemahaman alur dalam novel
2. Sistematika alur dalam novel
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Diskusi
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (15 menit)
a. Salam, doa, absen. (5 menit)
b. Guru mengawali dengan bertanya jawab tentang alur cerita dalam novel remaja. (5 menit)
- Apa yang ketahui tentang novel?
- Apa yang kalian ketahui tentang alur?
c. Guru memberi gambaran mengenai pembelajaran hari ini (5 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru membentuk kelompok siswa (5 menit)
b. Siswa diminta membaca kutipan novel (10 menit)
c. Siswa diminta menentukan alur cerita dalam kutipan novel (10 menit)
d. Dalam kelompok siswa menguraikan alur cerita dalam novel (30 menit)
e. Kelompok lain menanggapi uraian kelompok lain (bersamaan dengan waktu kelompok lain menguraikan)
f. Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa dan guru melakukan refleksi. (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Teks novel remaja
2. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karangan E. Kosasih, Restuti hlm. 96
F. Penilaian
1. Teknik : portofolio
2. Bentuk instrumen : portofolio
3. Soal/instrumen :
a. Bacalah, kemudian identifikasilah karakter tokoh dalam kutipan novel remaja!
b. Tunjukkan bagian dalam kutipan novel yang mendukung jawabanmu!
Pedoman Penskoran
No. Kegiatan Skor
1 Siswa menjelaskan tema dan latar dalam kutipan novel
• Tepat
• Tidak tepat
3
1
2 • Bagian kutipan benar
• Bagian kutipan kurang benar
• Tidak menyertakan bagian kutipan novel
3
2
0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 6
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(6)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 13 PONTIANAK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Aspek : Berbicara
Standar Kompetensi : 14 Mengapresiasi kutipan novel remaja asli atau terjemahan
melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar : 14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
Indikator : (1)Mampu Mengetahui keistimewaan kutipan novel remaja
(2)Mampu mengomentari unsur intrinsik dan bahasa yang digunakan dalam novel
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca novel, siswa mampu menyebutkan keistimewaan kutipan novel remaja secara tepat
2. Dengan berdiskusi, siswa mampu mengomentari unsur intrinsik dan bahasa yang digunakan dalam novel secara tepat
B. Materi Pembelajaran
Kutipan
Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdpat dalam buku-buku, maupun majalah. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan dengan kutipan yang aslinya.
Kutipan bertujuan sebagai berikut
a. Mempekuat pendapat dari seorang penulis dalam menyampaikan pendapatnya.
b. Mendukung kebenaran yang sudah diteliti.
c. Untuk menemukan kesimpulan yang sama.
d. Menjadi bukti akan kebenaraan yang sudah diteliti.
1. Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan menjadi kutipan langsung dan kutipan tak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat dari seseorangg pengarang atau tokoh terkenal dengan berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
2. Prinsip-prinsip Mengutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatian pada waktu membuat kutipan adalah:
b. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan, tekniknya maka ia harus menyatakan atau memberi keternagan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
c. Bila ada kesalahan
Bila terdapat kesalahan atau keganjilan, dalam persoalan ejaan maupun ketatabahasaan maka penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalah itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan sesuatu dengan suatu bagian dari kutipan itu.
d. Menghilangkan kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.
3. Cara-cara mengutip
Perhatikan cara-cara berikut:
a. Kutipan Langsung.
1) Kutipan langsung yang tidak boleh dari empat baris.
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
- kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
- Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
- Kutipan itu diapit dengan tanda kutip
- Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila kutipan terdiri dari lima baris atau lebih maka seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut.
- kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi.
- Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi.
- Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip.
- Sesudah kutipan dalam kurung ditulis nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
- Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.
b. Kutipan Tak Langsung.
Dalam kutipan tak langsung biasanya inti sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu kutipan tidak boleh mempergunakan tanggapan kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung.
1) kutipan itu diitegrasikan dengan teks.
2) Jarak antara baris dua spasi.
3) Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
4) Sesudak kutipan selesai dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
2. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel.
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Inkuiri
3. Latihan
4. Diskusi
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal (10 menit)
1) Salam, doa, absen (5 menit)
2) Guru mengawali dengan tanya jawab (5 menit)
1) Pernahkah kalian membaca novel?
2) Adakah kata-kata menarik yang selalu kalian ingat dari novel yang kalian baca?
2. Kegiatan Inti (65 menit)
2) Guru menjelaskan materi tentang kutipan dalam noveldan unsur intrinsik novel. (15 menit)
3) Siswa mengamati dan menemukan kutipan dalam novel. (15 menit)
4) Siswa menentukan unsur intrinsik novel (10 menit)
5) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru. (20 menit)
6) Siswa dan guru bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (5 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
7) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. (5 menit)
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal (15 menit)
1) Salam, doa, absen. (5 menit)
2) Guru memberikan apersepsi tentang kutipan novel pada pembelajaran sebelumnya. (10 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
1) Siswa membaca kembali kutipan novel yang dibahas pada pertemuan sebelumnya. (5 menit)
2) Siswa diminta mencermati isi kutipan novel yang dibacanya. (5 menit)
3) Siswa diminta menemukan unsur intrinsik kutipan novel yang dibaca. (5 menit)
4) Siswa diminta menemukan kemenarikan yang terdapat dalam kutipan novel. (15 menit)
5) Siswa mendiskusikan hasil kerja secara berkelompok. (20 menit)
6) Guru dan siswa bersama menyimpulkan pembelajaran hari ini (10 menit)
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
1) Guru dan siswa melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. (5 menit)
E. Sumber Belajar
1. Buku novel
2. Buku Pelajaran Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP kelas VIII Karangan Wahono, Rusmiyanto: Ganeca hal 198-201
F. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian
3. Soal/instrumen :
Tuliskan kemenarikan dalam kutipan novel yang telah kamu baca dan buatlah
tanggapanmu!
No Kegiatan Skor
1 • Siswa menuliskan kemenarikan dan dalam novel dan memberikan
tanggapan dengan benar
• Siswa menuliskan kemenarikan saja atau tanggapan saja
• Siswa tidak menuliskan apa-apa
3
2
0
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut.
Skor maksimun: 3
Perolehan skor
Nilai akhir = X Skor ideal (100)= ...
Skor maksimum(3)
Langganan:
Postingan (Atom)